Andromeda"s Cry

Kegulitaan malam itu tak dapat ditembus oleh bintang paling terang sekalipun sebab gurita awan terus mendekat pada gisik pantai untuk menguliti dirinya hingga ia merasa telanjang. Udara kering membuat kulitnya terasa pedih, dinginnya udara menghimpitnya dengan dinding. Ototnya meradang seakan terjengkau oleh panas neraka. Ia adalah mawar yang sedu, a rose that turns blue, dulunya gadis kini seorang ibu yang disucikan oleh rentetan soal-soal hidup. Ia menyulam setiap benang ruh ke dalam impian penuh warna masa depan anak-anaknya, mimpi-mimpi yang ingin ia raih dalam hidupnya; dedikasi, cinta dan pemenuhan jiwa. Rasa malu yang membredel setiap kelu dengan tiap utas nadi yang ketas, tiap getih yang menggetah, mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak terlalu banyak bertanya, berharap terlalu banyak segala yang tidak mungkin, segala sesuatu yang menjadi jelas sebagai jawabannya. Kematian akan turun pada setiap manusia, membelah alam sampai kita terangkat kembali bersama orang-orang yang kita cintai. Dia tidak pernah bisa menebak siapa yang mengatur kemudaan harapan, dan menggulung ketuaan hal yang sia-sia. Waktu terus berputar, sampai ujung malam berdering, meletakkan segala sesuatu padanya. 

3 disukai 3.1K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction