Flash Fiction
Disukai
5
Dilihat
6,932
Sampah
Misteri

  Aku suka sekali bersih-bersih. Sejak kecil aku selalu jadi orang yang paling bersih di antara keluargaku.

  Selain bersih-bersih, aku juga termasuk orang yang teliti. Tidak cukup bagiku hanya mengelap satu kali. Biasanya aku melakukannya secara berulang. Setiap selesai mengelap, biasanya aku akan melihat lagi dengan seksama. Apakah sudah bersih atau belum. Apa masih ada debu atau kotoran di tempat aku mengelap tadi atau tidak. Selain melihatnya, aku juga akan mengendusnya. 

  Aku selalu memborong produk pewangi dari segala macam merek. Produk yang paling sering kubeli saat ke minimarket adalah pewangi. Entah pewangi pakaian maupun ruangan. 

  Bukan karena ketidaksukaanku pada kuman atau bakteri. Aku hanya menerapkan apa yang sudah diajarkan padaku sejak kecil. Ayahku sangat disiplin. Dan dia mengajarkanku menjadi orang yang disiplin tentang kebersihan.

  Tetapi aku tidak suka menjadi tukang bersih-bersih atau tukang sampah. Begitu pun ayahku. Dia sependapat denganku. 

  Aku bekerja sebagai kurir. Dan aku bekerja setiap hari. Hanya sampai sore. Malamnya, aku melakukan apa yang kusukai, yaitu bersih-bersih. Selama aku melakukannya secara sukarela. Aku tak perlu malu dan sengsara karena penindasan.

  Biasanya aku memulai dari pukul delapan sampai satu pagi. Banyak yang harus kubersihkan. Termasuk lingkungan sekitarku. Terkadang aku juga pergi ke tempat yang lebih jauh. Misalnya ke taman kota.

  “Buang sampah lagi?”

Dia tetanggaku.

  Aku mengangguk sopan. “Iya.”

  “Dilihat dari luar kau bukan seperti orang yang punya banyak sekali keperluan. Aku sendiri buang sampah hanya satu bulan sekali. Tak disangka kau bisa buang sampah setiap tiga hari. Kau tinggal sendiri kan?"

  “Iya.”

  “Nah, itu dia. Aneh sekali. memangnya apa saja sih yang kau kerjakan? Tubuhmu tidak begitu gemuk, aku rasa sampah itu bukan makanan maupun minuman.”

  Cerewet.

  Hari Minggu yang indah. Ini sangat menyenangkan. Masih ada waktu dua jam lagi. Aku akan beres-beres, sarapan, lalu berangkat. Sibuknya menjadi seorang kurir.

  Tepat pukul tujuh. Aku harus segera berangkat. Jarak tempat kerjaku dengan rumahku memakan waktu empat puluh menit. Itu kalau tidak macet. Bisa sampai satu jam setengah jika macet. Untungnya aku menggunakan sepeda motor. Aku bisa dengan mudah melesat ke kiri dan ke kanan. Lagipula aku sudah hafal semua jalan tikus.

  “Anda mencari seseorang?”

  Ada seseorang yang sedang berdiri di depan pintu tetanggaku. Wajahnya tampak bingung.

  “Ya, apa kau tahu di mana penghuni rumah ini? Aku sudah mengetuknya berulang kali. Tetap saja tidak ada jawaban. Hampir satu jam aku di sini.”

  “Aku tahu di mana dia.”

  “Jadi, di mana dia? Aku ada keperluan mendadak soalnya.”

  “Dia ada di tempat pembuangan sampah. Carilah. Kau pasti akan menemukannya di sana.” kataku tersenyum.

  “Wah, terima kasih. Kalau begitu aku akan langsung ke sana mencarinya. Sekali lagi, terima kasih.”

  Aku mengangguk dan tersenyum.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
wow... kok endingnya bikin bergidik. keren kak 👍
Rekomendasi dari Misteri
Rekomendasi