Hari Ibu

Pagi yang cerah. Ku buka catatanku, tertulis nama yang ternyata adalah seorang anak. Hm... jarang sekali. Jarang sekali nama yang tercantum di catatanku umur belia. Tapi apapun itu, tugas tetap harus dilaksanakan.

Aku mengunjungi anak itu yang saat ini masih mengikuti pelajaran di sekolah. Anak itu tampak rajin mengikuti pelajaran, sepertinya dia anak yang baik. Ah bodoh amat. Aku ingin segera menyelesaikan tugasku.

Kudengar Ibu guru menyuruh murid – muridnya untuk memberikan sebuah hadiah atau ucapan kepada ibu mereka. Hm... aku rasa ini adalah moment yang tepat sekaligus dramatis. Aku menunggu anak itu hingga selesai sekolah.

-----

Tepat setelah pulang dari sekolah, aku melihat anak itu dalam perjalanan menuju rumah. Dari raut wajahnya tampak ia sedang memikirkan sesuatu. Ku datangi dia dan ku ajak bicara.

“Hei nak, apa yang sedang kau pikirkan?” tanyaku.

“Kakak siapa? Kenapa kakak punya sayap?”

Aku tidak mengira kalau anak ini bisa melihat wujud asliku. Aku harus segera mengalihkan topik pembicaraan, “Sepertinya kamu lagi memikirkan hadiah untuk ibumu ya?”

Anak itu menganggukkan kepalanya.

“Hm... kakak tahu hadiah apa yang cocok buat ibumu.”

Raut wajah anak itu tiba – tiba berubah ceria, “Ibu suka dikasih hadiah apa, kak?”

“Coba kamu ingat – ingat lagi, kira – kira apa yang sering ibumu katakan kepadamu?” tanyaku memancingnya.

Dia merenung, “Ibuku sering bilang kalau aku selalu menjadi beban buatnya. Ayah pergi juga karena aku. Tiap hari hanya caci maki yang kudengar dari mulut ibuku. Biarpun begitu, aku tetap menganggapnya sebagai ibu yang terbaik di dunia.”

“Sepertinya kau sudah tahu hadiah apa yang ibumu inginkan,” kataku sambil tersenyum.

Dia menganggukkan kepalanya namun dengan raut wajah yang sedih.

-----

Keesokan hari tanggal 22 Desember, dimana dirayakan sebagai Hari Ibu. Terdengar berita seorang anak kecil meninggal bunuh diri dengan cara menggantungkan dirinya. Di meja belajar anak itu, ditemukan sepucuk surat untuk ibunya yang tertulis, “Selamat Hari Ibu. Hanya ini yang bisa adik berikan sebagai hadiah. Sekarang adik sudah tidak menjadi beban lagi untuk ibu. Adik sayang ibu.”

5.1K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction