DILATASI
2. Desa Nggroyo

DESA NGGROYO 2018 - SIANG HARI

Lina membuka aplikasi Instagram pada HPnya. Lina menyalakan fitur story dan mulai mengambil gambar kegiatan kelompoknya.

[LINA] Halo, guys! Ini udah hari ke-21 kami melakukan kegiatan di desa Nggroyo. Kalo semua lancar, empat hari kegiatan kelompok kami selesai.

[LINA] Nih, kami berlima lagi sibuk bikin laporan, guys. Semua pada serius ngerjain bagiannya masing-masing. Yuk, kita lihat satu-satu.

Lina mendekati salah satu temannya dan mulai menyorot.

[LINA] Ini Rio. Rio bertugas dalam perlengkapan dan transportasi. Di antara kami berlima, cuman Rio yang punya mobil. Jadi kelompok kami terbantu banget karena bisa fleksibel ke sana ke sini.

[LINA] (Menyorot ke arah Rio) Rio lagi sibuk ngurus dokumen, nih. Karena kegiatan penelitian mau kelar, Rio harus bikin dokumen kegiatan, keuangan, dan dokumentasi.

[LINA] Rio. Bilang hai kemari. Semangat, Rio.

Rio melihat dan melambai ke arah kamera Lina. Lina pun beralih ke anggota lain.

[LINA] Ini Remy. Remy yang bertugas dalam hal materi dan sosialisasi. Btw, Remy ini gamers loh. Karena dia gamers, kadang Remy ga bisa ngontrol emosinya.

[LINA] (Menyorot ke arah Remy) Walau gitu, kali ini Remy bisa duduk dengan tenang sambil bantuin ngerjain laporan. Remy, bilang hai kemari.

Remy melambaikan tangan ke kamera Lina. Lina beralih ke Nadia yang duduk di samping Remy.

[LINA] Nah. Kalo yang lagi duduk di samping Remy, ketua kami Nadia. Untung ada Nadia di sini. Kalo ga aku doang yang cewe di sini. (Tertawa)

[LINA] Sebagai ketua kelompok, Nadia sangat tenang dan cool-headed loh. Kehadiran Nadia di kelompok ini ibarat angin sepoi-sepoi. Ngebuat adem suasana.

[LINA] (Menyorot ke arah mereka berdua) Sekarang Nadia sama Remy lagi sibuk ngetik laporan, guys. Ketua Nadia. Bilang hai kemari. Semangat, Ketua.

Nadia melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah kamera. Lina beralih ke anggota terakhir yang sedang menulis.

[LINA] Yang terakhir, Hayan. Hayan adalah cowo paling freak di kelompok ini. (Tertawa dan menyorot Hayan)

[LINA] Kenapa freak? Soalnya cuman dia yang tertarik dan seneng banget sama cerita mistis, legenda, ato mitos gitu, guys. Pokoknya freak, deh.

[LINA] Tapi, walau gitu. Di antara anggota kelompok, Hayan otaknya paling encer. Dia yang ngebuatin semua program kerja kami di desa. Satu-satunya yang bisa nandingin keenceran otak Hayan di sini cuman sang ketua Nadia.

[LINA] Halo, cowo freak. Lambaikan tangan kamu ke kamera.

Hayan melihat ke kamera sambil tersenyum dan mengangkat-angkat alis. Lina hanya tertawa melihat tingkah Hayan. Lina kembali menyorot dirinya.

[LINA] Oke, guys. Udahan dulu, ya. Aku juga kudu bantuin temen-temen di sini. Doain biar cepat kelar. See you, guys. Dadah.

Lina menutup aplikasinya dan mengantongi HPnya. Lalu Lina duduk bersama Hayan membantu menyortir catatan angket kuosioner.

Nadia dan Remy sudah hampir selesai menulis laporan.

[REMY] Woh! Laporan hampir selesai. Dikit lagi kelar. Abis itu gue bisa main game.

[NADIA] Iya. Iya. Abis ini kamu bisa main game lagi sepuas kamu. Ngomong-ngomong. Gimana, Yan? Ada lagi program kerja yang sisa?

[HAYAN] (Mengambil buku catatan) Hmm. Sudah kelar semua, sih. Paling tinggal ini, presentasi di depan warga desa. Presentasi soal apa yang sudah kita dapat dan pelajari tentang pengelolaan SDA dan SDM di desa Nggroyo ini.

Rio juga sudah selesai mengurus dokumen. Rio meletakkannya di meja Hayan.

[RIO] Btw. Hebat juga lu, Yan. Bisa dapet desa sebagus ini. Penelitian kita lancar jaya tanpa ada kesulitan. Benar-benar sempurna sama tema yang dikasih sama fakultas.

[REMY] (Sembari mengetik) Bener. Bener. Tema yang dikasih sama fakultas kan tentang bagaimana pengelolaan SDA dan SDM di desa-desa. Pas lu pilih desa ini, gue kirain kita bakal kerja keras. Ternyata, malah kebalikannya.

[LINA] Iya. Pengelolaan SDA sama SDM di desa ini bagus banget. Malah aku rasa lebih bagus dari pada di kota-kota besar. Kita bahkan dapat ilmu baru tentang pengelolaan dan perencanaan sumber daya dari desa ini.

[NADIA] Kamu dapat referensi desa ini darimana, Yan?

[HAYAN] (Tersenyum bangga) Tentu saja, dong. Kan koneksi gue hebat. Gue dapat desa ini dari komunitas penyuka legenda dan mitos. Kata forum, desa ini dulu punya legenda ato cerita yang serem.

[LINA] Ahhh. Sudah kuduga. Pasti karena ada sesuatu kamu milih desa ini.

[RIO] Tapi, selama kita di sini ga pernah terjadi hal aneh ato serem deh. Keknya forum lu ngibulin lu, deh.

[HAYAN] (Langsung murung) Iya. Gue kirain bakal dapat hal menarik di sini. Gue kirain juga bisa ngelihat langsung hal-hal gaib di sini. Malah ga ada sama sekali. Yang ada malah desa ini terlalu bagus.

[HAYAN] (Ekspresi freak) Ato jangan-jangan desa ini terlalu bagus karena ada konspirasi antar warga desa. Jangan-jangan desa ini terlalu bagus karena semua warga desa melakukan pesugihan dengan jin ato makhluk halus lainnya. Ato jangan-jangan desa ini terlalu bagus karena kita sudah dihipnotis semenjak pertama kali masuk desa.

Perkataan Hayan langsung membuat semua geleng-geleng kepala. Mereka semua menatap Hayan dengan tatapan tidak percaya.

[NADIA] Yan. Yan. Cukup. Hentikan.

[RIO] Jangan mulai, Yan. Jangan mulai.

[REMY] Untung lu temen gue. Kalo ga, udah gue tendang lu dari tadi. Anjing. Illfeel gue ngelihat orang freak kek lu. (Tertawa)

[HAYAN] Alah. Gue ga mau dibilang freak sama maniak game kek lu, Rem. Secara teknis kita sama-sama freak di bidang yang berbeda.

[REMY] Level kita beda jauh, njir. Gue ga separah lu. Lu level tertinggi freak dari semua orang yang pernah gue kenal.

[RIO] Udah. Udah. Ngobrolnya nanti aja. Selesain dulu kerjaan kita. Yan, lu siapin slide presentasi buat besok. Rem, lu kabarin Kepala Desa kalo bakal ada presentasi.

[REMY] Siapa lu? Gue ga mau denger apa-apa, kalo bukan ketua yang merintahin.

Hayan ikut mengangguk setuju. Rio hanya melihat ke arah Nadia yang masih sibuk mengetik. Nadia yang melihat hal tersebut hanya menghela nafas.

[NADIA] Oke. Oke. Kerjain semua yang tersisa. Kasi tahu Kepala Desa kalo kita bakal ada presentasi. Siapin materi buat presentasi. Terus jangan lupa bingkisan buat Kepala Desa, sekalian pamitan.

[HAYAN & REMY] (Bersamaan) Siap, ketua!

Kelompok tersebut mengerjakan pekerjaan yang tersisa. Beberapa hari kemudian, mereka semua melakukan presentasi di aula desa.

Presentasi mereka dihadiri banyak warga desa. Kelompok tersebut mempresentasikan keunggulan desa, kelebihan desa, kemampuan organisasi desa, pengelolaan SDM dan SDA, efektifitas tata desa, dan berbagai distribusi positif desa bagi provinsi.

Kira-kira jam 10 pagi setelah selesai presentasi kelompok menemui Kepala Desa. Mereka menemui untuk mengucapkan terima kasih sekalian pamit.

KANTOR KEPALA DESA 2018 - JAM 10 PAGI HARI

[KEPALA DESA] Ho! Pemuda-pemudi. Presentasi kalian barusan bagus banget. Kalian nyaris membuat seluruh warga desa bahkan saya mati karena tersipu malu kegirangan. (Tertawa)

[NADIA] Ah, bukan apa-apa, Pak. Yang kami jabarkan saat presentasi memang nyata dan fakta di lapangan. Desa Nggroyo ini memang sangat hebat dalam pengelolaan SDA dan SDM. Kami banyak belajar di desa ini. Harusnya negara Indonesia ini juga belajar dari desa ini.

Kelompok lalu menyerahkan bingkisan makanan dan plakat kepada Kepala Desa.

[RIO] Ini ucapan terima kasih dari kami. Terima kasih karena telah mengizinkan melakukan penelitian di desa ini. Dan, juga sekalian kenang-kenangan dari kami.

[KEPALA DESA] Wah. Terima kasih banyak. Kegiatan kalian di desa sudah selesai, ya? Desa ini bakal kangen deh sama kalian. (Tertawa)

[NADIA] Iya, Pak. Sudah 30 hari kami di desa ini. Besok hari terakhir kami di sini. Hari ini rencananya setelah selesai presentasi, kami bakal keliling ke rumah warga yang membantu kami buat pamitan.

[KEPALA DESA] Terima kasih juga sudah memilih desa ini sebagai objek penelitian kelompok kalian. Saya mewakili seluruh warga desa berdoa agar studi kalian lancar, kuliah kalian lancar, dan kalian menjadi pribadi yang sukses.

[KEPALA DESA] Kalo ada waktu lagi, silakan mampir dan singgah ke desa Nggroyo ini lagi. Kami akan senang hati menyambut kalian lagi.

[NADIA] Terima kasih banyak, Pak. Amin. Amin.

Ketika semuanya sudah bersiap untuk pergi, Hayan membuka obrolan lagi dengan Kepala Desa.

[HAYAN] Oh iya, Pak. Sebelum kami pergi, ada yang ingin saya tanyakan.

[KEPALA DESA] Iya? Apa yang ingin kamu tanyakan?

Keempat temannya yang sudah berdiri kembali duduk.

[HAYAN] Saya dengar di desa ini ada cerita gaib gitu, Pak. Desa ini punya legenda, mitos, ato takhayul gitu ga, Pak?

Keempat temannya langsung meraih Hayan. Mereka semua menatap Hayan dengan tatapan tidak percaya. Bisa-bisanya Hayan bertanya seperti itu di saat-saat terakhir mereka akan pergi dari desa.

Kepala Desa agak terkejut dengan pertanyaan Hayan. Namun, kemudian tertawa.

[KEPALA DESA] Saya tidak tahu ini bisa disebut cerita mistis atau tidak. Tapi ada cerita yang sudah lama sekali menjadi buah bibir di desa ini semenjak dulu.

Perkataan Kepala Desa membangkitkan semangat Hayan. Hayan langsung mendekat duduk ke arah Kepala Desa. Keempat temannya pun ikut duduk lagi, penasaran dengan cerita Kepala Desa.

[KEPALA DESA] Saya tidak terlalu ingat juga karena dulu saya masih kecil. Tapi, menurut cerita orang tua saya dulu. Desa yang sekarang ini bukanlah tempat desa yang dulu.

[HAYAN] Maksudnya gimana, Pak?

[KEPALA DESA] Desa ini dulu lokasinya bukan di sini. Lokasinya dulu di belakang kaki gunung itu. (Membuka jendela dan menunjuk ke arah gunung yang terlihat jelas dari kantor kepala desa)

[KEPALA DESA] Sekitar 40 tahun yang lalu, terjadi sesuatu yang menyebabkan semua warga desa terdahulu pergi meninggalkan desa. Para warga desa terdahulu akhirnya membangun ulang desa di lokasi yang sekarang ini.

[HAYAN] Membangun ulang desa? Berarti sesuatu tersebut sangat dahsyat sampai menghancurkan desa yang lama gitu?

[KEPALA DESA] Kalo hancur sih saya ga bisa pastiin. Tapi, seingat saya dulu cuman ditinggalkan saja. Waktu kejadian itu terjadi, saya masih berumur tiga tahun. Jadi saya ga ingat apa-apa.

[HAYAN] Kalo gitu, kenapa kira-kira desa yang lama ditinggalkan, Pak?

[KEPALA DESA] Hmm. Menurut cerita ayah saya, desa yang dulu itu ada penunggunya.

Cerita Kepala Desa menjadi menarik, keempat teman Hayan yang awalnya tak tertarik menjadi penasaran dan mendengarkan Kepala Desa.

[KEPALA DESA] Kata ayah saya, penunggu desa yang lama menginginkan tumbal agar warga desa tak diganggu, makmur, dan sejahtera.

[KEPALA DESA] Namun, warga desa tak sudi bekerja sama dan tunduk dengan makhluk gaib. Akhirnya seluruh warga desa pergi meninggalkan desa.

[KEPALA DESA] Saya ingat samar-samar. Dulu banyak rumah yang terbakar. Banyak yang berlarian dan menuju truk evakuasi. Lalu, dari dalam truk evakuasi saya melihat desa yang lama terlahap api dan kami pergi meninggalkan desa.

[KEPALA DESA] Semenjak saat itu, ayah saya bersama dengan warga yang lain membangun ulang desa. Seperti yang kalian lihat sekarang ini.

Kepala Desa mengakhiri ceritanya. Hayan pun tampak tidak puas dengan cerita Kepala Desa.

[HAYAN] Udah? Gitu doang ceritanya, Pak?

Kembali, keempat teman Hayan melihatnya dengan tatapan marah bercampur kesal.

[KEPALA DESA] Yah. Mau gimana lagi. Cuman itu yang bisa saya ceritakan pada kalian. (Tertawa)

[KEPALA DESA] Saya juga setiap bertanya cerita lengkapnya pada orang tua saya dulu.

[KEPALA DESA] Orang tua saya hanya menjawab ’Sudah, jangan ungkit lagi masa lalu. Kita sudah hidup dengan tenang. Saatnya move on’.

Hayan terlihat makin tidak puas dengan cerita tersebut. Keempat temannya tampak lega karena tidak ada cerita gaib atau sejenisnya.

[HAYAN] Penunggu dari desa lama tidak ada yang ngikut gitu, Pak? Ke salah satu warga nempel gitu? Keanehan-keanehan lain setelah meninggalkan desa? Hal-hal gaib di desa yang baru?

Hayan masih ngotot mencari dan bertanya cerita gaib tersebut.

[KEPALA DESA] Tidak. Tidak ada.

Hayan makin tidak puas. Keempat temannya berusaha menahan tawa melihat ekspresi yang jarang-jarang ditunjukkan oleh Hayan.

[KEPALA DESA] Selama saya besar dan tumbuh di desa ini, tak ada keanehan atau hal-hal gaib muncul di desa ini.

[KEPALA DESA] Orang tua saya dan warga desa terdahulu membangun ulang desa benar-benar dari awal. Benar-benar dari nol.

[KEPALA DESA] Namun, dengan semangat pantang menyerah dan tak kenal lelah. Desa ini berangsur-angsur tumbuh dan berkembang.

[KEPALA DESA] Selama 40 tahun, semangat warga desa terdahulu diwariskan ke anak-cucu sekarang ini. Kerja keras, tekun, dan disiplin. Semangat mereka sudah diwariskan ke generasi saya, sekarang saya akan mewariskannya ke generasi selanjutnya.

[KEPALA DESA] Dan, seperti yang kalian lihat sendiri. Desa ini menjadi desa yang luar biasa. Berkat ketekunan dan semangat pantang menyerah, desa ini menjadi sangat hebat dalam pengelolaaan SDA dan SDM, serta menjadi desa yang sangat teladan dalam tata kelola masyarakat.

[NADIA] (Dengan nada kagum) Luar biasa, Pak. Cerita yang mengagumkan. Seharusnya kami bertanya hal ini saat pertama kali datang ke sini.

[RIO] Iya. Seharusnya cerita barusan kita tambahin di laporan. Sayang laporan kita udah selesai dicetak.

[KEPALA DESA] Padahal cerita barusan datang dari pertanyaan teman kalian yang ingin tahu cerita mistis di desa ini yang dari tadi kalian lihat dengan tatapan kesal dan marah. (Tertawa)

[REMY] (Tertawa dan menepuk pundak Hayan) Kadang pertanyaanmu berguna juga, Yan.

[LINA] Jangan sedih, Yan. Kamu emang ga dapat cerita mistis yang kamu mau, tapi setidaknya kita dapat pelajaran hidup berharga kali ini.

Hayan terduduk dengan ekspresi kecewa. Keempat temannya hanya melihat kasihan bercampur tertawa yang ditahan.

[HAYAN] (Dengan nada lemas) Lalu, gimana desa yang lama, Pak? Masih ada di balik gunung itu? Kalo misal pengen ngelihat ke sana, masih ada bekas-bekas desa yang lama?

Kepala Desa langsung berdiri, seolah mengingat sesuatu yang sangat penting.

[KEPALA DESA] (Dengan nada semangat) Nah! Itu dia! Itu dia!

Kelompok kaget melihat Kepala Desa yang tiba-tiba bersemangat.

[KEPALA DESA] Mungkin ini cerita yang kamu tunggu-tunggu dari tadi.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar