Skrip Sajak Cinta Terakhir
1. PART 1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

BLACKSCREEN

FADE IN

1. EXT. AREA PERKEBUNAN — PAGI

Tampak suasana perkebunan di pagi hari.

Ada beberapa petani yang sedang berjalan menelusuri jalan setapak sambil menggendong keranjang di punggungnya.

TEXS :  Seandainya hidup ini indah.

        Tak akan ada banyak keringat yang tumpah.

        Seandainya hidup ini mudah.

        Tak akan banyak jiwa yang gundah.

Seandainya waktu yang dimilliki singkat.

Akan banyak kasih yang melekat.

Seandainya dunia ini menjanjikan nikmat.

Maka akan banyak yang terpikat.

Nyatanya, hidup ini tak semulus itu.

Cukup sulit dan rumit.

Penuh tawa dan air mata.

Hingga bertemu akhir bahagia atau menderita.

NOTE: Text muncul berbarengan dengan pemandangan perkebunan atau sesuaikan saja.

CUT TO:

ESTABLISH RUMAH REGI PAGI.

2. INT. RUMAH REGI(KAMAR-TENGAH RUMAH) — PAGI

Terlihat jendela kamar terbuka. Tampak tangan kanan seorang meraih sebuah tas yang tergeletak di meja. Tampak punggung laki-laki yang berjalan keluar dari kamarnya. Lalu langkah kaki yang sedang menuruni anak tangga berjalan menuju pintu rumah.

Saat pintu dibuka, tampak wajah REGI, yang telah siap pergi bekerja. Usai mengunci pintu, Regi kaget dengan kehadiran RISYA, yang berdiri tepat di depannya.

RISYA

Pagi Bang Regi..

Risya tersenyum. Regi pun membalasnya.

REGI

Risya, pagi..

RISYA

Udah mau berangkat ke perkebunan ya, Bang?..

Risya memperhatikan penampilan Regi, yang sudah terlihat rapih.

REGI

Tadinya sih, iya. Tapi karena ada Risya, Abang undur dulu deh untuk beberapa menit..

Risya jadi malu.

RISYA

Ahh Abang, malah ngebecandain. Masih pagi tahu!..

Regi tertawa kecil.

REGI

Emang kalau masih pagi nggak boleh becanda ya?..

RISYA

Iya-iya boleh. Emm, Mahesa-nya ada kan, Bang?..

REGI

Esa udah berangkat, Ris. 1 jam yang lalu kalau nggak salah..

Risya tampak kecewa.

RISYA

Lho? Esa kok pergi duluan sih? Katanya mau berangkat bareng aku..

Risya langsung cemberut.

REGI

Kok jadi cemberut gitu sih? Mungkin Esa-nya lagi buru-buru, makanya nggak sempet ngasih tahu kamu kalau dia mau pergi duluan..

Risya berusaha untuk biasa saja.

RISYA

Ya udah, aku pamit ya Bang. Assalam’mualaikum..

REGI

Wa’alaikumsalam.

Risya pergi. Regi hanya tersenyum.

REGI

Bisa-bisanya tuh si Mahesa bikin bete reporter cantik..

Regi geleng-geleng kepala sambil tersenyum.

CUT TO:

3. EXT. AREA PERKEBUNAN — PAGI

Tampak Regi mengayuh sepedanya menelusuri perkebunan Teh dan sayuran yang luas. Satu per satu pekerja perkebunan menyapanya.

PETANI 1

Selamat pagi Pak..

Regi menyambutnya hangat.

REGI

Pagi...

PETANI 2

Pagi Pak Regi..

REGI

Selamat Pagi..

Regi masuk ke pekarangan yang luas, terdapat di sebuah bangunan sederhana di tengah-tengah perkebunan. Regi turun dari sepeda, dan menyimpannya di samping sebuah pohon besar. Saat Regi membalikkan badan, lagi-lagi ia dibuat kaget, kali ini dengan kehadiran NISA.

NISA

Pagi Kang..

REGI

Pagi, Nisa... Semangat banget deh kayanya hari ini..

NISA

Iya atuh Kang, ini kan bab terakhir. Jadi harus semangat dong, iya kan?..

Regi tersenyum sambil mengangguk. Lalu pandangannya tertuju pada sebuah buku tebal yang Nisa pegang.

REGI

Udah beres?..

NISA

Ohh, udah Kang..

Nisa memberikan buku itu ke Regi.

REGI

Coba Akang cek ya..

NISA

Iya Kang..

Lalu Regi dan Nisa mulai melangkah, berjalan berdampingan sambil melihat-lihat hasil riset Nisa.

CUT TO:

ESTABLISH MALAM HARI.

4. INT. RUMAH REGI — MALAM

Pintu terbuka. MAHESA melangkah dengan lesu dengan kepala sedikit tertunduk berjalan mendekat ke arah ruang tamu.

Regi tampak duduk santai di atas kursi bambu, sambil menonton televisi ditemani secangkir kopi hitam dan sepiring pisang goreng. Ia langsung menyadari kehadiran Mahesa.

REGI

Esa! Dari mana kamu?!..

Mahesa hanya diam, tanpa menampakkan wajahnya ke hadapan Regi. Dan malah melanjutkan langkahnya.

REGI

Abang lagi bicara sama kamu!!!..

Regi beranjak dari duduknya, tatapannya mendadak tajam. Regi menghampiri Mahesa.

Suasana hening, Mahesa masih diam, begitu pula Regi. Namun Regi semakin tajam menatap Mahesa. Terlihat wajah Mahesa yang luka dan lebam-lebam di beberapa bagian. Regi langsung geleng-geleng.

REGI

Mahesa... Mahesa... kamu mau jadi apa?! (jeda) Kuliah yang bener! Kamu bukan preman yang kerjaannya cuma berantem!..

MAHESA

Udah lah Bang. Esa cape! Mau istirahat..

Mahesa pergi meninggalkan Regi. Sementara Regi hanya diam menanggapi sikap Mahesa yang seperti itu.

CUT TO:

ESTABLISH PERGANTIAN HARI.

5. INT. KANTOR MAJALAH(RUANG KERJA RISYA) — SIANG

Risya sedang bicara dengan teman kerja sekaligus sahabatnya, ANDIN.

ANDIN        

Kak Rian lagi jelek moodnya nih Sya. Gara-gara penjualan majalah kita minggu ini mengalami penurunan..

RISYA

Kok bisa gitu ya Din?..

ANDIN

Aku juga nggak tahu, kenapa pembaca majalah kita bisa berkurang kaya gini..

Mereka tampak berpikir.

ANDIN

Kalau kaya gini terus, bisa-bisa kantor majalah kita bakalan gulung tikar..

RISYA

Jangan ngomong gitu. Mendingan sekarang kita mikir, gimana caranya supaya majalah kita bisa banyak lagi peminatnya..

ANDIN

Terus, kamu udah dapet caranya mesti kaya gimana?..

Risya menggeleng.

RISYA

Ya nggak se’instan itu juga kali Din. Kita harus pikirin baik–baik. Pokoknya kita harus bisa ngebuat majalah kita disukai seperti dulu lagi..

Andin mengangguk.

ANDIN

Iya Ris..

CUT TO:

ESTABLISH MALAM HARI.

6. INT. RUMAH RISYA (KAMAR RISYA) — MALAM

Risya terlihat serius di depan layar laptopnya. CHIKA masuk menghampiri Risya.

CHIKA

Kak..

Chika menyodorkan sebuah amplop warna pink kepada Risya.

CHIKA

Biasa, buat kakak..

Risya menerimanya.

RISYA

Makasih ya De..

Cika mengangguk dan kemudian pergi.

Risya membuka amplop tersebut, dan membaca sebuah surat yang terdapat di dalamnya, yang berisi sebuah sajak.

TEXS:

Ku arahkan pandanganku jauh

Ke langit yang hitam, kelam tanpa hiasan

Ku biarkan anganku terbang bersama angin malam

Berharap menembus jiwa yang aku rindukan

    Ku tahan rindu dalam kalbu

    Menunggu waktu tuk bertemu

    Ku simpan cinta yang kupunya

    Agar utuh tidak ternoda

Pada akhirnya, hanya kamu yang berhak memiliki

Satu asa untuk cinta yang tercipta

Meski tak mungkin tuk memilikimu

Namun namamu tetap terpatri dihatiku

Risya mengalihkan pandangannya dari kertas itu.

RISYA

Kata-kata seperti ini lagi. Dari orang yang amat sangat misterius. Nggak tahu, ini jadi sajak yang keberapa yang dia kirim buat aku..

Risya terdiam sejenak. Tiba-tiba ia tersenyum, kepikiran sesuatu saat menatap kertas yang berisi sajak itu.

CUT TO:

ESTABLISH PERGANTIAN HARI.

7. EXT. JALANAN PERKEBUNAN — PAGI

Mahesa dan Risya berjalan menelusuri jalanan kecil di tengah-tengah perkebunan.

RISYA

Kamu kemana aja Sa? Seharian kemarin aku sama sekali nggak ketemu sama kamu?..

MAHESA

Aku lagi banyak tugas Kampus..

RISYA

Oh, gitu yah. Kirain aku-

MAHESA

Apa?..

Risya tersenyum, Mahesa manatap wajah Risya penuh kasih.

MAHESA

Ya nggak mungkin lah. Percaya deh sama aku!..

RISYA

Iya, aku percaya kok sama kamu..

Mahesa tersenyum, Risya juga.

MAHESA

Emm Ris, mau langsung ke kantor majalah?..

RISYA

Kayaknya aku mau langsung ke tempat narasumber deh buat wawancara..

MAHESA

Ya udah kalau gitu, aku temenin kamu yah..

RISYA

Tapi Sa, kamu kan harus ke kampus..

MAHESA

Udah, nggak apa-apa..

Mahesa menarik Risya menuju motor yang terparkir tak jauh dari mereka. Dan mereka pun pergi.

CUT TO:

8. MONTAGE

A. Dengan mengendari motor, Mahesa membonceng Risya menelusuri jalanan kampung Ciwidey yang tidak terlalu ramai. Mereka terlihat begitu menikmati kebersamaan selama di perjalanan.

B. Mahesa terlihat setia menemani Risya mewawancarai seorang petani Strawberry yang menjadi narasumber untuk artikelnya. Setelah menyelesaikan wawancara, Risya terlihat begitu bahagia dan memeluk Mahesa. 

CUT TO:

9. EXT. PINGGIR JALAN — SIANG

Mahesa dan Risya sedang makan siang di tempat makan pinggir jalan.

RISYA

Aku denger, udah 3 hari kamu nggak kuliah, Sa?..

Mahesa yang hendak menyantap makanan di sendoknya, mendadak terdiam dan langsung menurunkan kembali sendok itu ke atas piring. Mimik Mahesa mendadak berubah.

MAHESA

Aku disini buat nemenin kamu, bukan buat bahas itu, Ris!..

Risya kecewa dengan ucapan Mahesa.

RISYA    

Iya aku tahu. Tapi aku masih nggak ngerti aja. Sebenernya apa yang membuat kamu kaya gini?..

MAHESA

Bukan urusan kamu!!..

RISYA

Sa, bulan depan kuliah kamu udah semester akhir! Tapi kamunya malah kaya gini. Ayolah, semangat! Kasian kalau bang Regi sampai tahu. Dia pasti kecewa!..

Mahesa langsung meletakkan piring ke atas kursi kosong di sebelahnya.

MAHESA

(Membentak) Berhenti bahas itu!! Atau aku pergi sekarang!!..

Risya menghela nafas panjang. Lalu menyantap kembali makanannya, meski tanpa selera lagi. Begitu pula Mahesa yang masih kesal.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar