Skrip Sajak Cinta Terakhir
3. PART 3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

ESTABLISH SEBUAH DANAU SIANG.

21. EXT. SEBUAH DANAU - SIANG

Mahesa duduk sendirian di tepi danau. Tiba-tiba Risya datang menghampiri dengan penuh rasa kegembiraan. Risya berlari menghampiri Mahesa.

RISYA

Esa...

Risya memeluk Mahesa. tapi Mahesa tidak merespon.

RISYA

Kamu tahu nggak? aku punya kabar gembira apa?..

Mahesa tetap diam, seolah tak peduli.

RISYA

Sa, penjualan majalah edisi minggu ini meninggkat. Aku berhasil Sa..

Risya tersenyum, ia ingin pamer kebahagiaan. Tapi tiba-tiba senyum Risya hilang, melihat Mahesa yang begitu cuek dan tidak suka dengan kedatangan Risya.

RISYA

Kamu kenapa sih Sa? Pasti kamu habis berantem lagi yah sama bang Regi?..

MAHESA

Bukan urusan kamu!..

RISYA

Sampe kapan sih kamu seperti ini terus? Kapan kamu sadar Sha, kalau bang Regi itu sayang banget sama kamu. Harusnya kamu bersyukur punya kaka seperti-

MAHESA

Aku nggak suka kamu ikut campur urusan pribadi aku!!..

Dengan kesal Mahesa pergi meninggalkan Risya.

RISYA

Esa!! Ekhh..

Risya tampak kesal.

CUT TO:

22. EXT. JALANAN KECIL PERKEBUNAN - SIANG

Regi dan Nisa sedang memantau sayuran-sayuran di perkebunan, tidak sengaja Nisa menyenggol Regi yang sedang menulis sesuatu di buku laporan. Sehingga pena yang Regi pegang jatuh, dan mereka reflexs ngambil pena yang jatuh itu bersamaan, sampai akhirnya kening mereka berbenturan.

NISA

Ihhhh Akang..

Nisa tersenyum sedikit kesakitan. Pada saat Nisa mengangkat kepalanya dan pandangannya se-arah dengan wajah Regi, gadis itu mendadak mematung.

(INI ADALAH KHAYALAN NISA)

Nisa melihat Regi seperti seorang pangeran yang mengenakan mahkota raja.

NISA (V.O)

Ya Allah, siapa yang ada di hadapan aku sekarang?..

BACK TO REAL:

Padahal Regi hanya mengenakan helm yang biasa ia kenakan di perkebunan.

NISA (V.O)

Enggak... enggak, enggak! Tadi yang lagi sama aku itu Kang Regi, dan Kang Regi nggak mungkin jadi pangeran..

Bantah Nisa sambil geleng-geleng, sesekali mengucek matanya. Nisa berharap ia tidak lagi salah lihat.

(INI MASIH KHAYALAN NISA)

Tapi tetap saja, Regi masih tetap terlihat seperti pangeran tampan di matanya.

REGI

“Nis, Nisa...!”

Namun Nisa tidak merespon. Nisa tetap fokus memandang wajah Regi dengan tatapan tak biasa. Regi malah malu sendiri dengan sikap Nisa. Soalnya, suasana di perkebunan saat itu sedang ramai. Dan para pekerja yang kebetulan ada di sana tersenyum melihat kejadian itu. Dimana Regi dan Nisa saling berpandang-pandangan cukup lama.

REGI

Hey! Nis, Nisa! Ngelihatinnya jangan kaya gitu dong! Akang jadi malu pada ngeliatin..

Regi semakin salah tingkah. Namun Nisa masih tetap saja melamun.

(INI MASIH KHAYALAN NISA LAGI)

Regi yang begitu tampan dengan kostum pangeran.

NISA (V.O)

Please, Nisa. Sadar! Yang ada di hadapan kamu sekarang itu nggak mungkin pangeran!..

BACK TO REAL:

Regi menepuk pelan bahu Nisa.

REGI

Nisa!..

NISA

Iya, Kang..

Seketika Nisa tersadar dari halusinasinya. Nisa langsung memastikan, yang saat ini ada di hadapannya adalah Regi, bukan pangeran tampan dari kerajaan. Dan kali ini yang Nisa lihat benar, laki-laki itu benar-benar Regi. Bukan pangeran tampan dari kerajaan seperti yang Nisa lihat sebelumnya.

NISA

Kenapa, Kang?..

Nisa terlihat polos, saat melihat Regi yang bersikap salah tingkah.

REGI

Ehhh malah nanya kenapa. Kamu yang kenapa? Akang kan jadi malu dilihatin banyak orang gini. Ayo bangun!..

Regi mengajak Nisa beranjak dari posisi mereka yang saat itu berdiri setengah jongkok.

NISA

Emang kenapa Kang?..

Nisa memastikan dengan melihat sekelilingnya. Dan benar, sebagian dari pekerja perkebunan yang ada di dekat mereka, masih memandang ke arah mereka sambil tersenyum.

NISA

Ada apa ini Kang?..

REGI

Nanti Akang ceritain deh..

Regi meraih tangan Nisa lalu mengajaknya pergi. Nisa malah tersenyum melihat wajah Regi yang sedikit memerah karena malu, ditambah kini tangan laki-laki itu menggenggam erat pergelangan tangannya. Nampaknya Nisa benar-benar bahagia.

NISA (V.O)

Jika ini bukan cinta,
Jantungku tak’kan berdegup kencang
Ketika kedua bola matamu menatapku
Jika ini bukan cinta,
Bibirku tak’kan diam membisu
Saat terpesona akan senyum manismu
Jika ini bukan cinta,
Akalku tak’kan berkeliaran jauh
Berimajinasi melampaui logika
Jika ini bukan cinta,
Rasaku tak’kan mungkin terjerat
Terpenjara pada sebuah hasrat
Jika ini bukan cinta,
Suaramu tak’kan mengusikku
Bahkan meluluh-lantahkan perasaanku

CUT TO:


23. INT. KANTOR MAJALAH (RUANGAN RISYA) - SIANG

Tampak Risya memasuki ruangannya dengan muka lesu. Andin yang masih asik ngemil heran melihat ekspresi wajah Risya.

ANDIN

Kenapa kamu Ris? Masa abis ketemu pacar mukanya kaya uang kembalian di pasar deh..

Risya berjalan 2 langkah lalu duduk di mejanya.

RISYA

Lecek gitu maksud kamu?..

Andin yang masih ngemil mengangguk sambil nyengir.

RISYA

Mahesa sih nyebelin. Bukannya ngasil selamat kek pacarnya ngasih kabar gembira, ini malah marah-marah..

Andin beranjak dari kursinya dan duduk di meja Risya masih dengan cemilan yang menghiasi tangannya.

ANDIN

Bukannya udah biasa ya pacar kamu uring-uringan nggak jelas kaya gitu?..

RISYA

Ya tetep aja nyebelin kalo tanpa sebab..

Rian masuk. Andin langsung memberikan cemilan kepada Risya dan bergegas kembali ke tempat duduknya.

RIAN

Risya, jam istirahat udah abis. Ngemilnya udahan! oke!..

RISYA

I-iya Kak..

Risya memandang geram ke Andin, sementara Andin malah tersenyum.

CUT TO:

24. EXT. PINGGIR JALAN PEDESAAN - SIANG

Mahesa berjalan menelesuri jalanan sepi pedesaan. Ia berjalan sambil memikirkan kejadian tadi, pada saat Esa membentak Risya

MAHESA

Nggak seharusnya aku bersikap seperti itu sama Risya, dia nggak tahu apa-apa. Ini tentang aku sama bang Regi, Risya nggak ada hubungannya. Maafin aku Ris..


CUT TO:

ESTABLISH MALAM HARI.

25. INT. RUMAH NISA (KAMAR NISA) - MALAM

Nisa sedang membayangkan kejadian di perkebunan tadi(Scene 22). Nisa jadi malu sendiri.

NISA

Bisa-bisanya aku ngebayangin Kang Regi seperti pangeran. Untung cuma halu. Kalau ada yang tahu apa yang ada dibayanganku tadi. Wahhh citra aku sebagai anak pemilik perkebunan bisa kacau..

Nisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

CUT TO:

ESTABLISH PERGANTIAN HARI.

26. EXT. RUMAH RISYA - PAGI

Mahesa tiba di depan rumah Risya. Saat Mahesa berjalan menuju pintu, tiba-tiba Mahesa menemukan sebuah lipatan kertas yang tergeletak di teras depan rumah Risya. Mahesa mengambil dan membacanya.   

TEKS:

Di dalam hembusan nafasku,

Dan di setiap detak jantungku,

Gejolak rindu terus membara

Semakin jelas terasa

Semakin jelas rinduku bergelora

Inginku berlari menggapaimu

Agar ku dapat bersama di sampingmu

Detik-detik terus berlalu, sedang aku diam terpaku

Dan dirimu hanyalah sebuah lilin kecil

Di saat terbangun, yang kusangka mentari pagi

Dan dirimu hanyalah api kecil

Risya keluar, dan cukup terkejut dengan kedatangan Mahesa.

RISYA

Esa?!..

Namun pandangan Risya sedikit teralih, ia malah fokus pada kertas di tangan Mahesa.

MAHESA

Orang misterius itu masih sering ngirim sajak buat kamu?..

Risya mengangguk, dengan ekspresi yang sebenarnya Risya juga tidak suka dengan ulah orang misterius itu.

MAHESA

Apa sih maunya dia?! Kalau dia beneran suka sama kamu, jangan kaya gini cara-nya!..

Mahesa meremas kertas yang ia pegang. Lalu menghempaskannya ke lantai dan menginjaknya dengan penuh amarah.

RISYA

Jangan emosi gitu dong, Sa!..

Risya mencoba menenangkan Mahesa.

MAHESA

Terus aku harus gimana? Aku pacar kamu! Dengan adanya dia, posisi aku di hati kamu benar-benar terancam. Bisa aja kamu berpaling dari aku, dan lebih memilih orang misterius yang sok puitis itu..

RISYA

Kamu ngomong apa sih, Sa?..

Risya menatap Mahesa penuh perasaan, dengan lembut Risya memegang tangan Mahesa.

RISYA

Aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. Dan hampir 3 tahun lamanya aku lewati semua ini sama kamu. Jadi aku nggak mungkin memilih orang baru dibanding kamu, yang jelas-jelas sudah menempati posisi terpenting di hati aku...

MAHESA

Tapi Sya-

RISYA

Mahesa Dwi Arkana sayang, jika waktu yang telah kita habiskan bersama masih belum membuatmu yakin. Aku tak akan pergi! Aku masih punya banyak waktu untuk meyakinkan kamu lagi dan lagi. Karena cinta yang tulus itu tidak akan terasa hanya lewat kata, tapi butuh bukti agar terlihat nyata..

Seketika Mahesa terdiam. Mahesa terlihat luluh.

MAHESA

Aku- aku cuma takut Ris. Aku takut kehilangan kamu. Risya, aku bener-bener minta maaf soal kejadian kemarin. Aku sama sekali nggak bermaksud marah sama kamu. Tolong maafin aku, Ris..

RISYA

Udah nggak apa-apa, Sa. Kamu nggak perlu minta maaf. Lagian aku nggak marah kok sama kamu..

MAHESA

Makasih Sya..

RISYA

Tapi aku pengen minta satu hal, kamu mau ‘kan kasih tahu aku apa alasan yang membuat kamu bersikap seperti itu? Sekalipun itu tentang kamu dan bang Regi? Aku mohon, Sa! Sesekali tolong libatkan aku dalam masalah pribadi kamu!..

Tapi Mahesa malah diam.

CUT TO:

27. EXT. SEBUAH BUKIT - PAGI

Terlihat Mahesa merebahkan tubuhnya di pangkuan Risya, sedangkan Risya memainkan rambut Mahesa.

MAHESA

Sebenernya aku nggak mau kamu tahu masa lalu. Meskipun kamu pacar aku, tapi aku nggak mau kalo harus berbagi kesedihan. Tapi daripada kamu berpikiran yang enggak-enggak, aku bakal ceritain semuanya sama kamu..

INSERT: Scene 15, saat Mahesa dimarahi Mama dan Papa tirinya karena tauran.

MAHESA

Kamu nggak akan tahu, gimana beratnya menerima semua kenyataan ini. Saat ibu kandung sendiri, sama sekali tidak menginginkan kehadiran aku. Dan kamu nggak akan tahu gimana sakitnya? Saat orang asing berani bersikap kasar. Semua luka itu tercipta dan selalu hadir di hari-hariku. Semenjak papa nggak ada, aku bener-bener kehilangan semuanya. Karena di dunia ini, cuma papa yang sayang sama aku..

Seketika suasana hening. Hanya suara angin yang terdengar, lewat ranting dan daun-daun yang bergoyang.

RISYA

Tapi kamu masih punya bang Regi. Bang Regi pasti sayang banget sama kamu, Sa!..

MAHESA

Enggak, Ris. Buktinya dia sering marah-marah! Dia terlalu memaksakan keinginannya! Aku bener-bener nggak suka itu!..

RISYA

Tapi Sa, setiap orang punya cara masing-masing untuk menunjukkan rasa sayangnya. Dan mungkin itu cara bang Regi menunjukkan rasa sayangnya sama kamu..

Mahesa membisu, kali ini dia benar-benar tidak bisa membantah apa yang dikatakan Risya tentang kakaknya.

CUT TO:

28. EXT. AREA PERKEBUNAN - SIANG

Mahesa datang ke perkebunan dan langsung menghampiri Regi yang sedang fokus mengawasi petani-petani Teh.

PETANI

Pak!..

Petani memberi isarat, menyuruh Regi untuk menoleh ke arah belakang. Regi pun membalikkan badannya.

REGI

Esa..

Regi tersenyum bahagia, sementara Mahesa terlihat sendu.

MAHESA

Bang.. aku mau minta maaf atas semua sikap aku selama ini, yang mungkin terlalu sering mengecewakan Abang. Aku bener-bener minta maaf..

REGI

Nggak perlu kamu minta pun, Abang udah pasti maafin kamu Sa..

MAHESA

Aku akan berusaha Bang, menjadi seperti apa yang Abang mau..

Regi tersenyum sambil ngangguk-ngangguk.

CUT TO:

29. MONTAGE

A. Mahesa pun memulai hari-harinya dengan kuliah yang sungguh- sungguh. Mahesa tidak pernah berantem lagi, apalagi sampe bolos kuliah. Mahesa benar-benar ingin menunjukkan sesuatu yang bisa membuat Regi bahagia.

B. Diam-diam Regi mengikuti Mahesa beberapa hari terakhir. Dan Regi merasa bahagia dengan perubahan Mahesa saat ini.

C. Begitu juga Mahesa yang sering memperhatikan Regi dari kejauhan saat Regi sedang bekerja di perkebunan.

D. Di rumah pun Mahesa memperhatikan Regi yang sedang mengerjakan sesuatu. saking seriusnya Regi bahkan sampe ketiduran di atas meja kerjanya.

E. Di kampus Mahesa bertemu dosennya. Mereka sedang membicarakan sesuatu yang cukup serius.

CUT TO:

ESTABLISH MALAM HARI.

30. INT. RUMAH REGI (KAMAR REGI) - MALAM

Terlihat pintu kamar Regi terbuka. Mahesa berjalan menghampiri Regi yang sedang fokus dengan laptopnya.

MAHESA

Bang..

Dengan pandangan yang tetep lurus ke dapan layar laptop, Regi menjawab sapaan Mahesa.

REGI

Apa Sa?..

Mahesa malah diam.

REGI

Emm.. gimana kuliahnya? lancar kan?..

MAHESA

Bang, kayanya aku nggak usah lanjut dulu ke semester depan ya?..

Jari Regi berhenti mengetik di keyboard. Regi kaget, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Mahesa.

REGI

Kenapa kamu ngomong kaya gitu?..

MAHESA

Bang, semester terakhir itu butuh biaya yang cukup besar. Aku nggak mau terus-terusan membebani Abang..

REGI

Abang tahu. Nggak sedikit biaya yang harus kita keluarkan untuk menjadi seorang dokter. Tapi selama Abang masih mampu, Abang nggak akan pernah menyerah untuk memperjuangkan impian kamu..

Mahesa diam.

REGI

Abang bekerja keras seperti ini demi kamu. Dan Abang nggak pernah merasa terbebani. Jadi Abang minta sama kamu, jangan menyerah! Abang nggak mau kalau kamu harus berhenti di tengah jalan sebelum kamu sampe ke tujuan. Lewati seterjal apapun jalanan yang harus kamu tempuh. Kamu nggak sendirian Sha. Abang yakin kamu pasti bisa. Inget Sa! Tinggal selangkah lagi menuju mimpi besar kamu!..

Mahesa menganguk sambil menahan haru, Regi tersenyum.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar