Serenada Cinta
3. Suasana Baru

13. EXT. STUDIO MUSIK - TERAS DEPAN — DAY

Cast. Zaki, Ryan, Rio, Jimmy, Andre

Zaki, Ryan, RIO, Jimmy dan ANDRE sedang duduk di bangku teras menunggu giliran untuk latihan di dalam studio. Ryan memainkan gitar yang dibawanya. Zaki mengeluarkan selebaran dari kantong jaketnya.

ZAKI

Lihat nih! Minggu depan ada festival band.
Beat
Ikut yuk!

Rio mengambil selebaran yang disodorkan Zaki. Membacanya dengan teliti.

RIO

Mana mungkin kita menang. Latihan juga baru jalan beberapa bulan.

ZAKI

Tapi main kita udah kompak. Lagu-lagu yang kita mainkan juga udah mulai matang.
Beat
Apa salahnya dicoba? Itung-itung buat tes mental.

ANDRE

Bener, aku setuju, Do! Kalau ngga kita coba, kita ngga tau kemampuan kita udah sampai di mana. Lagian, kalau ngga sekarang, kapan lagi?

JIMMY

Hmm ... Boleh!

RYAN

(Manggut-manggut)

He'eh!

ZAKI

Jadi gimana? Kita ikut? Setuju semua?

ANDRE, RIO, JIMMY, RYAN

Setuju!

ZAKI

Siiip!


14. EXT. LOKASI ACARA FESTIVAL MUSIK - DI ATAS PANGGUNG — DAY

Cast. Zaki, Andre, Rio, Ryan, Jimmy

Zaki dan anggota bandnya menaiki panggung. Menyetel alat-alat dan mulai memainkan sebuah lagu dari Piterpanci. Begitu selesai, mereka turun dengan lesu. Zaki, melihat ekspresi wajah teman-temannya, mencoba menghibur dan memberi semangat.

ZAKI

Sudahlah kawan, walau permainan orang-orang itu jauh lebih bagus, tapi kembali aja ke niat kita semula. Tujuan kita kan buat tes mental dan kemampuan.
Beat
Kita memang belum menargetkan buat menang, kan? Makanya, semangat buat latihan berikutnya.

RYAN

Iya, Zak. Besok kita mulai coba mainkan lagu yang lebih berat. Biar kemampuan kita juga lebih meningkat.

ZAKI

(Tersenyum sambil mengacungkan jempolnya)

Oke!


15. INT. RUMAH ZAKI - RUANG TENGAH — DAY

Cast. Zaki, Ayah Zaki, Ibu Zaki

Zaki sedang duduk di sofa, di hadapan kedua orang tuanya sambil menundukkan kepala. Ayah Zaki terlihat sedang memarahinya. Di tangan ibu Zaki ada sebuah buku.

AYAH ZAKI

Coba ceritakan, bagaimana kamu bisa tinggal kelas?

Zaki diam sambil terus menunduk. Dia tidak berani menatap wajah ayahnya.

AYAH ZAKI (CONT'D)

Kamu itu ngga bersyukur, ya? Udah ada orang tua yang mampu menyekolahkan, malah menyia-nyiakan kesempatan.
Beat
Berapa banyaknya anak-anak di luar sana yang ingin bersekolah, tapi orang tuanya tidak mampu untuk menyekolahkannya.

Ibu Zaki membuka buku rapor. Dan mengamati semua nilai yang tertera di dalamnya.

IBU ZAKI

Ini kenapa banyak nilai yang kosong? Kamu ngga pernah masuk sekolah atau hanya ngga ikut ujian?

Zaki tetap menunduk dan diam. Dia teringat kembali semua hal yang tidak menyenangkan yang dialaminya di sekolah.


MONTAGE - VARIOUS LOCATION:

FLASHBACK

1. SMA BUMI PERTIWI, RUANG KELAS SATU: Zaki melihat Aldo dan teman laki-laki lain di kelasnya lebih suka bergaul dengan teman perempuan. Saat Zaki ikut bergabung, mereka malah mengacuhkannya. Sehingga Zaki merasa asing bergaul dengan mereka.

2. SMA BUMI PERTIWI, RUANG KELAS SATU: Zaki datang ke sekolah dengan rambut yang mulai terlihat gondrong. Guru wali kelas memarahi Zaki. Zaki melihat beberapa teman laki-laki di kelasnya juga berambut gondrong, tapi hanya dia yang kena marah.

3. RUMAH ZAKI, TERAS DEPAN: Zaki bersiap untuk berangkat ke sekolah, mengambil sepatu yang terlihat robek. Lalu dia teringat sepatu yang dibelikan ibunya, mengambil sepatu itu lalu memakainya, dan meletakkan sepatu lamanya di bawah kolong meja.

4. SMA BUMI PERTIWI, RUANG KELAS SATU: Sampai di sekolah, guru wali kelas memanggil Zaki, memarahinya karena di sepatu Zaki terselip warna merah. Guru itu menyuruh Zaki melepas sepatunya sehingga dia belajar tanpa alas kaki. Zaki melihat sepatu teman-temannya. Sepatu mereka juga ada selipan warna lainnya. Tidak hitam sempurna seperti yang disyaratkan sekolah. Tapi hanya Zaki yang dimarahi. Edo menahan amarah, tak dapat menutupi rasa kesal dari wajahnya. Saat pelajaran berakhir, guru wali kelas memberikan surat untuk diberikan pada orang tua Zaki.

5. SMA BUMI PERTIWI, GERBANG SEKOLAH: Zaki membuka dan membaca surat yang diberikan guru untuk orang tuanya, lalu merobeknya dan membuang ke tempat sampah.

6. RUMAH ZAKI, TERAS DEPAN: Besoknya, Zaki akan berangkat sekolah lagi, mengambil sepatu lamanya yang di letakkannya di kolong meja. Memakai sepatu itu dengan cara menginjak bagian belakangnya sehingga menyerupai sendal.

7. SMA BUMI PERTIWI, GERBANG SEKOLAH: Zaki tertegun beberapa saat karena ingat kejadian-kejadian pilih kasih dari guru yang dirasakannya. Zaki memutar langkahnya. Tidak jadi memasuki gerbang sekolah.

8. SMA LAINNYA, GERBANG SEKOLAH: Zaki melihat teman sekolahnya saat SMP dulu dan memanggilnya. Teman Zaki kaget karena tidak menyangka kedatangannya. Mereka saling memberi salam khas pertemanan.

9. WARUNG DEKAT SEKOLAH TEMAN ZAKI: Zaki menunggu sampai jam pelajaran usai.

Montage selesai.


AYAH ZAKI

Kalau begini, pindahin aja ke sekolah CINTA BUNDA!

IBU ZAKI

(Kaget)

Sekolah yang di dekat pantai itu?

AYAH ZAKI

(Memberi tekanan)

Iya!

IBU ZAKI

Itu kan sekolah buangan, Bah! Abah gimana, sih?

AYAH ZAKI

Ya udah, tinggal pilih! Tetap di sana, tinggal kelas, atau naik kelas, tapi sekolahnya pindah.



16. INT. SMA CINTA BUNDA - RUANG KELAS DUA — DAY

Cast. Zaki, teman-teman sekelasnya

Setelah memperkenalkan Zaki sebagai murid baru kelas dua di depan kelas SMA CINTA BUNDA, Zaki dipersilahkan duduk di bangku belakang oleh guru wali kelas. Teman sebangkunya menyapa ramah. Zaki memperhatikan seisi kelas. Terlihat para siswa dan siswi dengan penampilan yang tidak rapi, para lelakinya banyak yang berambut gondrong. Hanya beberapa orang yang mengenakan sepatu hitam, dan mereka pun adalah bagian yang culun dan tipe pelajar "baik-baik" di kelas itu. Selebihnya bergaya urakan dan semaunya.

ZAKI (V.O)

Nah, ini baru sekolah namanya! Lengkap! Semua ada!

Zaki tersenyum lebar.


17. INT. SMA CINTA BUNDA - WARUNG DI LUAR SEKOLAH — DAY

Cast. Zaki, Bram, Dion

Zaki, BRAM, DION dan siswa lainnya sedang duduk di warung yang terletak di luar pekarangan sekolah. Ada yang memesan makanan, ada juga yang memesan minuman sambil merokok. Edo duduk di bangku pojok bersama Bram dan Dion agak jauh dari bangku yang lainnya.

BRAM

Gimana, Zak, kesan pertama sekolah di sini?

DION

Iya, Zak, enakan mana dari sekolahmu dulu?

ZAKI

Aku kan baru hari ini di sini. Tapi yaa ... bolehlah, lebih nyantai, ya.

Zaki manggut-manggut lalu tertawa menyeringai.

BRAM

Tepat sekali, Zak. Ini adalah sekolah favorit buat orang-orang kayak kita ini.
Beat
Apalagi, kalau pake ini, Zak, semakin nyantai kita. Semua bakalan no problem!

Bram memberi tekanan pada kata "no problem" kemudian tertawa lepas lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Plastik berukuran mini dengan serbuk putih di dalamnya. Meletakkannya di meja dan mengangsurkan ke arah Zaki.

BRAM

Coba, Zak! Jangan khawatir, ini gratis kok.

DION

Iya, Zak. Buat yang satu ini mah, dia juragannya di sini.

Dion ikut meyakinkan Zaki. Zaki mengambil barang itu dan melihatnya dengan seksama, memainkan dengan jari-jarinya. Karena Zaki belum bereaksi, Bram kembali menimpali.

BRAM

Coba dulu, Zak! Kalau belum dicoba, ya ngga tau rasanya.
Beat
Seperti pepatah bilang tak kenal maka tak sayang, kan? Nah, coba dulu, biar tau rasanya. Hitung-hitung bagian dari pergaulan, Zak!

Zaki akhirnya luluh berkat rayuan maut Bram dan Dion. Tapi dia tetap sadar karena ingat ayah dan ibunya. Zaki hanya menggunakan sedikit saja.


18. INT. SMA CINTA BUNDA - RUANG KELAS DUA — DAY

Cast. Zaki, Dion

Mata pelajaran pertama baru saja berakhir. Zaki menutup buku, menyelipkan di pinggang lalu mengeluarkan bajunya untuk menutupi buku tersebut.

ZAKI

Yon, titip absen, ya! Aku mau cabut dulu. Ada urusan penting.

DION

Keenakan kamu mah, nitip absen terus.

ZAKI

Gantianlah kita. Besok-besok kalo kamu juga mau titip absen, biar aku bantuin. Tenang aja!

DION

Ya udah, buruan! Keburu gurunya masuk.

ZAKI

Oke, thank's ya!


19. INT/EXT. STUDIO MUSIK - TERAS DEPAN — DAY

Cast. Zaki, Ryan, Rio, Andre, Jimmy

Ryan, Rio, Andre dan Jimmy duduk di bangku teras. Wajah mereka lesu. Zaki datang menghampiri.

ZAKI

Ada yang main?

Zaki menunjuk ke dalam studio sambil menajamkan penglihatannya, celingukan melihat lewat jendela kaca ke dalam studio.

RYAN

Enggak!

ZAKI

Trus kenapa? Ya udah, yuk kita mulai!

Zaki terlihat penuh semangat mengajak teman-temannya untuk memulai latihan.

JIMMY

Bentar, Zak!

Jimmy ragu untuk melanjutkan kalimatnya, lalu melihat pada teman-teman yang lain. Mereka semua mengangguk lemah. Zaki sedikit bingung melihat reaksi yang diperlihatkan teman-temannya itu.

JIMMY (CONT'D)

Tadi kami udah berembuk. Sepertinya ngga ada jalan buat band kita.

ZAKI

Maksudnya?

RIO

Gini, Zak, kita udah tiga kali ikut festival. Usaha juga udah maksimal. Tapi ngga menang-menang juga.
Beat
Tadi semua udah setuju, kalo sebaiknya kita bubarin aja band ini.

Zaki terhenyak, terdiam beberapa saat. Semua ikut diam. Merasa tubuhnya lunglai, Zaki ikut duduk di bangku.

ZAKI

Jadi, segini aja? Gampang banget kalian menyerah!

RIO

Bukan gitu juga sih, Zak.
Beat
Mungkin memang bukan jalan kita di sini. Lebih baik kita jadi anak sekolah yang bener aja lah dulu!

ZAKI

Maksudnya, yang kita lakuin ini, ngga benar gitu?

RYAN

Bukan gitu, Zak ... terus terang, sejak ngeband ini, nilai-nilai kita pada turun semua.

Zaki kembali terdiam, raut wajahnya sangat kecewa, dia menundukkan kepala menekuri lantai. Tak lama kemudian Zaki berdiri. Sambil menarik nafas panjang berkata,

ZAKI

Ya udah, aku cabut dulu.

Tanpa menoleh dan menunggu jawaban teman yang lain, Zaki berdiri dan beranjak pergi.

Ryan, Rio, Andre dan Jimmy hanya bisa memandangi punggung Zaki yang semakin menjauh.


20. INT. RUMAH ARIANI - RUANG TAMU — NIGHT

Cast. Zaki, Ariani

Zaki duduk di sofa ruang tamu rumah ARIANI, kakak perempuannya yang lain. Meletakkan sebuah buku tulis dan pena di meja. Buku itu terlihat menggulung bekas pegangan tangan Zaki.

Ariani tinggal bersama suami dan anak-anaknya di luar kota, yang cukup jauh dari rumah orang tua mereka. Ariani duduk di depan Zaki. Memperhatikan adiknya itu, yang masih mengenakan seragam sekolah dengan seksama.

ARIANI

Kamu cabut lagi ya, Zak?

Zaki pura-pura tidak mendengar pertanyaan Ariani dan berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

ZAKI

Kok sepi, Kak? Pada kemana orang-orang?

Zaki celingukan melihat sekeliling.

Ariani yang sedikit kesal karena pertanyaannya tidak dijawab, menarik nafas panjang.

ARIANI

Ya, jam segini, anak-anak udah pada tidur, dong! Kalo abang di rumah sakit, giliran jaga malam.

Ariani berdiri dan berjalan ke belakang.


Cut to


21. INT. RUMAH ARIANI - RUANG MAKAN — DAY

Cast. Zaki, Ariani

ARIANI

(Berteriak)

Zak, udah makan, belom? Aku tadi masak ikan bakar. Masih sisa sedikit. Kayaknya emang nungguin kamu nih, ikan.

Zaki segera berdiri dan menyusul Ariani yang sedang berdiri di depan meja makan sambil membuka tudung saji.

ZAKI

Nah, emang ini yang aku cari di sini.

Zaki mengambil piring dan menyendok nasi. Lalu makan dengan lahap. Ariani yang duduk di depan Zaki, menatapnya dengan penasaran.

ARIANI

Abah dan umi udah tau belom, kamu ke sini?
Beat
Kasihan lho, orang tua jadi khawatir!

ZAKI

Tenang aja, Kak, tadi aku udah nelpon Kak Sarah.

ARIANI

Kenapa ngga pulang dulu ke rumah? Kan bisa tukar baju. Ngga kayak anak sekolah yang kelayapan, malam-malam masih pake baju sekolah.

ZAKI

Males! Nanti kena omel lagi.

Zaki menyelesaikan suapan terakhirnya lalu minum air. Kemudian mencuci piring yang tadi dipakainya. Ariani berdiri, masuk ke kamarnya.

Zaki beranjak ke ruang tengah.


Cut to


22. INT. RUMAH ARIANI - RUANG TENGAH — DAY

Cast. Zaki, Ariani

Zaki melihat koleksi kaset-kaset VCD yang ada di atas meja di samping televisi. Mengambil sebuah kaset yang sangat menarik minatnya. Ariani keluar dari kamar sambil membawa satu stel pakaian ganti untuk Zaki.

ARIANI

Nih, Zak, pake baju abang aja. Ganti baju dulu sana!

Zaki mengambil pakaian yang disodorkan Ariani sambil tetap memegang kaset yang tadi diambilnya.

ZAKI

Kak, ini Yngwy, ya, Yngwi Malamsenen yang legendaris itu?

ARIANI

Iya ... tuh, masih banyak lagi kasetnya.
Beat
Koleksi abang waktu masih ngeband dulu.


INSERT:

Sebuah foto di dinding memperlihatkan sesosok laki-laki berambut panjang sepinggang dengan jubah yang juga panjang bewarna hitam, dan muka memakai bedak putih seperti di film vampir lalu lingkar mata diberi warna hitam, sambil memegang sebuah gitar.


Setelah menukar pakaiannya, Zaki menyetel kaset tadi, lalu menonton sambil tiduran di sofa.

ARIANI

Zak, aku tidur duluan ya. Kamu kalo mau tidur, kamar belakang udah aku bersihin.

ZAKI

Aku tidur di sini aja, Kak!

ARIANI

Ya udah, ambil selimutnya aja di belakang.

ZAKI

Iya.

Ariani telah beranjak ke kamarnya. Dan Zaki masih terus menonton kaset. Mata dan perhatiannya benar-benar fokus pada permainan gitaris yang sedang ditontonnya.

ZAKI (CONT'D) (V.O)

Gila! Bener-bener dewa gitar nih si Yngwi.
Beat
Kabarnya, gitaris macam begini, latihannya delapan jam sehari. Kalo gitu aku harus lebih giat lagi latihan, biar sama kayak dia, kalo perlu, harus lebih hebat lagi!
Beat
Liat aja, aku akan latihan sepuluh jam sehari!


23. INT. RUMAH ARIANI - RUANG TENGAH — NIGHT

Cast. Zaki

Zaki sedang menonton sambil tiduran di sofa. Menonton video permainan gitar Yngwi Malamsenen sampai selesai, kemudian mengulangnya kembali. Jam di dinding menunjukkan pukul sebelas malam.


Jump cut to


Dua jam kemudian, Zaki masih menonton video permainan gitar Yngwi Malamsenen sampai selesai dan mengulangnya kembali. Sambil kakinya dinaikkan ke sandaran sofa. 


Later


Tiga jam kemudian, Zaki masih juga menonton video permainan gitar Yngwi Malamsenen sampai selesai dan tetap sambil mengulangnya kembali. Mata Zaki terlihat merah. Dari kejauhan terdengar suara azan subuh berkumandang, Zaki mematikan televisi.


24. INT. SMA CINTA BUNDA - RUANG KELAS TIGA — DAY

Cast. Zaki, Dion, Bram dan teman-teman sekelasnya

Hari itu, hari pertama di kelas tiga. Ada beberapa tambahan anak baru. Dan seorang anak tinggal kelas yang menjadi penghuni kelas tiga duduk di bangku paling belakang di sudut kelas.

Di lihat dari raut wajahnya, sudah terlihat sangat matang untuk ukuran seorang anak SMA. Dari gaya dan penampilan pun dia terlihat sangat jemawa, berbadan tinggi besar. Dion, teman sebangku Zaki berbisik ke telinganya.

DION

Zak, sepertinya kelas kita bakal lebih enak lagi tahun ini. Kita bisa jadi raja di sekolah ini gara-gara dia tuh!

Dion menunjuk dengan menaikkan alisnya menatap sekilas pada siswa tinggal kelas itu.

ZAKI

Emangnya siapa dia? Apa istimewanya?

DION

Menurut cerita yang aku dengar, dari murid kelas tiga tahun kemarin sih, dia tuh udah lama banget jadi penghuni sekolah ini. Tinggal kelas melulu, kabarnya dari jaman SMP-nya juga sering tinggal kelas.
Beat
Tapi karena bapaknya penguasa daerah sini, ngga ada yang berani sama dia. Bahkan guru-guru juga segan. Cuma dia ngga marah aja kalo harus tinggal kelas. Mungkin lebih ke sadar diri.

Zaki memperhatikan murid itu lekat.

ZAKI

Sepertinya sebaya dengan guru bahasa Indonesia, ya.

DION

Ya, begitulah!


25. EXT. SMA CINTA BUNDA - DEPAN GERBANG SEKOLAH — DAY

Cast. Zaki, Kuri

Zaki melihat KURI bergegas keluar dari gerbang dan melihat ke arahnya. Zaki menyapa Kuri.

ZAKI

Hai, kau anak baru itu, kan?

KURI

Iya.
Beat
Kuri!

Kuri menjulurkan tangannya ke Zaki. Zaki menyambutnya. Mereka berjabat tangan.

ZAKI

Zaki.
Beat
Tinggal di mana?

KURI

Di gang jalan Yogyakarta.

ZAKI

Apa? Jalan Yogya? Berarti kita tetangga, dong?
Beat
Aku di jalan Semarang.

KURI

Oiya, berarti! Aku kos di sana.

ZAKI

Pulang bareng aku aja!

Zaki mempersilahkan Kuri membonceng di motornya. Kuri duduk di belakang Zaki. Motor melaju perlahan.


26. EXT. SMA CINTA BUNDA - PELATARAN PARKIR — DAY

Cast. Zaki, Kuri

Bel tanda jam pelajaran telah berakhir, berbunyi. Semua murid SMA CINTA BUNDA berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Zaki, diikuti Kuri, berjalan ke pelataran parkir. Zaki menaiki motornya dan Kuri membonceng di belakang.

KURI

Gimana kalo nanti kita ke tempatku dulu?

ZAKI

Boleh!
Beat
Aku juga lagi suntuk di rumah.

Motor melaju dengan arah yang pasti menyusuri jalan raya, menuju tempat kos Kuri.












Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)