Temani Aku Menyeberang Jalan
10. Chapter 10

EXT. JALAN RAYA - DAY

Mobil polisi bergerak menjauhi gang perumahan yang baru mereka kunjungi.

INT. MOBIL POLISI - DAY

Di dalam mobil yang membawanya, Dedi melihat keluar jendela. Ada yang mengganggu pikirannya. Ia kemudian menepuk pundak polisi yang menjadi supir.

DEDI

Pak, maaf, boleh balik sebentar ke rumah tadi. Ada yang lupa saya sampaikan ke dia.

(beat)

Penting.

Dedi membisikinya sesuatu. Polisi itu mendengus sebal, namun menuruti permintaan Dedi. Ia lalu berbicara di transceiver.

POLISI 2

Unit 2-3 kembali ke rumah saksi, ganti.

EXT. GANG PERUMAHAN - DAY

Knalpot sepeda motor MERAUNG-RAUNG. Asap pekat menghembus keluar. Perempuan Berambut Panjang mengalungkan tas kecilnya, mengancingkan helmnya lalu naik ke atas motor matic berwarna putih. Ia menggeber motornya. Namun ia tak juga berangkat.

Sesuatu menghalangi jalannya. Seseorang.

EXT. JALAN RAYA - DAY

Mobil polisi yang membawa Dedi masih dalam perjalanan kembali.

EXT. GANG PERUMAHAN - DAY

PRIMA berdiri di hadapan motor Perempuan Berambut Panjang. Tangannya mengeluarkan Trisula dari sakunya.

Perempuan Berambut Panjang memberanikan diri bertanya.

PEREMPUAN BERAMBUT PANJANG

Kenapa, Mas? Perlu minjem HP lagi?

PRIMA

Kamu lapor polisi?

PEREMPUAN BERAMBUT PANJANG

Polisi?

Tanpa mendengar penjelasan Perempuan Berambut Panjang, Prima membidikkan Trisula ke arahnya. Lantas menekan pelatuk.

PEREMPUAN BERAMBUT PANJANG

Primo, tunggu-

Prima terkejut perempuan itu mengetahui namanya. Terlebih, bagaimana perempuan itu MEMANGGIL namanya. Namun terlambat. Sinar dari Trisula menerjang tubuh si Perempuan, perlahan mendisintegrasi tiap partikel tubuhnya.

PRIMA

Kita pernah kenal?

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Prima. Perempuan Berambut Panjang telah menghilang.

BRR BRR BRR.

Hanya SUARA MOTORNYA yang tersisa, menutupi gemeletuk gigi Prima yang tiba-tiba merasa kedinginan. Kecemasan melanda wajahnya. Pertanyaan-pertanyaan menghinggapi benaknya.

Prima mendekati motor matic yang BERISIK itu lalu memutar kunci kontaknya, membunuh mesinnya. Keadaan gang SEPI seperti sedia kala. Ia melihat jam tangannya. PUKUL 13.15.

INT. SEKOLAH PRIMA, RUANG KELAS - DAY (FLASHBACK)

Sekolah sedang masa istirahat. Murid-murid keluar masuk kelas semau mereka. Dedi (8) mendekati Prima (8) yang sedang duduk di kursinya di deretan depan. Prima sedang lesu. Pipinya menempel di meja.

Dedi meletakkan sebuah benda berbentuk persegi panjang yang dibungkus kertas kado di atas meja Prima.

DEDI

Selamat ulang tahun.

Prima mengangkat kepalanya. Ia mengangkat hadiah dari Dedi.

DEDI

Kamu suka baca kan? Papaku beliin aku banyak buku yang nggak pernah aku baca. Aku kasih kamu yang kayaknya paling bagus.

Prima memasukkan hadiah dari Dedi ke ranselnya kemudian kembali merebahkan kepalanya ke meja.

PRIMA

Makasih, Ded.

DEDI

Jadi ada pesta nggak nih?

PRIMA

Nggak.

Dedi memasang muka kecewa.

DEDI

Yah, nggak dibolehin ya?

PRIMA

Ya. Selain itu, dia juga nggak akan datang dan ngasi hadiah. 

DEDI

Dia?

PRIMA

Karin.

Dedi memasang muka tidak mengerti.

EXT. GANG PERUMAHAN - DAY

Polisi mengetuk rumah Perempuan Berambut Panjang. Seseorang membuka pintu. Seorang perempuan yang lebih tua. Wajahnya familiar. IBU KARIN.

POLISI

Selamat siang, Bu. Maaf mengganggu lagi. Ada yang lupa kami tanyakan ke Karina.

IBU KARIN

Karin? Tadi sudah berangkat kerja seharusnya.

Ibu Karin baru menyadari motor anaknya masih terpajang di depan rumah. Dengan kunci kontak yang masih tergantung.

IBU KARIN

Oh, motornya ada tapi.

Polisi-polisi saling memandang.

POLISI

Kapan Karina keluar?

Ibu Karin masih kebingungan, namun masih sanggup menjawab.

IBU KARIN

Ah...

(menoleh ke belakang, memeriksa jam)

Baru saja kok. Ada apa lagi ya dengan anak saya?

Polisi memberi jalan kepada Dedi.

DEDI

Bu, orang yang kami cari ini bernama Prima Gumilang. Apa Karina kenal dengannya?

Ibu Karin tidak merespons pada awalnya, namun ingatannya perlahan kembali. Matanya melebar.

EXT. JALAN RAYA - DAY

Prima berlari sekuat tenaga. Ia melewati beberapa pusat keramaian. Bukan keramaian yang ia cari. Ia terus berlari.

EXT. HUTAN KOTA - DAY

Prima memasuki hutan yang dihuni pepohonan dan semak belukar. Ia menemukan kesendirian yang ia cari. Napasnya megap-megap. Ia berhenti beberapa saat untuk mengisi kembali paru-parunya.

Ia menelisik keadaan sekitarnya. Tidak seorang pun dilihatnya.

Ia duduk dan membuka laptopnya. Di aplikasi Trisula, di kolom paling bawah telah muncul file baru. X-030, milik Karin. Ia membukanya.

Data dimuat.

Prima mengeset Trisula pada mode RE-CREATION.

Data dimuat 99%. Layar laptopnya perlahan meredup. Beberapa saat kemudian mati seketika. Lampu indikator baterai menyala merah.

Prima geram. Ia mengambil batu di dekatnya dan melemparnya ke pohon. Mengagetkan burung-burung yang terbang menjauh.

INT. PENGINAPAN - DAY

Prima mengintip isi dompetnya. Hanya tersisa beberapa lembar pecahan 50 ribu. Hanya cukup untuk menginap maksimal dua hari. Ia beranjak menuju resepsionis.

INT. PENGINAPAN, KAMAR 101 - DAY

Prima memasuki kamar yang ia sewa. Ia segera menancapkan charger ke laptopnya dan menyalakannya.

Trisula siap di genggamannya. Ia membuka kembali file Karin.

Data dimuat 100%.

Trisula berada pada mode RE-CREATION, menyala hijau. Prima memeriksa jam yang terletak di atas meja. Pukul 16.10. Masih dalam zona aman. Prima menekan pelatuk.

Trisula menembakkan molekul-molekul yang membentuk tubuh Karin. Tidak seperti sebelumnya, proses tidak berhenti di pakaian. Anggota tubuh Karin terbentuk dengan sistematis. Kepalanya, lengannya, kakinya.

Data di laptop menunjukkan keberhasilan dari kolom atas hingga ke bawah.

Prima menyaksikannya dengan mata berbinar. Wajahnya penuh harap.

Kepala Karin terbentuk hampir sempurna. Matanya telah terbentuk dan memberikan tatapan yang serupa dengan tatapan Karin sesaat sebelum ia menghilang. Bibirnya terbentuk dan mencoba berbicara. Namun, belum ada suara yang keluar. Pita suara di lehernya belum mampu berfungsi.

Prima menjauhi laptopnya dan mendekati Karin. Jarinya terus menekan tombol Trisula. Ia mendekatkan telinganya, ingin mendengarkan suara Karin yang masih lemah.

KARIN

(lirih)

Taro apa kabar?

PRIMA

Taro...

Prima belum sempat menjawab ketika tubuh Karin mulai memudar lagi. Bibir Karin masih bergerak-gerak, namun suaranya kembali tak terdengar.

PRIMA

Rin.. Rin.. Jangan pergi.

Prima memeriksa data di laptopnya. Ketakutannya terbukti. Kata FAILED memenuhi data tubuh Karin.

BRUK. Kemeja putih dan rok Karin jatuh ke lantai. Tubuhnya telah menghilang sepenuhnya.

PRIMA

Taro mati di jalan, Rin.

Selain pakaian, ada barang lain yang tergeletak di lantai. Tas kecil Karin. Prima memeriksanya. Ia menemukan ponsel Karin. Layarnya terkunci, namun beberapa notifikasi dapat terlihat. Beberapa missed call dari nomor yang tidak dikenal, namun ada satu nomor yang familiar. Nomor telepon Dedi. Bersama dengan sebuah notifikasi pesan teks:

CLOSE ON: LAYAR PONSEL KARIN - Teks dari Dedi: Karina, ini Dedi yang tadi sama polisi, kalau kamu nggak sibuk-

Prima hanya dapat membaca pesan tersebut sampai bagian itu.

BRUK. Trisula terlepas dari tangan Prima dan membentur karpet di kamar.

TIK. Jarum panjang jam berpindah ke angka tiga. Pukul 16.15.

INT. WARUNG MAKAN - NIGHT

Prima duduk terpekur. Ia telah melepas mantelnya yang kini tergeletak di sebelahnya. Di depannya, terhidang piring dengan sisa-sisa nasi dan telur serta segelas air putih. Prima mendengar bisik-bisik di meja depannya.

PELANGGAN WARUNG 1 (O.S.)

...katanya satu kantor dihabisi.

PELANGGAN WARUNG 2 (O.S.)

Dihabisi? Dibunuh?

PELANGGAN WARUNG 1 (O.S.)

Tadi di TV sih tulisannya “dieliminasi”. Katanya nggak ada bekas mayatnya gitu.

PELANGGAN WARUNG 2 (O.S.)

Kok bisa?

PELANGGAN WARUNG 1 (O.S.)

Entahlah. Aku juga nggak gitu paham. Katanya dia pakai senjata kimia atau apa gitu. Nggak lazim pokoknya.

(beat)

Terus katanya dia pakai mantel abu-abu.

PELANGGAN WARUNG 2 (O.S.)

Mantel kan tinggal dicopot.

Prima meraih mantelnya lalu mendorong Trisula lebih jauh ke dalam saku. Ia menghabiskan makanannya lalu meminum airnya dalam satu kali tegukan lalu beranjak dari kursi. Mantelnya ia sembunyikan dalam jepitan ketiaknya.

INT. PENGINAPAN, KAMAR 101 - NIGHT

Prima kembali ke kamarnya. Di dalamnya berserakan PAKAIAN. Di atas kasur. Di lantai. Di atas televisi. Kebanyakan adalah PAKAIAN DARI KARYAWAN KANTOR VERA dulu bekerja. Dan satu potong SERAGAM SATPAM.

INT. RUMAH DEDI - NIGHT

Dedi memasuki rumah dengan kepayahan. Ia kelelahan dengan segala aktivitasnya seharian. Tapi ia belum bisa beristirahat.

Mamanya sudah menunggunya. Dengan amarah yang siap diledakkan.

MAMA DEDI

Dedi! Kamu dari mana aja!

DEDI

Biasa, Ma, dari kampus. Kayak nggak pernah lihat aku pulang malam aja.

Mamanya menunjuk kamarnya dengan jempolnya.

Mata Dedi yang tadinya kuyu kini terbuka maksimal. Pupilnya melebar dua kali lipat. Ia menyadari kelalaiannya.

DEDI

Oh my god.

Ia berlari ke kamarnya.

INT. RUMAH DEDI, KAMAR DEDI - NIGHT

Dedi memasuki kamarnya dan melihat pemandangan berbeda. Kamarnya yang sebelumnya berantakan telah rapi dan bersih. Ia menepuk-nepuk pipinya, mengira sedang bermimpi. Zulva dan Pom sama-sama sedang tertidur.

Mamanya menyusul dari belakang.

MAMA DEDI

Udah Mama urus tadi. Kucingnya udah Mama kasi makan. Kasian. Anaknya pinter banget. Beda sama anak Mama.

Dedi dongkol, tapi tak sanggup memprotes.

MAMA DEDI 

Lain kali hati-hati. Untung Mama seharian di rumah hari ini. Ini anak orang, bukan ikan yang kalau lupa dikasi makan, mati, tinggal dibuang.

Dedi menarik tangan mamanya kemudian menciumnya dengan takzim. Mamanya melepaskan tangannya, tak sudi.

MAMA DEDI

Hih! Dah sana mandi!

Mamanya meninggalkan kamarnya. Dedi lalu menutup pintu kamarnya.

ZULVA (O.S.)

Ibu sama Bang Prima belum pulang ya?

Dedi terlonjak. Zulva terbangun karena keributannya dengan ibunya.

Dedi mendekatinya kemudian merangkul pundaknya.

DEDI

Zulva tahu? Ibu sama Bang Prima diundang ke luar kota buat pamerin alatnya Bang Prima, soalnya percobaannya BERHASIL! Jadi Zulva di sini dulu sama Bang Dedi ya. 

ZULVA

Kok aku nggak diajak?

DEDI

Ngapain, urusan orang dewasa. Zulva pasti bakalan bosen deh. Lebih seru di sini kan? Banyak game.

Zulva mengangguk.

DEDI

Ini Zulva yang beresin?

Zulva mengangguk lagi.

DEDI

Ya udah, besok kita jalan-jalan yuk. Sekalian beliin hadiah buat Ibu sama Bang Prima kalau mereka balik nanti.

Senyum terbit di wajah Zulva untuk pertama kalinya malam itu.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar