DILATASI
1. Intro

DESA NGGROYO 1977 - MALAM HARI

Desa tampak terbakar, seluruh rumah tampak hangus, para warga berlarian. Warga yang berlarian menuju mobil truk evakuasi.

Radja dan Sakhu masih berada di rumah kepala desa yang belum terbakar.

[KEPALA DESA] Membangun ulang desa katamu? Mustahil membangun ulang desa ini. Tidak mungkin membangun ulang desa ini. Desa ini sudah tidak tertolong lagi.

[RADJA] Apa yang anda katakan? Anda masih ingin terus bergantung pada makhluk-makhluk laknat itu!?

[KEPALA DESA] Desa ini tak akan bisa lepas dari jeratan makhluk-makhluk itu! Desa ini sudah terlalu lama terikat dan bergantung pada pesugihan dari makhluk-makhluk itu!

Radja langsung menghajar Kepala Desa. Dua orang pengawal yang masih berada di situ berusaha menghadang Radja. Namun, Sakhu terlebih dahulu menahan mereka berdua.

Kepala Desa tersungkur jatuh. Lebam terlihat di wajahnya.

[RADJA] Itulah yang diharapkan makhluk-makhluk laknat itu. Keputusasaan anda dan warga desa.

[RADJA] Mereka ingin kalian semua putus asa dan membuat kalian semua bergantung pada pesugihan dan tumbal-tumbal itu.

[KEPALA DESA] Desa ini sudah tak ada harapan lagi. Desa ini sudah hancur. Desa ini sudah terlalu lama terikat pada sisi hitam. Tak ada gunanya menyelamatkan desa ini!

[RADJA] Perkataan anda barusan menunjukkan bahwa anda sudah benar-benar putus asa. Anda bahkan tak memberi kesempatan bagi para warga yang lain untuk berkembang.

[RADJA] Anda sama sekali tidak percaya pada kemampuan warga desa. Anda juga mungkin tidak percaya pada kemampuan anda sendiri. Anda sudah terjatuh terlalu dalam di jurang keputusasaan.

[RADJA] Para warga desa ini pasti bisa membangun ulang desa. Bahkan mungkin lebih baik dari sekarang. Lebih baik daripada terus bergantung pada pesugihan makhluk-makhluk laknat itu.

[RADJA] Sudah saatnya anda sadar, sudah saatnya anda melepaskan semua hal terkutuk itu. Kembali ke jalan yang benar. Bangun ulang lagi desa ini tanpa peru bergantung pada makhluk-makhluk laknat itu.

Kepala Desa yang sudah terlalu putus asa hanya menangis mendengar perkataan Radja.

[KEPALA DESA] Meskipun kamu bilang begitu, sudah terlambat bagiku untuk kembali. Aku sudah terlalu terikat pada mereka. Aku tak bisa lagi kembali.

[RADJA] Tak ada kata terlambat. Anda masih bisa kembali ke jalan yang benar. Bersama mari kita bangun ulang lagi desa ini.

[KEPALA DESA] (Melihat ke arah dua pengawalnya) Kalian berdua pergilah. Kalian masih muda, tenaga kalian pasti dibutuhkan untuk membangun ulang desa.

Kedua pengawal hanya mengangguk mendengar perkataan Kepala Desa. Kepala Desa berdiri dan mengambil jerigen minyak yang berada di samping Radja.

[KEPALA DESA] (Menyiramkan minyak ke sekujur tubuhnya) Sudah terlambat bagiku. Sudah sangat terlambat.

Kepala Desa berlari ke arah api. Tubuhnya langsung terbakar. Teriakannya memekik. Radja, Sakhu, dan kedua pengawalnya hanya bisa melihat tubuh Kepala Desa perlahan hangus terbakar.

Kedua pengawal langsung berlari menuju truk evakuasi bersama warga yang lain. Radja dan Sakhu membakar rumah-rumah yang masih tersisa. Seluruh desa menjadi lautan api yang sangat membara.

Di tengah lautan api tersebut, ada satu bangunan yang sama sekali tak tersentuh api. Penginapan terkutuk.

Pemandangan yang sangat kontras. Rumah-rumah sudah terbakar hangus namun penginapan tersebut masih berdiri kokoh.

Radja dan Sakhu berdiri menghadap penginapan tersebut.

[SAKHU] Ini yang terakhir. Bukankah ini tujuanmu, sobat?

[RADJA] Ya. Jika semua makhluk laknat itu kuhabisi, desa ini bisa selamat.

[SAKHU] Sepertinya ini akan menjadi pertarungan yang sangat melelahkan. Mungkin lebih melelahkan dari saat kita mengalahkan Leak di Bali.

[RADJA] (Menundukkan kepala dan menarik nafas) Sepertinya, mulai dari sini aku lebih baik melakukannya sendiri, sobat.

[SAKHU] (Kaget dan melihat Radja) Apa maksudmu? Kita bisa sejauh ini karena kita bersama, bukan? Kita saling bahu membahu sampai di titik ini.

[RADJA] Iya. Aku berterima kasih untuk itu. Namun, ini adalah dendam pribadiku. Aku yang memulainya, aku juga yang harus menyelesaikannya.

[SAKHU] Tidak, sobat. Aku tidak akan meninggalkanmu. Kamu yang membantuku saat itu. Kali ini akulah yang akan membantumu. Kamu sahabatku. Kamu saudaraku.

[RADJA] (Tertawa kecil) Kamu yang mengalahkan Leak saat di Bali. Kamu juga yang menghentikan amukan desa saat itu. Kamu sudah dapat jatah panggung. Kali ini, akulah yang akan dapat jatah panggung.

[SAKHU] Aku tidak akan meninggalkanmu di sini sendirian, sobat.

[RADJA] Kalau kamu ingin membantu, kamu bisa membantuku dengan membawa semua warga desa pergi dari sini.

[RADJA] Hanya kita berdua yang bisa keluar masuk dengan bebas dari pelindung mistis itu. Kalau kamu tinggal di sini bersamaku, warga desa takkan bisa keluar dari sini. Dan, itu hanya akan membuat usaha kita selama ini menjadi sia-sia.

Sakhu hanya bisa terdiam mendengar pernyataan Radja. Dilema terjadi di dalam diri Sakhu. Sakhu melihat Radja dengan tatapan tak ingin meninggalkan.

Radja membalas tatapan Sakhu dengan tekad serius. Sakhu tahu ia takkan bisa mengubah pikiran sahabatnya.

[SAKHU] (Memegang pundak Radja) Kamu harus menang. Habisi mereka semua dan keluar dari tempat ini.

Radja mengangguk. Sebelum pergi, Sakhu memberikan linggis, tali tambang, lilin, dan korek api kepada Radja.

[SAKHU] Linggis ini senjata andalan kita. Kamu lebih butuh ini daripada aku.

Kemudian, Sakhu segera menuju truk evakuasi. Sakhu menjadi supir dan membawa keluar semua warga yang sudah berada di dalam.

Radja melihat dari kejauhan, dari balik kobaran api perlahan truk evakuasi menjauh dan menghilang.

Radja mengalungkan tali tambang di pundaknya, memasukkan lilin dan korek api ke sakunya, dan menggenggam erat linggis di tangan kirinya. Radja berjalan menuju penginapan terkutuk itu.

Sebelum menuju pintu masuk, Radja mengitari penginapan tersebut. Di bagian belakang penginapan, Radja melihat pintu masuk menuju basement.

Radja menghancurkan pintu tersebut dengan linggis dan masuk ke dalam. Namun, ternyata yang ada hanya jalan buntu. Tak ada basement. Hanya jalan buntu.

Radja keluar dan kembali mengitari penginapan hingga berada di pintu masuk. Tiba-tiba pintu masuk terbuka seolah mempersilahkan Radja untuk masuk. Radja masuk tanpa ragu.

DALAM PENGINAPAN 1977 - MALAM HARI

Terlihat lobi yang disinari rembulan dari celah di atas atap.

Penginapan tersebut memiliki dua lantai dan 10 kamar di masing-masing lantai. Semua kamar tertutup rapat.

Setelah melangkah masuk dan sampai di tengah lobi, pintu masuk langsung tertutup dan tak bisa dibuka lagi. Sembari memperhatikan sekeliling, Radja melihat ada pintu kamar yang terbuka di lantai satu.

Radja melangkah masuk ke dalam kamar tersebut. Ketika Radja masuk ke dalam kamar, dari pintu masuk kamar muncul Kuyang.

Radja menyadari sesuatu dan berbalik, namun Kuyang tersebut langsung menyeruduk Radja. Radja terpental menuju cermin yang tertempel di dinding.

Radja seolah menembus cermin tersebut dan terjatuh di lantai kamar. Kaget dengan keadaan tersebut, Radja bangkit dan melihat Kuyang sudah hilang.

Radja keluar kamar dan ternyata dia berada di salah satu kamar lantai dua. Dari lantai dua, Radja melihat kamar di lantai satu tertutup.

[RADJA] Berarti cermin ini seperti pintu menuju kamar itu. (Berbalik mau meloncat ke arah cermin lagi)

Namun, Kuyang tersebut muncul di depan Radja dan menyeruduknya lagi. Radja terpental cukup keras hingga terjatuh dari lantai dua.

Radja mendarat dengan tidak bagus, kaki kanannya terkilir. Radja mencoba bangkit dengan menahan sakit di kakinya.

[RADJA] Penginapan ini selain memiliki penunggu, juga punya mekanisme yang aneh. (Menatap ke lantai dua)

Dari lantai dua, terlihat Kuyang tersebut melayang di depan pintu kamar. Kuyang tersebut juga melihat ke arah Radja.

[RADJA] (Mengingat sesuatu) Cara mengalahkan Kuyang adalah dengan membakar tubuh aslinya. Tubuh asli Kuyang itu pasti ada di salah satu kamar ini.

Kamar lantai satu yang pertama kali dilihat Radja tertutup rapat. Sedangkan kamar di lantai dua terbuka lebar. Kuyang tersebut seolah memancing Radja ke lantai dua.

Radja merasakan sesuatu yang aneh karena Kuyang tersebut seolah sangat protektif pada kamar di lantai satu.

[RADJA] (Mengarahkan linggisnya ke pintu kamar di lantai satu) Tubuh aslimu ada di kamar itu.

Radja berjalan tertatih menuju kamar tersebut dan mencongkel pintu dengan linggis. Pintu kamar terbuka dan Kuyang tampak sangat kaget melihat hal tersebut.

[RADJA] (Tersenyum ke arah Kuyang) Ini bukan linggis biasa, brengsek.

Radja melihat tubuh asli Kuyang sedang terbaring di atas kasur. Kuyang tersebut melayang menuju cermin di kamar lantai dua dan langsung muncul dari cermin di kamar lantai satu.

Kuyang menyeruduk ke arah Radja lagi, namun Radja sudah bersiap dan menghantamnya dengan linggis. Kuyang terlempar ke samping. Tampak wajah Kuyang yang terhantam linggis seperti terbakar dan menghitam.

Tanpa basa-basi, Radja menyalakan korek api dan membakar tubuh asli Kuyang. Kuyang tersebut meronta-ronta kesakitan. Tubuh asli Kuyang berdiri dan berlari keluar kamar berusaha memadamkan api.

Kuyang hanya melayang mengikuti tubuh aslinya. Tapi tak ada daya, tubuh asli Kuyang sudah terbakar habis. Kuyang tersebut juga langsung mati karena tak ada tubuh untuk kembali.

Kuyang dan tubuh aslinya musnah menjadi debu hitam dan menghilang tertiup angin. Radja mencongkel dan melepaskan pintu kamar di lantai satu dan lantai dua. Radja juga menghancurkan kedua cermin di kamar tersebut.

Saat turun dari lantai dua, Radja memperhatikan tiap kamar yang masih terkunci. Sembari perlahan masuk ke dalam kamar di lantai satu.

[RADJA] Masih ada 18 kamar lagi. Jika dugaanku benar, maka masih ada sembilan penunggu lagi yang harus kukalahkan.

Radja duduk bersandar ke tembok, menahan kaki kanannya, dan meletakkan linggis di sampingnya.Radja mencoba beristirahat sejenak, mengumpulkan tenaga untuk aksi selanjutnya.

Menunggu sesuatu terjadi.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar