Truntum

Cintaku pada Mas Bas mungkin bukan cinta yang luar biasa. Aku juga wanita biasa yang tidak ingin diduakan.

Saat Mas Bas menikah lagi, aku tidak serta merta marah atau mengamuk. Aku ingin meniru apa yang dilakukan Kanjeng Ratu Kencana, saat Kanjeng Paku Buwono III lebih memperhatikan selirnya. Tentu saja, cara membatikku tidak sesempurna Kanjeng Ratu.

“Di mana Dewi?” tanya Mas Bas.

Aku menggeleng sembari menorehkan canting ke kain mori. Warna merah segera membentuk motif truntum. 

“Kau tidak bohong?”

"Tidak.”

Tentu saja aku tidak berbohong, karena aku tidak tahu, ke mana pembantu setiaku membuang jasad Dewi.

2 disukai 5.1K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction