DILATASI
6. Keanehan

DI LOBI PENGINAPAN 2018 - JAM 12.20 MALAM

Pintu yang tertutup dengan keras, lampu kamar yang mati, dan terdengar tawa melengking perempuan dari dalam kamar.

[REMY] (Menggedor-gedor pintu) Anjing! Padahal barusan gue bilang ga ada keanehan. Kenapa jadi gini!?

[HAYAN] Kita dobrak barengan, bertiga.

Rio, Hayan, dan Remy mencoba untuk mendobrak pintu kamar, namun tidak bergeming sama sekali.

[HAYAN] Pintunya ga geser satu senti pun.

[RIO] Pintunya kuat banget, ga bisa didobrak.

[NADIA] Ambil sesuatu yang bisa buka pintu! Buruan! Dari luar kek, dari mana kek!

Rio berlari keluar, berusaha mencari sesuatu yang bisa mencongkel pintu kamar. Namun, pintu masuk penginapan tersebut juga terkunci.

[RIO] Pintu masuk juga kekunci. Bangsat!

Seketika itu juga seluruh lampu penginapan mati. Penerangan hanya sinar bulan dari atap penginapan.

[REMY] (Berteriak keras) Bajingan! Mana lu semua, setan-setan bangsat! Ngent*t lu, semua!

[NADIA] Lina! Lina! Kamu denger aku!? Kami bakal cari cara keluarin kamu dari dalam!

DI DALAM KAMAR-1 2018 - JAM 12.25 MALAM

Lina yang kaget terjatuh ke belakang. Suasana gelap membuat ia meraih hape dan menyalakan senter. Kamar tersebut menjadi kedap suara. Tak terdengar suara apapun. Bahkan teriakan temannya dari lobi tidak terdengar.

[LINA] (Ketakutan) Kenapa ini? Apa yang terjadi? Tadi itu apa?

Lina memberanikan diri menyorotkan senter ke arah cermin barusan. Dari cermin terlihat wajah perempuan tersenyum ke arah Lina. Lina yang terkejut menjatuhkan hapenya.

Kemudian dari dalam cermin, sosok perempuan tersebut merangkak keluar. Lina langsung tahu kalau itu adalah Kuntilanak.

Sosok putih yang kontras dengan kegelapan itu langsung menyergap Lina dan mencekiknya. Di tengah cahaya yang remang-remang, Lina berusaha sekuat tenaga melepaskan cekikan Kuntilanak itu.

Lina menendang, mencakar, dan memukul sebisanya. Nafas yang semakin habis membuat Lina nyaris kehilangan kesadaran. Saat tangan Lina menggapai-gapai apa yang ia bisa raih, Lina menggapai linggis yang tertinggal di dalam kamar.

Tanpa pikir panjang Lina menghantamkan linggis tersebut ke kepala Kuntilanak tersebut. Kuntilanak tersebut melepaskan cekikannya dan menjerit kesakitan. Lina langsung meloncat ke belakang menjauh dari Kuntilanak tersebut dan mengambil hapenya.

Lina mengarahkan senter ke arah Kuntilanak tersebut. Wajah Kuntilanak tersebut sangat putih dengan mata merah menyala. Rambut lurus panjang yang terurai acak-acakan. Tampak kepala kuntilanak bekas hantaman Lina mengeluarkan kepulan asap seperti habis terbakar.

[KUNTILANAK] Linggis itu!? Tidak mungkin! Kau seharusnya tumbal yang diberikan kepadaku! Berani-beraninya kau melawan!

Lina tahu linggis tersebut mempan kepada kuntilanak tersebut. Namun, ketakutan menyelimuti diri Lina. Kuntilanak yang melihat Lina ketakutan pun tertawa.

[KUNTILANAK] (Tertawa) Linggis itu ga akan berguna jika kau ketakutan. Pada akhirnya kau sama seperti yang lain, hanya manusia biasa yang lemah. (Menerjang ke arah Lina)

Bisikan kecil terdengar di telinga Lina. Suara bisikan tersebut sangat lembut. Hanya Lina yang mendengar bisikan tersebut.

Suara wanita dengan sangat lembut berbisik di telinga Lina. ’Jangan takut. Jangan gentar, Cah Ayu’. Keberanian tiba-tiba muncul dari dalam diri Lina.

Bisikan tersebut seolah memberinya keberanian. Kuntilanak menerjang ke arah Lina. Tanpa basa-basi, Lina mengayunkan linggis tersebut tepat ke arah wajah kuntilanak itu. Kuntilanak tersebut terpental dan wajahnya melepuh karena terhantam linggis tersebut.

[KUNTILANAK] Kau melawanku!? Kau hanya manusia lemah! Kau hanya tumbal! Kau seharusnya takut padaku!

Lina tak mendengarkan kuntilanak tersebut dan langsung menghabisinya. Hantaman bertubi-tubi diberikan Lina. Kuntilanak tersebut berusaha mencapai cermin, namun dihadang Lina.

Tatapan Lina berbeda dengan yang tadi. Tatapan penuh keberanian.

[KUNTILANAK] Tidak mungkin! Tidak mungkin! Tidak mungkin!

Lina menghabisi kuntilanak tersebut. Suara desisan karena terbakar terdengar dari selutuh tubuh kuntilanak itu. Kuntilanak tersebut terkapar di lantai, mati.

Lina mengalahkan kuntilanak tersebut. Sesuatu yang tak pernah ia bayangkan seumur hidupnya. Kemudian pintu kamar pun terbuka.

DI LOBI PENGINAPAN 2018 - JAM 12.50 MALAM

Lina membuka pintu dan keluar. Keempat temannya yang dari tadi ada di depan kamar, langsung menghampirinya. Lina tampak shock dan langsung jatuh berlutut masih menggenggam linggis.

[NADIA] (Memeluk dan mengusap kepala Lina) Kamu gapapa, Lin? Apa yang terjadi di dalam?

[RIO] Ini tadi linggis yang ketinggalan di dalam. Lu pakai buat apa?

Hayan dan Remy langsung masuk ke dalam kamar. Sesaat kemudian keduanya berteriak kaget.

[REMY] Anjing! Bangsat! Ini apaan!? Apaan ini, njing!?

[HAYAN] Wanjing! Goblok! Ini beneran!?

Nadia dan Rio yang berada di luar kamar pun ikut kaget.

[RIO] Kenapa!? Ada apaan di dalam!?

Lina pun bangkit. Tampak ia sudah lebih tenang. Lina memberikan linggis tersebut ke Rio. Lina juga melangkah masuk ke kamar, Rio dan Nadia pun mengikuti.

[LINA] Itu... Kuntilanak. Tapi ga usah takut, kuntilanak ini udah mati.

Keempat temannya kaget bukan kepalang. Mereka tampak melompat menjauhi kuntilanak itu. Rio, Remy, dan Nadia tampak shock.

Penginapan ini beneran angker. Hayan tampak kegirangan mendengar perkataan Lina.

Ketiga yang lain seakan tidak percaya, namun ada bukti nyata di depan mata mereka.

[RIO] Kita semua beneran kejebak di tempat yang berhantu. Kita semua bakal mati di sini.

[REMY] Setan asli, njing! Ga mungkin! Ga mungkin!

[HAYAN] Buktinya sudah ada di depan mata kalian, guys. Kalian mau ga mau kudu percaya.

[NADIA] Kamu bilang udah mati, Lin? Gimana cara kamu ngalahin kuntilanak ini?

[RIO] (Mengangkat linggis) Jangan-jangan lu kalahin pake ini?

[LINA] (Mengangguk) Iya. Keknya linggis itu udah dikasi sesuatu mantra, penangkal, ato sejenisnya. Makanya gue bisa ngabisin kuntilanak ini.

Hayan tampak bingung dengan perkataan Lina tersebut dan langsung keluar kamar. Hayan menghampiri kamar yang ada tengkoraknya.

[LINA] Ditambah lagi, tadi keknya ada wanita dengan suara yang lembut banget bisikin gue. Itu yang ngebuat gue berani buat ngalahin nih kunti.

[REMY] Lu yakin yang bisikin itu bukan setan di sini juga?

[LINA] Entahlah. Tapi, dari suaranya gue yakin wanita itu ga punya niat jahat.

Remy berjalan mendekat ke arah kuntilanak tersebut. Remy jongkok dan mencoba menyentuh kuntilanak.

[NADIA] Kamu ngapain, Rem? Jangan aneh-aneh.

[RIO] Kalo tiba-tiba tuh kunti gerak gimana, njing!

[REMY] Justru gue mau pastiin, nih kunti udah beneran mati ato ga!

Ketika Remy menyentuh tubuh kuntilanak itu, meskipun hanya secolek. Tubuh kuntilanak tersebut langsung musnah menjadi debu hitam dan berserakan di lantai.

[REMY] Beneran mokad. Lu bener-bener ngabisin kunti ini, Lin. (Menatap Lina)

[RIO] Oke. Oke. Ambil positifnya, setidaknya setan penunggunya udah hilang kan?

[NADIA] (Berjalan keluar kamar dan menatap penginapan) Keknya masih ada setan penunggu lainnya di sini.

Perkataan Nadia membuat ketiganya menjadi ketakutan lagi. Lalu, Hayan memanggil dari dalam kamar pertama tadi.

[HAYAN] Guys! Ketua! Semuanya ke sini, deh! Lihat ini!

Keempat yang lain menghampiri Hayan di kamar pertama. Ketika mereka melihat ke dalam kamar, mereka tertegun tidak percaya.

[NADIA] Baiklah. Penginapan ini memang berhantu. Tapi, apa yang terjadi di sini?

DI DALAM KAMAR-0 1977 - DINI HARI

Radja terbangun dari tidur singkatnya.

[RADJA] Ah, sial. Aku tertidur.

Suara deritan pintu terdengar. Radja pun bangkit dan memeriksa asal suara. Di lantai satu ada satu kamar yang terbuka.

[RADJA] (Berjalan ke arah kamar yang terbuka) Jadi, kau selanjutnya yang harus aku habisi?

Radja masuk namun tidak ada apa-apa. Sekitar 10 menit Radja menunggu di dalam kamar tersebut. Pintu tidak tertutup secara tiba-tiba. Tidak ada kemunculan setan yang ditunggu Radja.

[RADJA] Apa yang terjadi? Setan penunggu kamar? Dimana kau?

Radja keluar kamar dan memperhatikan sekitar, ia melihat ada satu kamar lagi di lantai dua yang terbuka. Radja naik ke lantai dua dan memeriksa kamar tersebut. 

Sama hal yang kamar yang sebelumnya. Tidak terjadi apa-apa. Radja bingung dengan keadaan ini. Di kamar lantai dua, Radja berpikir.

[RADJA] Jika keadaannya seperti ini, maka kesimpulannya salah satu setan penunggu sudah dikalahkan.

[RADJA] Tidak mungkin. Tak mungkin juga ada yang mengalahkan setan penunggu tanpa linggis ini.

[RADJA] Yang terjebak di sini hanya aku seorang. Tak ada orang lain selain aku di dalam penginapan ini. Apa maksudnya ini?

Radja mencongkel pintu dan menghancurkan cermin di kamar lantai dua. Begitu juga dengan kamar di lantai satu. Lalu, Radja pun masuk ke dalam kamar lantai satu yang barusan terbuka tadi.

Radja bersandar dan meletakkan linggis di sampingnya melanjutkan pemikirannya tadi.

[RADJA] Semua warga desa sudah dibawa pergi. Sakhu juga ikut bersama mereka. Aku benar-benar sendirian di sini.

[RADJA] Tapi, tak salah lagi. Salah satu setan penunggu di sini dikalahkan. Benar-benar dikalahkan.

[RADJA] (Tertawa) Terlalu banyak keanehan di dalam hidupku. Aku akan menunggu keanehan apa lagi yang akan terjadi.

DI DALAM KAMAR-0 2018 - JAM 01.00 MALAM

Nadia, Remy, Lina, Rion, dan Hayan tertegun dengan pemandangan di dalam kamar-0.

[REMY] Ini, gue ga salah liat kan? Lu semua ngeliat apa yang gue liat kan?

[NADIA] Iya, Rem. Kamu ga salah liat. Kita semua bisa ngeliat.

[LINA] Tengkorak manusianya... hilang.

Tengkorak manusia yang pertama kali mereka lihat di dalam kamar ini hilang. Seolah tak pernah di situ.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar