DILATASI
18. Epilog

LUAR PENGINAPAN 2018 - 05.00 PAGI HARI

Setelah keluar, mereka berlima menambil posisi menghadap gapura desa. Nadia membalut luka Lina. Hayan membaringkan Remy dan mengatur lengan Rio.

[LINA] Ketua?

[NADIA] (Membalut luka Lina) Iya? Kenapa, Lin?

[LINA] Ketua bilang, kalo tindakan kita mempengaruhi masa lalu. Yang berarti sejarah di masa lalu akan berubah dari seharusnya.

[LINA] Apakah itu berarti tindakan di masa lalu bakal mengubah masa depan secara keseluruhan?

[NADIA] Kurasa tidak.

[HAYAN] Kenapa bisa gitu, Ketua?

[NADIA] Dalam kalkulus dan fisika, ada yang disebut ’boundary conditions’ atau ’syarat batas’.

[RIO] Njay. Apaan itu?

[NADIA] Itu adalah kondisi batas dimana perhitungan atau fenomena fisis dapat terjadi.

Lina, Hayan, Remy, dan Rio mendengarkan penjelasan Ketua mereka.

[NADIA] Si Larana bilang kalo dia melindungi seluruh desa ini dengan pelindung mistis. Yang berarti, syarat batas semua hal yang terjadi hanya akan berada di sekitaran desa ini saja.

[NADIA] Kita memang mengubah masa lalu. Namun, kita hanya mengubah masa lalu di desa ini saja. Tidak keluar dari syarat batas.

[NADIA] Dengan demikian masa depan secara keseluruhan tidak akan berubah.

[REMY] Gimana lu bisa yakin sama hal itu, Ketua?

[NADIA] Bukti konkretnya adalah tengkorak itu.

Kondisi semua kamar telah berubah. Semua pintu kamar telah tercopot, cermin dihancurkan, dan perabotan di dalam penginapan menjadi lapuk. Tengkorak serta linggis juga menghilang.

[NADIA] Aku bilang kalo pria tua misterius itu sebenarnya adalah tengkorak yang bersama kita di dalam penginapan.

[NADIA] Itu cukup membuktikan bahwa ketika orang itu sudah pergi dari desa ini, dia tak terpengaruh lagi dengan aliran waktu yang terjadi di dalam desa.

[NADIA] Karena dia sudah berada di luar syarat batas. Dan, itulah mengapa kita tidak melihat orang itu di foto yang ditunjukkan Kepala Desa.

[LINA] (Langsung menangkap) Jangan-jangan, karena kita termasuk dalam aliran waktu di desa ini? Karena kita masuk ke dalam syarat batas?

Hayan, Remy, dan Rio hanya bingung. Nadia mengangguk.

[NADIA] Sebelum kita menyelesaikan semua yang terjadi dalam syarat batas ini, kita tak bisa melihat orang dalam foto itu.

[NADIA] Karena kita tidak termasuk dalam aliran waktu yang sama. Begitu kita masuk ke dalam desa ini, syarat batas kita menjadi sama. Dan, kuyakin kita sekarang bisa melihat orang di dalam foto itu.

Hayan, Remy, dan Rio berpura-pura mengerti. Padahal mereka tidak paham sama sekali. Mereka pun tidak terlalu memperdulikannya, karena mereka sudah bisa keluar dari dalam penginapan.

[REMY] Terus, gimana aliran waktu kita bisa nyatu sama aliran waktu di masa lalu?

[NADIA] ’General Relativity’. Karena adanya energi besar yang melengkungkan ruang-waktu, makanya aliran waktu kita bisa bertemu. Teorinya Einstein.

[REMY] Tolong pake bahasa manusia, Ketua. (Tertawa lirih)

[NADIA] (Tersenyum dan tertawa kecil) Dilatasi. Itulah yang terjadi di sini.

[RIO] Hah? Apaan lagi itu? (Tertawa)

[NADIA] Si Larana bilang dia mengumpulkan energi selama ini. Konsentrasi energi yang dikumpulkannya sangat masif sehingga mampu membelokkan aliran waktu di desa ini.

[NADIA] Dan, karena kita sudah mengalahkannya. Energi yang dikumpulkannya musnah. Membuka pelindung desa, menghilangkan syarat batas, dan membuatnya kembali ke aliran waktu yang normal.

Kali ini Hayan, Remy, dan Rio mengerti apa yang dijelaskan Nadia. Lagi-lagi, mereka tidak terlalu memperdulikannya.

[HAYAN] Terus? Apa yang selanjutnya kita lakuin, Ketua?

[NADIA] Menunggu. Mungkin hanya itu yang bisa kita lakukan.

Lelah karena semua hal-hal yang dialami, mereka berlima berbaring lalu tertidur.

Lalu, dari kejauhan terdengar suara deru mobil mendekat.

LUAR PENGINAPAN 2018 - 07.00 PAGI HARI

Dari jalan masuk desa, terlihat empat mobil mendekat. Nadia terbangun. Begitu juga dengan keempat yang lain.

Nadia, Lina, Hayan, Remy, dan Rio melihat dengan jelas mobil-mobil tersebut turun melalui gapura desa.

[LINA] Ketua? Itu…

[NADIA] Akhirnya, kita bisa bertemu.

Dari kejauhan, seorang menengok keluar dari dalam mobil. Kepala Desa.

[KEPALA DESA] (Berteriak) Woi!! Pemuda-pemudi!! Kalian baik-baik saja!?

Hayan, Remy, dan Rio segera berteriak balik menjawab Kepala Desa.

[HAYAN, REMY, RIO] (Kompak) Ga!! Kami ga baik-baik saja!!

Mereka bertiga tertawa. Dari kejauhan, Kepala Desa pun tampak tertawa. Mobil-mobil itu mendekat. Tampak keluar beberapa warga desa dan Kepala Desa.

Warga desa dan Kepala Desa sangat kaget dengan kondisi mereka. Dengan obat-obatan sederhana, mereka membalut luka sebelum berangkat ke rumah sakit.

Lalu, dari mobil paling belakang. Turun seorang pria tua. Pria tua yang sudah sangat renta. Pria tua itu turun sambil memegang linggis.

Pria tua itu berjalan mendekat ke arah Nadia, Lina, Hayan, Remy, dan Rio. Kelompok pun melihat pria tua itu. Perasaan nostalgia yang tak dapat dijelaskan membanjiri mereka.

Nadia, Lina, Hayan, Remy, dan Rio sama sekali tak pernah bertemu dengan pria tua itu. Begitu pun pria tua itu. Namun, mereka sangat rindu ingin bertemu.

[RADJA] Akhirnya. Aku bisa bertemu kalian, orang-orang dari masa depan. (Tersenyum lembut)

Radja sangat menantikan pertemuan ini. Pertemuan yang sudah ia damba-dambakan selama 40 tahun ini.

Kelompok pun memberi senyuman lembut kepada Radja. Mereka tak pernah bertemu, tapi perasaan rindu mereka tak terbendung.

Radja mendekat dan memegang tangan mereka semua. Nadia, Lina, Hayan, Remy, dan Rio juga membalas lembut genggaman Radja.

Radja menunjukkan linggis kepada mereka. Linggis yang menjadi senjata andalan mereka untuk keluar dari penginapan terkutuk ini.

[RADJA] Terima kasih. Terima kasih telah membantuku keluar dari sini.

[NADIA] Kami juga berterima kasih. Terima kasih karena tidak pernah putus asa untuk menemukan kami.

Kepala Desa dan Warga desa yang berada di situ ikut merasakan atmosfer kehangatan yang terpancar.

[KEPALA DESA] Baiklah. Terlebih dahulu, kita harus membawa yang terluka ke rumah sakit. Setelah itu, kita bisa bercerita dan bersenda-gurau sepuasnya.

[RADJA] Sebelum itu, ada satu hal terakhir yang harus kita lakukan. (Melihat mereka berlima)

Nadia, Lina, Hayan, Remy, dan Rio memiliki pemikiran yang sama denagn Radja. Nadia mengambil seonggok kayu dan membakar ujungnya.

Nadia membakar penginapan itu. Penginapan itu perlahan dimakan api. Penginapan yang menjadi sumber keputusasaan itu perlahan musnah dimakan api.

Dan, mereka pun pergi dari sana.

.

.

.

.

.

KAKI GUNUNG JAUH DARI DESA 1977 - PAGI HARI

Sakhu sudah berhasil mengeluarkan semua warga desa. Kini mereka berada jauh dari desa Nggroyo.

Warga desa tampak cemas akan masa depan mereka. Beberapa dari mereka memaksa kembali ke desa lama.

[SAKHU] (Sudah muak) Kalian sudah gila!? Kalian baru saja lepas dari jeratan setan yang selama ini membelenggu!! Kalian sudah bebas!!

[SAKHU] Aku tahu ini memang sulit. Aku tahu ini memang berat. Tapi, bukankah ini lebih baik daripada terus bergantung pada setan-setan laknat itu?

[SAKHU] Sekarang kalian semua memiliki kebebasan. Kebebasan untuk membangun ulang desa seperti yang kalian inginkan. Tidak perlu terikat lagi pada setan-setan laknat itu.

[SAKHU] Tunjukkan kemampuan kalian. Tunjukkan tekad kalian. Tunjukkan bahwa kita manusia bukanlah makhluk yang gampang berputus asa.

Beberapa warga yang protes tadi tersentuh dengan perkataan Sakhu. Mereka bertekad membangun ulang desa, menjadikan desa yang terbaik.

Sakhu melihat ke arah gunung tempat desa Nggroyo yang ditinggalkan. Sakhu melihat matahari yang terbit.

[SAKHU] Aku akan datang menyelamatkanmu, sobat.

[DILATASI - SELESAI]

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar