Skrip Sajak Cinta Terakhir
15. PART 15
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

114. KAMAR REGI – RUMAH REGI - MALAM

Tampak Nisa dan Regi sedang menonton televisi. Mereka duduk berdampingan sambil bersandar ke ujung tempat tidur, di atas karpet yang memiliki bulu yang tebal.

Perlahan-lahan Regi menyandarkan kepala Nisa ke bahunya. Menyadari itu, Nisa benar-benar bahagia.

NISA (V.O)

Tidak ada lagi yang paling membahagiakan di dunia ini, selain berada di samping-mu, dan menghabiskan waktu bersamamu..

Namun tiba-tiba sesuatu menetes ke atas lengan Nisa yang saat itu berada di pangkuan Regi. Spontan Nisa menoleh ke arah lengannya, ternyata itu darah. Nisa langsung beranjak dari bahu Regi dan menatap ke arah wajah Regi. Menyadari hidung Regi me-ngeluarkan darah, Nisa langsung mengambil tisu, lalu menghapus darah di hidung Regi.

Mendapat perlakuan seperti itu, Regi malah bengong. Regi seperti belum mempercayai, jika saat ini dia telah memiliki seseorang yang akan selalu ada menemaninya dalam keadaan apapun. Termasuk dalam keadaan seperti sekarang ini.

Sementara Nisa, ia masih sempat melemparkan senyum untuk Regi, di saat sedang berusaha membersihkan darah yang cukup banyak keluar dari hidungnya.

Sudah banyak tisu yang Nisa gunakan untuk membersihkan darah di hidung Regi. Saat Nisa kembali mengambil tisu untuk membersihkan darah yang sedikit masih menghiasi hidung Regi, tiba-tiba Regi menghentikan gerak tangan Nisa.

Regi menatap wajah Nisa penuh perasaan, cukup lama Regi menatap wajah gadis itu, tiba-tiba air matanya menetes. Regi langsung meraih dan menjatuhkan Nisa ke pelukan Regi.

REGI

Seharusnya Akang melihat dan menyadarinya dari dulu. Maafin Akang Nis!..

Kali ini Nisa yang meneteskan air mata, sambil memeluk erat tubuh Regi.

NISA

Jangan terlalu memaksakan! Nisa tahu ini berat. Perlahan aja Kang. Nisa gngak akan pernah pergi. Nisa akan tetap setia, sampai waktu dimana hati Akang benar-benar akan berpaling darinya..

REGI

Terimakasih Nis. Sampai nanti kata-kata itu terucap dari bibir ini, saat itu hati Akang benar-benar sudah menjadi milik kamu seutuhnya..

Nisa mengangguk. Perlahan-lahan mereka pun melepas pelukan mereka sambil saling melempar senyum. Tangan Regi bergerak menyentuh pipi Nisa untuk menghapus air mata di pipinya.

CUT TO:

ESTABLISH PERGANTIAN HARI.

115. EXT. KOST’AN MAHESA - PAGI

Pagi sekali Risya berkunjung ke kost’an Mahesa. Risya mengetuk pintu kamar Mahesa berkali-kali, tapi Mahesa tidak keluar. Risya mengetuknya semakin keras dan cepat. Hingga akhirnya pintu terbuka dan Mahesa pun keluar.

MAHESA

Kamu lagi. Nggak bosen apa? Aku kan udah bilang, aku nggak mau bahas lagi semua tentang kita..

RISYA

Lupain semua itu! Aku kesini bukan untuk bahas masalah kita. Aku cuma pengen kamu pulang! Bang Regi sakit keras, keadaannya semakin parah. Bang Regi butuh kamu!..

Mahesa malah ketawa.

MAHESA

Paling itu cuma akal-akalan dia aja. Drama banget. Udah mendingan sekarang kamu pulang! bilang sama bang Regi. Mau kenapa pun dia, aku nggak akan pulang. Aku udah nggak peduli lagi!..

Risya tidak percaya Mahesa berkata sepetti itu.

RISYA

Oke... kalau itu mau kamu. Aku nggak akan maksa, apalagi sampai memohon..

Mahesa terlihat memasang wajah angkuhnya yang semakin membuat Risya merasa sangat kesal.

RISYA

Tapi perlu kamu tahu satu hal, bang Regi sangat menyanyangi kamu. Aku yakin, suatu saat kamu pasti akan menyesal, atas perbuatan kamu terhadap bang Regi sekarang. Camkan itu Sa!..

Dengan kesal Risya pergi. Mahesa hanya diam terpaku.

CUT TO:

116. EXT. PINGGIR JALAN YANG INDAH – SIANG

Saat mengendarai mobilnya menuju perkebunan, tidak sengaja Nisa meliha Risya duduk di pinggir jalan, di atas rumput hijau yang tidak terlalu tinggi, tepat di samping sebuah motor matic yang di parkir di pinggir jalan.

Mobil Nisa semakin mendekati, ia langsung mematikan mesin mobilnya tepat di samping motor.

NISA

Itu Risya bukan ya? (memperhatikan) Iya.. itu emang Risya..

Nisa langsung mencabut kunci kontak mobilnya, lalu membuka pintu mobil dan keluar. Setelah pintu mobilnya tertutup, perlahan Nisa berjalan menghampiri Risya.

NISA

Risya!..

Tegur Nisa saat sudah di samping Risya. Tapi Risya tidak menjawab. Nisa duduk di samping Risya. Nampaknya Risya memang sedang memikirkan sesuatu. Nisa menyentuh pundah Risya.

NISA

Hey!..

Risya menoleh meski hanya memberi senyum kecil penuh kebimbangan.

NISA

Risya, kamu kenapa? Kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu, kamu bisa ceritain sama aku!..

Tapi Risya masih bungkam, tangannya hanya bermain rumput. Satu demi satu ia cabut lalu dibuang begitu saja tanpa tujuan.

RISYA

Aku bener-bener bingung harus gimana Nis?..

Risya melemparkan rumput kecil di tangannya, lalu bertepuk pelan untuk membersihkan telapak tangannya yang sedikit kotor terkena tanah yang menempel pada rumput tadi.

NISA

Kenapa? Cerita aja, siapa tahu aku bisa bantu kamu?..

RISYA

Aku bener-bener bingung harus cerita sama siapa. Satu-satunya orang yang bisa membantu malah nggak peduli. Padahal kalau adiknya yang bujuk, bang Regi pasti mau menjalani kemoterapi..

NISA

Maksud kamu Ris?..

RISYA

Penyakit bang Regi itu udah parah banget Nis. Dokter udah nyaranin bang Regi untuk kemo. Tapi bang Regi selalu nolak. Aku udah coba menemui adiknya dan meminta bantuan untuk membujuk bang Regi, tapi dia bahkan udah nggak peduli lagi..

Risya semakin terpuruk, begitu pun Nisa. Nisa memang tahu Regi sakit, tapi ia tidak tahu kalau penyakit Regi sudah separah itu.

Risya melihat ke arah Nisa, diam-diam ia memperhatikan raut wajah Nisa yang terlihat begitu khawatir dan cemas.

RISYA

Nis, ... seberapa berartinya bang Regi buat hidup kamu?..

NISA

Sangat berarti.

Nisa meneteskan air mata.

RISYA

Aku nggak tahu ini akan berhasil atau tidak, tapi cuma kamu harapan aku satu-satunya. Tolong bujuk bang Regi Nis! Aku mohon!..

NISA

Iya Ris.. aku coba bujuk kang Regi. Aku nggak mau sesuatu hal yang buruk terjadi sama dia, nggak mau Ris..

Nisa menangis. Risya langsung merangkul lalu mendekap tubuh Nisa, sambil mengelus bahu Nisa untuk sedikit menenangkannya.

CUT TO:

117. EXT/INT. RUMAH REGI - SIANG

(INI ADALAH MIMPI MAHESA)

Langkah Mahesa mendadak pelan, saat mulai memasuki halaman rumahnya. Suasana rumah yang ramai membuatnya heran. Apalagi saat melihat ada bendera kuning terselip di sela-sela tiang rumahnya, semakin membuat Mahesa tak mengerti.

Meski perlahan, namun langkahnya kini semakin membawa Mahesa mendekati pintu rumah. Beberapa pasang mata memandangnya dengan tatapan penuh rasa iba.

PELAYAT

Yang sabar ya Sa!..

Seseorang yang baru keluar dari dalam rumah Regi dan berpapasan dengan Mahesa itu mencoba menenangkan, sambil mengelus bahunya.

MAHESA

Ini ada apa? Bang Regi dimana?..

Namun dari banyak orang yang ada di dekat Mahesa, tak satu pun yang menjawab pertanyaannya.

MAHESA

Bang, bang Regi!!!.. (berteriak)

Dengan langkah cepat Mahesa langsung masuk ke dalam rumah. Betapa kagetnya saat Mahesa melihat seseorang terbujur kaku di tengah kerumunan orang-orang. Mahesa semakin mendekati tubuh yang tertutup oleh kain putih itu, kemudian duduk di sampingnya. Perlahan Mahesa membuka kain yang menutupi bagian wajah. Betapa kagetnya saat Mahesa melihat wajah pucat di balik kain itu, yang ternyata Regi.

MAHESA

Bang Regi! Bang... Abang bangun Bang! Bang maafin aku! Abang nggak boleh tinggalin aku. Bang bangun... Abang!!!..

BACK TO REAL:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar