Topeng Sakti Cantika
16. SCENE 76-79

ESTABLISHED SEKITAR RUMAH SUPENDI — SORE

Sanjaya dan Laura turun dari becak. Membayar ongkos. Sebentar kemudian sudah menaiki teras.


CUT TO


INT. RUANG KELUARGA — SORE

Di ruang keluarga. Sanjaya, Laura, Kakek Supendi dan Nenek Inayatun menyaksikan penampilan Cantika di televisi bersama teman-temannya.

Sound efect suara televisi yang menayangkan pentas Tari Topeng.

KAKEK SUPENDI
(menunjuk ke televisi)Itu cucuku.
NENEK INAYATUN
Cucuku hebat.
KAKEK SUPENDI
Cucuku yang hebat.

Mendengar perdebatan kedua orangtuanya, Sanjaya dan Laura saling pandang dan tersenyum.

NENEK INAYATUN
Bapak pikir yang dandanin dia pake kostum secantik itu siapa kalau bukan neneknya.
KAKEK SUPENDI
Tapi siapa yang mengajari dia menari sampe sebagus itu
SANJAYA
Cantiknya persis seperti neneknya.
LAURA
Kerennya pasti karena keturunan kakeknya. Kakek Supendi.

Inayatun berpaling ke arah Laura. Dia tiba-tiba menatap Laura cukup lama dan meraih tangannya. Laura nampak terharu.

NENEK INAYATUN
Terima kasih banyak, kamu udah kasih cucu yang hebat buat ibu.

Laura tidak kuasa menahan air mata. Sebutir jatuh langsung disekanya. Sedangkan pandangan Inayatun sudah kembali ke layar televisi.

Tiba-tiba datang Sari.

SARINAH
Assalamualaikum..
ALL
Waalaikumussalam!
NENEK INAYATUN
Sari? Sini masuk. Kita lagi nonton Murni lho di televisi.
LAURA
Iya mbak Sari, mari gabung.

Sembari menggeser posisi duduknya ke sudut lain untuk memberi ruang pada Sarinah.

SARINAH
Wah kebetulan, saya bawa cemilan.
NENEK INAYATUN
Buat Jaya?

Sari kikuk dan menjawab sedikit gugup.

SARINAH
Anu bu, buat semuanya kok. Buat bapak, ibu. Kalau mas Jaya atau mbak Laura mau ikut nyicip ya monggo.
(beat)
Sebentar saya siapin dulu wadahnya.
LAURA
Saya bantu ya.
SARINAH
Nggak usah, mbak. Ini cuma sedikit kok.
LAURA
Nggak papa.
(beat) Ayo.

Laura bangkit dari duduknya lantas menggamit lengan Sarinah berjalan menuju dapur dan sebentar kemudian mereka menghilang di balik pintu. Sanjaya menatap dengan tersenyum.


CUT TO


INT. RUMAH SUPENDI/DAPUR — SORE

Laura dan Sari nampak saling bekerjasama. Sarinah menyiapkan nampan dan piring-piring kecil sebagai wadah cemilan, sementara Laura menata cemilannya di sana. Sebentar hening, tiba-tiba mereka bicara hampir bersamaan.

LAURA/SARINAH
Mbak, sayaa..

Mereka saling berpandangan kemudian tertawa bersama.

LAURA
Silakan mbak duluan.
SARINAH
Nggak papa, mbak duluan. Saya menyimak.
LAURA
Mendingan mbak Sari dulu.
SARINAH
Nggak papa, mbak dulu aja.
LAURA
Oh ok kalau gitu.
(menghela nafas sejenak)
Saya mau minta maaf.
SARINAH
(tersenyum)
Minta maaf soal apa mbak. Mbak Laura nggak salah apa-apa sama saya. Saya yang seharusnya minta maaf karena..
LAURA
(memotong cepat) Saya minta maaf karena sudah berprasangka yang bukan-bukan sama kamu dan suami saya.
SARINAH
Saya dan mas Jaya nggak ada hubungan apa-apa selain hubungan teman dan saudara, mbak. Sejak dulu gitu.
LAURA
Saya tahu.
SARINAH
Jujur, dulu saya pernah menaruh hati sama mas Jaya. Tapi cuma bertepuk sebelah tangan. Cinta dan sayangnya mas Jaya buat perempuan lain.
LAURA
Maksudnya perempuan lain?
SARINAH
Ya mbak Laura lah? Siapa lagi.
LAURA
Masa sih?
SARINAH
Mbak Laura nggak percaya?
LAURA
(tertawa) Saya percaya sama suami saya, tapi mau tau aja kali-kali emang ada yang lain.
SARINAH
(membalas tertawa) Bisa aja, mbak. (beat) Sekali lagi saya minta maaf atas sikap saya selama ini. Nggak seharusnya saya berlebihan memperlakukan mas Jaya berlebihan dan bikin mbak Laura cemburu.
LAURA
Lah siapa bilang saya cemburu?
SARINAH
Ah.. mbak ngaku aja. Nggak usah gengsi. Kita kan cuma berdua. (tengok kanan kiri) Nggak akan ada yang denger. Kita kan sama-sama perempuan.
LAURA
(melotot manja) Iya, saya memang cemburu. Puas kamu!
SARINAH
(tertawa) Tenang aja mbak. Saya ini udah nggak tertarik sama mas Jaya. Saya udah punya orang lain.
LAURA
Maksudnya apa?
SARINAH
Saya udah ketemu orang yang mau nerima saya apa adanya. Meskipun saya ini janda miskin dan sudah punya anak.
LAURA
(senang) Oh ya?
SARINAH
(tersipu, mengangguk) Tapi ini masih rahasia mbak. Tolong jangan cerita ke siapa-siapa dulu ya. Terutama bapak sama ibu. Soalnya saya mau ini jadi kejutan buat bapak ibu yang sudah saya anggap orang tua saya.
LAURA
Berees. Selamat ya.

Oh ya? Laura senang.

Laura memberikan sebuah pelukan tulus. Turut berbahagia.


CUT TO


EXT. RUMAH SUPENDI/TERAS — SIANG

Dua hari kemudian.

Sebuah mobil bak terbuka memasuki halaman rumah kakek Supendi. Rupanya Cantika dan teman-teman sanggar pulang dari Jakarta. Satu persatu mereka turun. Cantika paling dulu memburu teras rumah.

CANTIKA
(teriak) Ayaaah, Bundaa, kakek, nenek!

Serempak, ayah, bunda, kakek dan nenek Cantika keluar rumah. Menyusul kemudian Sarinah di belakang mereka. Semua menyambut gembira.

LAURA
Cantikaa, pelan-pelan dong sayang.
CANTIKA
Cantika nggak sabar mau kasih kabar gembira buat seeemuanya.
KAKEK SUPENDI
Oh ya?
NENEK INAYATUN
Nenek nggak sabar.

Mang Dullah berjalan santai di belakang Cantika diiringi anak-anak lain. Tiba-tiba Murni berseloroh.

MURNI
Kita menang kompetisi kakek.
MANG DULLAH
Bener pak. Kelompok sanggar kita lolos dan akan dipersiapkan untuk ke Jepang. Nantinya, mereka akan tampil di pentas budaya se-Asia.
KAKEK SUPENDI
Aah.. kalian semua hebat.

Spontan kakek mengangkat tubuh Cantika ke udara. Semua tertawa gembira.


CUT TO




Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar