Skrip Sajak Cinta Terakhir
6. PART 6
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

43. EXT. AREA PERKEBUNAN (SISI LAINNYA) - SIANG

Mahesa dan Risya sedang berjalan berdampingan. Namun Risya terlihat memasang muka bete.

MAHESA

Kok kamu cemberut gitu sih?..

RISYA

Lagian kamu lama sih! Kan kasian bang Regi. Kerjaannya jadi keganggu gara-gara nemenin aku dulu..

Risya cemberut.

MAHESA

Iya, iya, aku salah. Maafin aku yah!..

Tapi Risya hanya diam.

MAHESA

Ya udah kalau kamu nggak mau maafin aku. Tapi kamu harus mau dengerin aku! Sebentar... aja!..

Mahesa sedikit memohon kepada Risya yang masih membuang muka.

MAHESA

Risya, kamu tahu nggak? Hal terindah buat aku adalah, ketika aku bersamamu, melihat senyummu. Aku mencintaimu.... Bahagiamu adalah bahagiaku. Tawamu adalah tawaku, lukamu adalah lukaku. Engkaulah segalanya bagiku. Beningnya air, nggak sebening mata kamu. Merahnya sambal nggak semerah bibir kamu. Pekatnya coklat, nggak sehitam rambut kamu..

Risya yang memasang ekspresi datar mendadak tersenyum, ketika mendengar Mahesa.

RISYA

Ihhh apaan sih itu?..

MAHESA

Puisi!..

RISYA

Puisi kok kata-katanya gitu? Nggak romantis banget deh..

MAHESA

Ya udah dengerin dulu sampe selesai! Entar aku malah lupa lagi..

RISYA

Ya udah lanjutin!..

MAHESA

Kamu tahu, kalau orang tua kamu itu pencuri?..

Risya menggelengkan kepala.

MAHESA

Mereka udah nyuri bintang paling indah di langit, dan menaruhnya di kedua bola mata kamu..

Risya semakin berseri mendengar lanjutan puisi Mahesa.

MAHESA

Aku nggak akan mikirin siapa pun, kecuali kamu. Aku nggak akan mencintai siapa pun, kecuali kamu. Dan aku nggak takut menghadapi apa pun, kecuali kehilangan kamu Risya..

Mahesa langsung melemparkan senyum kepada Risya yang kini sudah tidak memasang wajah cemberut.

MAHESA

Sekarang udah bisa maafin aku kan?..

RISYA

Emmm... gimana yah?..

MAHESA

(gerak bibir) Please...

Risya mencubit hidung Mahesa.

RISYA

Iiihhh... mana bisa aku lama-lama marah sama kamu, jelek!..

Mereka pun tertawa bersama.

MAHESA

Makasih sayang..

Mahesa mencubit manja hidung Risya.

RISYA

Eh, tapi sejak kapan kamu bisa bikin puisi kaya gitu? Belajar dari mana?..

MAHESA

Rahasia dong..

Mahesa langsung mengangkat tubuh Risya dan membawanya menuju motor yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri saat itu.

CUT TO:

44. EXT. PERKEBUNAN – KANTOR REGI - SORE

Regi dan Nisa sedang berada di depan kantor perkebunan, mereka bersiap untuk pulang.

NISA

Makasih Kang..

Regi yang akan menaiki sepeda, malah meletakkan kembali sepeda itu di samping pohon, dan melangkah perlahan mendekati Nisa, yang berdiri tepat 5 langkah dari posisi Regi.

REGI

Makasih untuk apa Nis?..

NISA

Untuk semuanya. Kalau bukan karena Akang, tugas aku nggak akan selesai secepat ini..

REGI

Ahhh kamu, semuanya berkat kerja keras kamu juga kok..

NISA

Maaf ya Kang, tadi ini Nisa datangnya siang banget. Jadi nggak bisa nemenin Akang keliling perkebunan..

REGI

Iya, nggak apa-apa. Malah Akang ngira kamu nggak bakal datang hari ini..

Regi sambil tersenyum. Nisa pun membalas senyum Regi.

REGI

Emmm... langsung pulang?..

Nisa mengangguk.

NISA (V.O)

Aku tanyain nggak ya siapa cewe tadi?..

Regi cukup heran melihat Nisa melamun.

NISA

Emm... kalau gitu Nisa pamit duluan ya..

Nisa mencoba mengabaikan kata hatinya, dengan melangkah sambil melambaikan tangan kepada Regi.

REGI

Emmm Nis. Tunggu!..

Nisa menghentikan langkah dan kembali membalikkan badannya ke arah Regi.

REGI

Emm... sebagai perayaan kecil-kecilan. Mau nggak kalau malam ini kita makan di luar?..

Nisa tersenyum sambil mengangguk. Regi tersenyum. Nisa kembali melangkah diiringi rona kebahagiaan. Begitu pula Regi, yang berjalan menuju tempat sepedanya terparkir dengan senyuman.

CUT TO:

ESTABLISH MALAM HARI.

45. INT. SEBUAH RESTORAN - MALAM

Regi dan Nisa sudah berada di sebuah restorant, namun Regi telihat kaku saat bersama Nisa, begitu pula Nisa yang mendadak bingung untuk memulai obrolan dengan Regi.

NISA/REGI

Emmm..

Mereka jadi salah tingkah, saat menyadari apa yang baru saja mereka lakukan.

NISA

Ya udah Akang duluan!..

REGI

Ladies frist!..

Tapi Nisa malah garuk-garuk kepala.

REGI

Kenapa?..

REGI

Akang aja deh, Nisa lupa lagi mau nanya apa..

Regi tersenyum melihat tingkah Nisa yang tidak seperti biasanya. Dengan sikap seperti itu, cukup membuat mereka bingung. Sehingga mereka memutuskan untuk melanjutkan acara makan malam, sesuai inti pertemuan mereka kali ini, kerena kebetulan pesanan mereka baru saja tiba.

Tidak terasa 60 menit sudah berlalu, makan malam sambil ngobrol-ngobrol santai, membuat waktu berlalu begitu cepat. Meski sebenarnya masih ingin bertahan lebih lama lagi, namun waktu mengharuskan Nisa untuk pulang.

CUT TO:

46. EXT. SEBUAH RESTORAN (PARKIRAN) - MALAM

Saat Regi dan Nisa berjalan menuju parkiran, kedua tangan Regi sibuk mengorek tas selendang kecil yang ia kenakan. Regi mengambil sebuah amplop, diantara kedua amplop yang ada di dalam tas Regi.

REGI

Nis...

Regi sambil menyodorkan amplop ke hadapan Nisa. Yang secara otomatis mengentikan langkah Nisa, dan memandang aneh amplop itu.

REGI

Ambil! Tapi dibukanya nanti aja ya!..

Nisa mengambil amplop itu.

NISA

Kok harus di rumah Kang? Kenapa nggak disini aja?..

REGI

Kan biar surprice. Ya udah yuk! Takut kemaleman. Nanti malah kena marah bapa sama ibu lagi..

Nisa mengangguk sambil memasukan amplop merah jambu itu ke dalam tas kecil miliknya, dan kembali berjalan menuju jalan raya untuk mencari angkutan umum.

CUT TO:

ESTABLISH RUMAH NISA MALAM.

47. INT. RUMAH NISA (KAMAR NISA) – MALAM

Sambil berdiri menghadap ke jendela kamar yang masih terbuka, Nisa sedang membaca kertas yang diberikan Regi tadi.

TEKS:

Meski dalam mimpiku

Aku ingin selalu bersamamu

Meski tak selalu bertemu

Aku ingin selalu merindu

Meski hanya dalam angan

Aku ingin bisa melukiskan

Dengan berbagai warna cintaku

Tuk indahkan langit senjamu

Meski di dalam semu

Senyummu selalu kutunggu

Pengobat rindu di hati

Penawar rasa hampa dan sepi

Meski hanya dalam imajinasi

Kuingin kau jadi belahan jiwa ini

Meski hanya sebatas mimpiku

Kuingin kau jadi permaisuriku

Nisa senyum-senyum membaca isi surat dari Regi, yang ternyata sebuah sajak.

NISA

Berarti gadis yang di perkebunan tadi itu bukan siapa-siapanya kang Regi..

Nisa tersenyum lega sambil menatap kertas sajak itu dengan hati yang berbunga-bunga.

CUT TO:

ESTABLISH PERGANTIAN HARI.

48. INT. RUANG TENGAH - PAGI

Langkah Regi terlihat cepat saat menuruni anak tangga, dengan tangan yang dipenuhi beberapa lipatan kertas.

MAHESA

Bang, nggak sarapan dulu?..

Spontan Regi menoleh ke arah Mahesa, yang saat itu duduk di meja makan untuk menyantap nasi goreng sebagai menu sarapannya.

REGI

Enggak Sa. Abang buru-buru. Assalam’mualaikum..

Regi bergegas pergi. Dan tanpa sadar satu dari beberapa lipatan kertas yang Regi pegang tadi, terjatuh di lantai tak jauh dari tempat Mahesa duduk.

MAHESA

Wa’alaikumsalam. Buru-buru banget, sih. Nggak kepagian tuh datang ke perkebunan..

Mahesa tersenyum sambil geleng kepala.

MAHESA

Tapi makasih bang, karena abang udah rela bekerja keras seperti ini demi aku. Semoga abang selalu sehat ya..

Mahesa kembali melanjutkan sarapannya. Tapi baru saja Mahesa mengangkat sendoknya, sesuatu terlihat mengalihkan pandangannya. Mahesa beranjak dari duduknya. Mahesa berjalan menuju lipatan kertas milik Regi yang terjatuh tanpa Regi sadari. Mahesa mengambil kertas tersebut dan membuka lipatannya. Namun tiba-tiba mimik wajah Mahesa benar-benar berubah setelah melihat dan membaca kertas itu.

CUT TO:

49. EXT/INT. RUMAH REGI (RUANG MAKAN/PINTU DEPAN) - PAGI

30 menit sudah berlalu, Mahesa masih saja duduk di ruang makan. Namun piring yang berisi sarapannya benar-benar masih belum berubah.

Tokk, tokk, tokkk. Terdengar suara ketukan pintu.

Mahesa beranjak dari duduknya, dengan langkah tak bersemangat Mahesa berjalan menuju pintu rumah. Pada saat Mahesa membuka pintu, ternyata yang bertamu adalah Risya. Dengan wajah ceria Risya menyapa Mahesa.

RISYA

Heyy, aku pikir kamu udah pergi duluan. Habis kamu belum jemput aku ke rumah sih..

Namun Mahesa malah memasang ekspresi wajah kecut.

MAHESA

Kayanya hari ini aku nggak bisa nganter kamu. Aku lagi banyak tugas, nggak ada waktu. Lagian motor aku-nya mogok, kamu bisa kan pergi sendiri?..

Risya merasa aneh, karena Mahesa menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Setelah itu Mahesa langsung masuk dan menutup pintu rumahnya. Risya kaget.

RISYA

Astagfirullah... Kok Esa gitu sih. Iiihhh, Esa kenapa lagi coba?..

Risya benar-benar tidak mengerti dengan sikap Mahesa saat itu.

CUT TO:

50. INT. KANTOR MAJALAH (RUANGAN RISYA) - SIANG

Risya terlihat tidak fokus bekerja. Andin merasa heran melihat Risya seperti itu. Andin berjalan menghampiri Risya di meja kerjanya.

ANDIN

Kamu kenapa Ris? Tumben murung?..

RISYA

Aku lagi kepikiran Esa aja Din..

ANDIN

Ada apa lagi? Bukannya akhir-akhir ini hubungan kamu sama dia lagi sweet-sweetnya..

RISYA

Iya sih. Tapi itu kemarin, sekarang nggak..

ANDIN

Kok bisa?..

RISYA

Nggak tahu kenapa hari ini sikapnya bener-bener aneh banget. Dia dingin + jutek banget sama aku..

ANDIN

Fixs.. Kumat lagi cowok kamu itu Ris..

Risya hanya menggelengkan kepala.

CUT TO:

51. MONTAGE

A. Pada saat Regi sedang fokus bekerja, lagi-lagi ia mengeluh kesakitan.

B. Regi memutuskan untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. Setelah melakukan tes, Regi tampak ngobrol cukup serius dengan dokter yang memeriksanya.

CUT TO:

ESTABLISH MALAM HARI.

52. INT. RUMAH RISYA (KAMAR RISYA) - MALAM

Nampak Risya duduk di teras depan rumah sambil melihat bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Suasana hati Risya malam ini sedang kurang baik, itu terlihat jelas dari ekspresi wajahnya yang datar, dan tatapan matanya yang kosong. Suara pintu terbuka, Chika datang.

CHIKA

Pantesan nggak ada di kamar. Ternyata Kakak di sini..

Cika berjalan menghampiri dan duduk di samping Risya. Risya hanya tersenyum menjawab sapaan adiknya, sedangkan pandangannya tetap lurus ke arah langit malam.

CHIKA

Oh iya Kak, tadi aku nemu kertas ini di depan pintu..

Cika memberikan secarik kertas kepada Risya. Risya mengambilnya.

CHIKA

Pasti isinya sajak-sajak cinta lagi deh Kak..

RISYA

Ahhh kamu, sok tahu banget deh..

CHIKA

Ya ialah, orang tadi aku sempet baca dulu kok-

Chika langsung bungkam, keceplosan.

Risya menatap wajah adiknya dengan raut muka yang datar diiringi dengan tatapan yang sedikit tajam. Chika malah tersenyum dan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan.

CHIKA

Visss...

Chika cengengesan. Risya tersenyum kemudian mengelus-ngelus rambut Chika.

CHIKA

Enak ya Kak, dalam 1 minggu, ada orang yang ngirim sajak yang bagus dan keren untuk kita. Yang dibuatkan special oleh orang yang amat sangat mengagumi kita. Aku jadi pengen punya pengagum rahasia deh kaya Kakak..

Risya hanya diam. Tapi bukan berarti Risya tidak peduli, hanya Risya sendiri pun bingung harus memberikan jawaban apa. Kini kedua bola mata indahnya beralih menatap pada secarik kertas yang ia pegang.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar