Topeng Sakti Cantika
3. SCENE 11-14

INT. RUMAH SANJAYA/DEPAN KAMAR CANTIKA — PAGI

CAST : SANJAYA, LAURA

Laura sedih. Punggungnya disandarkan di dinding dekat pintu kamar yang tertutup.

CANTIKA o.s
Ayah sama Bunda udah nggak sayang sama Cantika. Ayah Bunda jahat.
LAURA
Bunda ngerti perasaan kamu, nak. Makanya kita harus bicara, sayang.
CANTIKA o.s
Nggaaak!

Sanjaya muncul, lalu mengelus pundak Laura. Memberinya isyarat agar meninggalkan Cantika untuk sementara. Laura menangis dalam pelukan Sanjaya.


CUT TO


EXT. RUMAH SANJAYA/RUANG KELUARGA — SORE

CAST : CANTIKA, SANJAYA, LAURA, DUA ORANG FIGURAN (PEMBANTU/BAPAK DAN IBU DARMA)

Sanjaya, Laura serta Cantika duduk di sofa yang sama. Mereka saling merengkuh. Berpelukan satu sama lain. Cantika nampak menangis, air matanya deras mengalir.

CANTIKA
Ayah dan bunda bilang, kita ke rumah kakek nenek di kampung, buat liburan panjang sekolah.
SANJAYA
Ayah minta maaf karena udah bohong sama kamu.
LAURA
Ayah sama bunda nggak tega nyakitin perasaan kamu. Kami belum siap liat kamu sedih.
CANTIKA
Tapi, karena kalian bohong, aku jadi lebih sedih. (menangis)

Sanjaya dan Laura memeluk Cantika lebih erat.

CANTIKA cont’d
Cantika nggak suka pindah ke kampung.
LAURA
Bunda ngerti, sayang. Tapi kita harus bersabar ya.
SANJAYA
Insya Allah ini hanya sementara. Kalau keadaan di Jakarta sudah membaik. Kita akan kembali tinggal di sini.

Cantika menatap ayahnya dengan pandangan tidak percaya.

SANJAYA cont’d
(mengacungkan jari kelingkingnya, tersenyum) Promise.

Cantika membalasnya dengan menautkan jari kelingkingnya kepada Sanjaya. Laura ikut-ikutan.

Beberapa saat kemudian muncul sepasang suami istri sebut saja namanya pak dan ibu Darma. Mereka pembantu di rumah itu. datang dengan membawa tas besar berisi pakaian dan perbekalan lainnya.

PAK DARMA
Tuan, nyonya. Kami mohon pamit.
IBU DARMA
Kami mohon maaf kalau selama bekerja di sini banyak yang kurang berkenan.
SANJAYA
Sama-sama bu. Kami juga minta maaf, pak, bu. Kalau banyak hal yang tidak berkenan, tolong diikhlaskan. Lahir dan batin kami.

Tiba-tiba Cantika menghambur memeluk kedua pembantunya itu.

CANTIKA
Cantika sayang sama kalian. Maafin ya kalau aku sering nakal. Jangan lupain aku ya?
PAK DARMA
(terharu) mamang sama si mbok juga sayang
sama si non.
IBU DARMA
Baik-baik ya selama nggak ketemu si mbok.
CANTIKA
Iya, mbok. Makasih.

Lalu Cantika melepaskan pelukannya. Laura dan Sanjaya bergantian memeluk kedua pembantunya. Laura menyelipkan sejumlah uang ke dalam genggaman tangan Ibu Darma. Ibu Darma sempat menolak.

IBU DARMA
Nggak usah, nyonya. Kita masih punya simpanan buat bekal. Biar itu buat bekal tuan dan nyonya di perjalan ke tempat baru.
SANJAYA
Nggak apa-apa, Bu. Terimalah. Kita Insya Allah masih punya bekal lebih dari cukup.

Ibu Darma memandang suaminya. Suaminya mengangguk.

IBU DARMA
Baiklah nyonya, terima kasih banyak.
PAK DARMA
Semoga Allah mengganti dengan rezeki yang lebih berlimpah.
SANJAYA/LAURA
Aamiin.
PAK DARMA
Kalau begitu kami pamit sekarang.
SANJAYA
Silakan, pak, bu.
LAURA
Hati-hati di jalan, pak, bu.
PAK DARMA/IBU DARMA
Assalamualaikum..
SANJAYA/LAURA
Waalaikum salam.

Beberapa saat kemudian, kedua mantan pembantu Sanjaya itu menghilang di balik pintu.


CUT TO


INT. KAMAR SANJAYA — MALAM

CAST : CANTIKA, SANJAYA, LAURA

Laura dan Sanjaya berbaring di tempat tidur, berselimut berdua. Mata mereka menerawang ke langit-langit. Lalu terdengar Laura memulai percakapan.

LAURA
Sebenarnya, bukan cuma Cantika yang nggak suka pindah ke kampung kakek neneknya. Aku juga.

Sanjaya mendesah.

SANJAYA
Aku minta maaf.
LAURA
Kenapa kita harus pindah ke sana? Nggak ke tempat lain saja?
SANJAYA
Aku nggak punya pilihan, Laura. Keluarga yang aku punya Cuma bapak dan ibu di kampung.
LAURA
Tapi bapak dan ibu kamu tidak pernah setuju sama pernikahan kita.
SANJAYA
Ambil hikmahnya aja, sayang. Siapa tahu dengan kejadian ini, hubungan kamu dengan bapak ibuku lebih baik dan mereka merestui kita.
LAURA
(tiba-tiba menangis) mereka membenci aku, mas.

Sanjaya memeluk Laura.

SANJAYA
Mas ngerti kesedihan kamu. Kita usaha lagi ya, buat dapat restu mereka seutuhnya.

Tangis Laura mereda. Dia mengangguk setuju.

LAURA
Mungkin, kesusahan yang kita alami sekarang lantaran kamu durhaka sama mereka, mas. Karena memilih aku jadi istri kamu meskipun tanpa persetujuan mereka.
SANJAYA
Sstt, jangan ngomong gitu ah. Aku nikahin kamu tulus karena sayang dan cinta sama kamu. Restu itu hanya soal waktu.

Laura dan Sanjaya saling memandang. Hampir berciuman. Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar diketuk.

CANTIKA o.s
Ayah, bunda. Udah pada tidur belum?
SANJAYA
Cantika?
LAURA
(teriak) belum sayang.

Laura turun dari ranjang dan membukakan pintu. Muncul Cantika dengan boneka kucing dalam pelukannya.

CANTIKA
Aku mau tidur sama ayah bunda. Aku takut sendirian. Ini kan malam terakhir kita tidur di rumah ini.

Tanpa menunggu persetujuan, Cantika menghambur ke atas tempat tidur ayah dan bundanya. Mereka lalu saling bergumul memeluk dan menggelitik Cantika.


CUT TO


EXT. RUMAH SANJAYA/PINTU GERBANG — PAGI

CAST : CANTIKA, SANJAYA, LAURA, FIGURAN (SEORANG SUPIR GRAB)

Mobil grab sudah menunggu. Sanjaya menaikkan barang-barang ke dalam bagasi dibantu supir grab. Setelah selesai mengemasi barang-barang, mereka masuk ke mobil. Sanjaya duduk di samping pak supir sementara Laura dan Cantika di belakang.

SUPIR GRAB
Sudah bisa jalan sekarang, pak?
SANJAYA
Boleh, pak.
SUPIR GRAB
Nggak ada yang ketinggalan, pak?
SANJAYA
Sepertinya sudah masuk semua.
SUPIR GRAB
Baik, pak. Kita ke stasiun kan?
SANJAYA
Betul.

Lalu mobil dijalankan.


CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar