Sisi Berbeda

Aku sadar akan satu hal. Kalau Aku tidak dapat membuat semua orang senang terhadap ku. Pasti akan ada saja yang tidak suka dengan ku. Meskipun Aku sudah bersikap sebaik apa pun terhadap mereka. Aku sadar akan itu. Ketika umurku sudah cukup untuk memahami semua ketentuan hidup. Sebuah sikap kedewasaan yang datang seiringnya bertambah usia. 

Aku butuh berpikir seribu kali. Tidak, tidak sampai seribu kali tetapi lebih dari tiga kali untuk memutuskan sebuah keputusan. Ku pikirkan lagi hingga Aku tidak ragu. Tetapi kalau saja Aku masih meragu. Ya… Tak akan ku lanjutkan. Itu tandanya di luar batas kesanggupan ku. 

Aku tidak terbiasa untuk memaksakan kehendak ku kalau sudah meragu di awal. Lebih baik menghindar dari pada mencapai kegagalan atau bahkan keluhan yang cukup signifikan. Meskipun Aku tahu kalau proses kegagalan juga baik untuk kesehatan mental. Pertumbuhan mental maksudnya.

Aku juga menyadari. Kalau Aku tidak suka diikuti pasti orang lain juga tidak suka ku ikuti. Artiannya itu. Mengikuti kemana ia pergi, mengekor bagai anak itik yang mengikuti kemana induknya pergi. 

Aku tidak suka diikuti dan Aku sadar setelah Aku ingin mengikuti seseorang dikarenakan Aku tidak tau arah tujuan. Aku langsung sadar kalau seseorang itu tidak mau Aku ikuti setelah ia mengeluh 'Aku gak mau ya diikutin' terdengar sebuah penegasan. Aku langsung paham sehingga Aku tidak jadi mengikuti seseorang itu.

Beda halnya kalau Aku yang tidak mau diikuti tetapi malah Aku yang mengikuti seseorang itu yang semula ingin mengikuti ku. Terdengar seperti menjilat ludah sendiri. Tetapi ketahuilah. Seseorang yang Aku ikuti itu lebih kherr sama Aku, lebih bersahabat. Padahal sebelumnya Aku bercanda, tanpa sadar mungkin saja Aku juga menyakiti hati kecilnya. Sebelumnya Aku mengatakan candaan sebuah keterangan kalau Aku akan mengikuti seseorang dan ia boleh saja mengikuti ku tapi sebetulnya Aku tidak mau diikuti olehnya.

Jujur saja Aku menyesal, sangat menyesal. Kenapa Aku bisa bersikap seperti itu? Seolah Aku merasa, Aku tidak mau dia dekat dengan ku. Aku ingin dekat dengan seseorang yang bahkan tidak merasa nyaman saat bersama ku dan justru seseorang yang ingin ku hindari malah merangkul ku. Seolah hanya dialah yang mau menemani ku meski pun aku sebelumnya bersikap tidak baik dengannya. Rasanya bohong kalau dia tidak peka akan sikap ku yang mencoba menghindar.

Sekali lagi Aku tersadar. Kalau sebetulnya setiap perjalanan akan menemukan teman. Teman yang semula tidak ingin kita bersamai, bahkan yang coba ku hindari tapi malah justru teman itu lah yang merangkul dan menggenggam tangan ku di saat yang lain tidak mau ku ikuti atas ke tidak tahuan ku dan ketakutan ku akan dunia luar.

Ketahuilah di saat itu Aku merasakan malu sekaligus gembira secara bersamaan. Secara bersamaan juga Aku sadar akan seleksi alam yang secara kebetulan mengajarkan Aku arti saling ketergantungan dan pertemanan yang ada kalanya saling memperlihatkan sisi asli yang tersembunyi yang hanya bisa terlihat di suatu kondisi yang tidak biasa terjadi.

3.9K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction