Disukai
23
Dilihat
959
Cyber Security
Aksi

Sebagai staf baru pengamanan data perusahaan di Indonesia Oil Company (IOC), Zack Andira cukup banyak mempelajari sejauh mana kasus-kasus korupsi dan tuntutan perusakan alam mengakibatkan perusahaan raksasa ini kebobolan trilyunan rupiah tahun lalu. Atau tuntutan pencurian intelektual yang dilakukan perusahaan terhadap Esa Cahyadi, salah seorang staf marketing mereka yang kini menjadi musuh media terbesar perusahaan di Internet.

Zack sangat terkejut mengetahui kegiatan perusahaan IOC dalam memantau karyawan mereka, para kritikus luar, dan lain-lain. Tapi, yang lebih membuat bulu kuduknya berdiri adalah pekerjaan pejabat polisi tingkat tinggi yang menghantui cabang perusahaan di beberapa kota dalam menjalankan organisasi-organisasi ini. Sebuah kesalahan yang dilakukan karyawan pembangkang bisa diubah menjadi tindak kriminal.

Tidak ada pekerjaan pegawai yang lolos dari pemantauan human resource departement tanpa peringatan keras, tidak jarang tuduhan telah melakukan sesuatu yang merugikan perusahaan, disusul pemecatan dengan prosedur yang tidak semestinya. Tak perlu disebutkan lagi tekanan yang dilakukan secara berlebihan terhadap staf pengamanan data, atau bahkan sikap personel-personel human resource yang ironisnya tidak konsekuen dalam menjaga identitas karyawan-karyawan mereka sendiri.

Mereka menentukan siapa yang bekerja di perusahaan itu. Human resource adalah sarang para penjilat yang berusaha membuat jaringan kelompok kepentingan tersendiri. You’re in or out yang artinya bisa sebaliknya untuk alasan apa saja.  

Hari ini, Zack merasa telah melakukan sebuah kesalahan, entah apa. “Adakah ini tentang Esa Cahyadi? Betapa perusahaan sangat menghindari kontak dengannya,” pikir Zack, gagal menutup kecemasan yang ia coba sembunyikan selama makan siang. Entah siapa yang mencurigai siapa, tapi sikap beberapa karyawan terasa beda di kantin tadi. Saat melewati ruang HR, ia dipanggil masuk oleh Gading Reksa dengan seringai aneh. 

“Aku ingin bicara padamu sebelum pulang nanti!” kata Gading.

“Tentang?” Zack tak acuh berdiri dengan kedua tangan menyaku di celana.

“Kamu tidak tahu apa yang kamu kerjakan? Berarti kita benar-benar harus bicara.” Ketua HR itu menepiskan tangan, menyuruhnya pergi tanpa menoleh lagi. Zack merasakan sesuatu seperti mencengkram perutnya, sikap dingin personalia itu membuat sekujur tubuhnya terasa dingin. Baru sekali ini ia dipanggil seperti itu, dan tiba-tiba saja dirinya merasa aneh.

Mungkin, aku sudah termakan oleh isu polisi yang menghantui dari rekan-rekanku itu. Ia merutuki dirinya sendiri dalam hati sambil menjernihkan airmukanya yang tegang. 

Seorang staf mengincar matanya, mencari-cari alasan apa yang membuat ia dipanggil Gading. Tapi, Zack terus melenggang ke ruang kerjanya. Setibanya di meja, ia langsung hanyut dengan kode-kode pada layar komputer. Teleponnya berdering kemudian. Dari Nugraha, rekannya yang bekerja di ruang sebelah. 

“Ya, katakan!” kata Zack menyahut. Ia menaruh tangannya pada sandaran kursi. 

“Bukankah sudah kuberitahu jangan menggunakan komputer di rumah kalau mau masuk ke situs EC?” Suara Nugraha terdengar seperti berbisik, tapi menggeram.

“Kamu tidak usah cemas, aku melakukannya di tempat lain,” kata Zack mengaku. 

“Mereka menemukan trace-mu. Entah bagaimana, tapi kudengar perusahaan mendapat kiriman info trace dari salah satu roots yang kamu kunjungi. Sudah kubilang, blog-blognya EC itu diawasi.” 

“Gilang sudah memanggilku untuk bicara sore ini. Kamu tenang saja, Nugie. Aku hanya baca-baca artikel di blog itu saja. Dan ngomong-ngomong, aku menyukai ketajaman senior marketing itu.” 

“Mantan senior marketing! Kamu katakan saja pada si Gilang sore nanti bahwa kamu ingin seperti dia, dikirim pulang tanpa uang kompensasi sepeserpun!” Suara di seberang telepon itu mendengus. Percakapan itu ditutup begitu saja oleh Nugraha dari seberang. 

Beberapa menit sebelum pulang. Salah seorang sekretaris mereka mendatangi meja. 

“Kamu-tahu-siapa sudah menunggumu,” sekretaris itu berkata dengan mulut nyaris terkatup, suaranya membisik. 

Zack menoleh. “Baik, katakan aku datang. Tolong bawakan secangkir teh untukku.” 

Zack perlu waktu untuk mempersiapkan diri selama beberapa saat dan membereskan meja. Sembari menyelendangkan tas kerjanya di pundak, ia pun masuk ke ruang HR itu, menemukan Gilang sedang bercakap di telepon. Ia duduk menunggu di sofa yang tersedia. Tak lama sekretaris membawakan minuman untuknya. 

Gilang menutup percakapan telepon kemudian berpaling padanya. “Jadi, kamu tidak merasa telah melakukan aktivitas apapun selain dari mengintai kasus-kasus perusahaan di blog kurang kerjaan si Esa itu, untuk meninggalkan karirmu di perusahaan ini? Kamu tidak meneken kontrak kerja dengan kami untuk melakukan insider trading, bukan?"

“Untuk meningkatkan siaga di perusahaan ini saja. Apa ada masalah?” Zack menjawab dengan santai. Ia tidak merasa melakukan kesalahan dengan mempelajari lebih dalam klaim dari luar tentang perusahaan ini. Khususnya yang berhubungan dengan pengamanan data perusahaan. 

“Tidak ada perdagangan orang dalam?” tanya Gilang, sekali lagi.

“Tidak!” 

"Kamu baru saja melewati trimester kedua untuk kontrak kerjamu. Jangan berbuat kebodohan untuk mengacaukannya. Kamu tidak ingin melepas gajimu yang besar itu, kan? Asal kamu tahu, kami bisa meningkatkannya agar dalam beberapa tahun, kamu sudah bisa punya apartemen mewah di pinggir pantai.Work with us, not against us. Mengerti? Nah, sekarang pulanglah.” Gilang bangkit dari meja kerjanya, lalu meninggalkan Zack begitu saja. 

Zack merenung selama beberapa lama. Ia mencium gelagat tak enak soal gaji yang dijanjikan Gilang. Ia merasa seperti seorang pecundang. Ia pun menyambar tas kerjanya, keluar dari ruangan itu. 

Malam itu, Zack mempertimbangkan untuk pindah dari IOC. Tawaran dari sebuah perusahaan pencipta software Skurio yang dijalankan oleh beberapa cyber experts yang pernah aktif dalam bidang hacking itu sangat menarik.  

Dawud Faruq direktur perusahaan Skurio itu meyakinkan Zack untuk bekerja sama dengannya. Mantan hacker yang diidolakannya sejak kecil itu mengirim surel langsung padanya. Dia tahu apa yang terjadi pada Zack dalam perusahaan IOC. “Produk kami adalah cara yang terbaik bagi perusahaan seperti IOC untuk menghindari pelanggaran yang dilakukannya dalam mengakses data. Kalau kamu tertarik dengan kasus-kasus penyelidikan seperti yang dilakukan oleh Esa Cahyadi, sebaiknya kamu bergabung dengan kami,” tulis Dawud dalam surel itu. 

Walaupun ini bukan sebuah cyber scam atau pekerjaan fraud, tetapi aktivitas yang dihasilkan produk ini mengundang para hacker untuk melumpuhkan produknya dengan berbagai cara. Karena itu, ada beberapa risiko yang harus ditanggungnya jika ia memutuskan untuk pindah dari IOC ke Skurio. Uang, reputasi, intellectual property, IT equipment, dan IT based service seperti website, dan payment systems, semuanya pada risiko dari kriminalitas cyber

Bekerja mengamankan data perusahaan lain bisa membahayakan data perusahaannya sendiri. Data bisa mengambil berbagai bentuk dan bisa termasuk client details dan data personal, informasi pembayaran, product details, dan informasi rahasia perusahaan. Bisa ada risiko pada data di mana saja disimpan apakah itu pada sistem-sistem IT perusahaan atau alat-alat atau dalam Cloud. Apa saja bisa menjadi taruhan. Dan secara prinsip, memuluskan orang lain untuk mengakses data perusahaan orang lain bisa menjadi sebuah pelanggaran. Pelanggaran IT bisa sangat merugikan, baik dalam biaya untuk memperbaikinya dan kerusakan reputasi. Sebuah pelanggaran bisa juga menuntun pada pencurian pendanaan dan pemalsuan transfer dari rekening-rekening bank perusahaan. Dan kehilangan data bisa mendatangkan denda signifikan dari Kantor Komisioner Informasi.  

Akan tetapi, Zack sangat tertarik dengan tawaran Dawud. Dan uang tabungannya selama ini cukup bekal untuk meninggalkan perusahaan IOC dan memfokuskan dirinya pada kasus-kasus yang digeluti oleh Esa Cahyadi. Entah sejak kapan ia mulai menjadi seorang pengkhianat, tapi ia merasa sebuah keadilan harus terjadi pada perusahaan IOC yang telah berusaha keras menutupi kasus-kasus korupsi mereka sendiri itu. Ada ide yang menggelitik bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk berbalik menentang IOC.

Zack tak menunda-nunda lagi. Saat itu juga, dia menelpon Dawud. Dawud yang mengenali nomernya langsung menjawab panggilan itu. Mereka saling menyapa dan langsung membahas urusan bisnis.

“Situs web kami telah menjadi subjek serangan non peretasan yang teratur selama beberapa tahun, sering kali setiap hari selama 24/7. Tapi tidak pernah melibatkan pencurian atau kehilangan data apa pun. Situs web ini juga telah menjadi subjek operasi spionase global oleh perusahaan-perusahaan seperti IOC yang berusaha melacak siapa yang mengunjungi situs kami dari tempat tempat mereka dan mengirim informasi orang dalam mereka. Untuk alasan keamanan, kamu harus beroperasi baik di rumah maupun di kantor.”

Zack faham, secara tidak langsung, Dawud memintanya untuk menyiapkan IT equipment sendiri. Cukup berisiko untuknya. Penjahat ingin mencuri darinya, apakah itu data atau uang. Mereka mungkin juga ingin mengganggu sistemnya sehingga bisnisnya tidak dapat berfungsi secara normal. Tapi, Zack yakin dapat mengantisipasinya. Ia tahu, ia bisa melakukannya.

Zack pun memutuskan untuk terlibat dalam peperangan cyber ini.

"Ya, Pak Dawud. I'm in."

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi