Skrip Sajak Cinta Terakhir
10. PART 10
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

81. EXT. SEBUAH DANAU - SIANG

Mahesa duduk di atas rumput tepat di pinggir danau. Dengan pandangan lurus ke arah hamparan air yang tenang, Mahesa seakan melihat bayangannya saat bersama Risya. Mahesa dan Risya naik bebek-bebek’kan sambil bercanda tawa. Pandangan Mahesa beralih melihat ke pinggir danau. Mahesa seperti melihat saat ia sedang kejar-kejaran, becanda tawa bersama Risya.

MAHESA (V.O)

Aku kangen sama kamu Ris. Aku kangen semua tentang kamu. Aku sama sekali nggak benci sama kamu, tapi keadaan yang membuat aku bersikap seperti ini. Karena mungkin, sekarang kamu udah nggak butuh aku lagi. Aku lihat sekarang kamu udah bahagia sama bang Regi..

Tiba-tiba terdengar langkah kaki yang datang menghampiri Mahesa, dan terhenti tepat di belakang Mahesa.

RISYA

Aku tahu kamu pasti datang kesini saat kamu merindukan aku Sa..

Mahesa beranjak dari duduknya, meski belum melihat namun Mahesa seperti sudah tahu siapa yang ada di belakangnya. Perlahan Mahesa membalikkan badannya, pandangannya tertuju pada Risya yang kini berdiri tepat di hadapannya. Mahesa langsung mengahapus air matanya saat ia bertatap wajah dengan Risya.

RISYA

Aku yakin... kamu pasti merasakan apa yang aku rasakan. Aku rindu kamu Sa. Kamu juga pasti merindukan aku kan?..

Mahesa hanya diam dan mencoba menyembunyikan rasa sedihnya di depan Risya. Mahesa mencoba tegar. Namun hati kecilnya tidak dapat dibohongi, bahwa sebenarnya ia sangat bahagia bisa bertemu dan menatap wajah Risya lagi.

RISYA

Please... kembali seperti dulu! Aku ingin jalani hubungan kita seperti dulu Sa. Aku rindu kebersamaan kita, aku rindu kasih sayang kamu, aku rindu perhatian kamu, aku rindu semuanya. Kembali cintai dan sayangi aku Sa! Aku butuh kamu. Aku mohon jangan bohongin hati kecil kamu. Mahesa please... jujur sama perasaan kamu sendiri!..

Mahesa melangkah semakin mendekati Risya.

MAHESA

Tapi aku rasa, sekarang kamu udah nggak butuh aku lagi..

Risya menggelengkan kepala sambil menatap wajah Mahesa penuh kesedihan. Namun Mahesa malah memberikan ekspresi wajah yang meyakinkan Risya, bahwa dirinya memang sudah tidak dibutuhkan.

Raut wajah kecewa pun jelas terlihat, Risya mencoba menenangkan hatinya sejenak, lalu menatap Mahesa.

RISYA

Kasih aku alasan! Kalau aku memang nggak pantas untuk tetap bersama kamu. Agar aku punya alasan, untuk benar-benar berhenti dan pergi..

Mahesa malah memalingkan pandangannya, Mahesa tak sanggup menatap kedua mata Risya lebih lama. Tapi Mahesa mencoba agar tidak terbawa oleh perasaan. Kini ia balik menatap mata Risya cukup tajam.

MAHESA

Kamu udah punya bang Regi. Orang yang selalu ada buat kamu, orang yang selalu bisa buat kamu tersenyum. Bukan aku... yang bisanya cuma bikin kamu nangis seperti ini!..

RISYA

Kenapa kamu ngomong kaya gitu Sa?..

Perasaan Mahesa semakin tak menentu melihat gadis yang sebenarnya masih ia cintai itu menangis tepat di hadapannya.

MAHESA

Karena aku merasa, aku yang nggak pantas untuk kamu! Kenapa sih kamu nggak milih bang Regi aja. Bang Regi lebih dewasa, bang Regi lebih baik, bang Regi lebih tampan, bang Regi lebih mapan, bang Regi lebih sempurna. Bang Regi lebih pantas untuk kamu cinta! Bukan aku Risya, bukan aku!!..

RISYA

Tapi aku sayang sama kamu, aku cintanya sama kamu, bukan bang Regi. Tapi kamu Mahesa! Kamu!!..

Risya memegang kedua tangan Mahesa untuk meyakinkan.

MAHESA

Alah... bulsit!..

Mahesa melepaskan tangan Risya dengan sikap yang cukup kasar.

MAHESA

Mulai sekarang, anggap aja diantara kita nggak pernah ada apa-apa. Dan jangan pernah cari aku lagi!..

Mahesa pergi. Risya mencoba menahan Mahesa, tapi Mahesa malah mendorongnya sampai jatuh terduduk. Risya begitu sedih.

Begitu pun dengan Mahesa. Tanpa Risya tahu, Mahesa kembali meneteskan air matanya, sebelum ia bener-bener pergi meninggalkan Risya.

CUT TO:

ESTABLISH JALANAN DESA YANG SEPI PAGI.

82. EXT. JALANAN DESA - PAGI

Regi mengendarai motornya di atas jalanan pedesaan yang masih terlihat sepi tanpa banyak kendaraan yang berlalu-lalang.

Terlihat Mahesa sedang berjalan kaki dari arah yang berlawanan, Regi yang memang berniat menemui Mahesa langsung memutar arah, dan mempercepat laju motornya untuk mensejajarkan dengan langkah Mahesa. Regi langsung memberhentikan motornya tepat di depan Mahesa. Kemudian Regi beranjak dari motornya dan menghampiri Mahesa.

MAHESA

Ada apa lagi sih Bang?..

REGI

Kenapa kamu mutusin Risya?..

MAHESA

Karena dia udah nggak butuh aku! Harusnya Abang bahagia!..

REGI

Mana mungkin Abang bisa bahagia, kalau Abang harus melihatnya terus-menerus menangis!..

Mahesa membungkam.

REGI

Abang mohon Sa! Kembali ke Risya!..

MAHESA

Untuk apa Bang? Untuk merasakan sakit? Saat aku harus menerima kenyataan, kalau Abang aku sendiri diam-diam mengagumi dan amat sangat terobsesi sama pacar aku?..

REGI

Abang emang sayang sama Risya, Abang cinta sama Risya. Tapi sumpah Sa! Abang sama sekali nggak berniat merebut Risya dari kamu..

MAHESA

Terus apa arti rasa di hati Abang? Nggak usah mencoba untuk menutupi semuanya, Bang... percuma. Kalau pada akhirnya Abang akan tetap mengambil apa yang udah jadi milik aku..

REGI

Nggak gitu Sa..

MAHESA

Ternyata... dibalik kebaikan Abang selama ini ke aku bukan karena Abang sayang sama aku, tapi karena Abang ingin menghancurkan aku. Harusnya aku tahu dan sadar. Bahwa di dunia ini nggak ada orang yang bener-bener tulus sayang dan peduli sama aku. Termasuk keluarga aku sendiri..

REGI

Kamu salah Sa kalau mikir gitu..

MAHESA

Terimakasih untuk semuanya Bang. Untuk kebahagiaan dan rasa sakit yang Abang berikan buat aku..

Mahesa berlalu pergi dengan dipenuhi rasa kecewa.

REGI

(Teriak) Kamu salah Sa, kamu salah! (menghela nafas) Ya Allah, kenapa semuanya harus seperti ini?..

Regi bener-bener menyesal.

CUT TO:

83. INT. RUMAH REGI (KAMAR REGI) - MALAM

Regi baru saja selesai membasuh muka di kamar mandi. Kemudian ia menatap bayangan wajahnya di depan cermin.

INSERT: Semua yang ia lalui bersama Mahesa. Saat suka dan duka mereka lalui bersama.

Kedua bola mata Regi semakin tajam menatap bayangan wajahnya sendiri di cermin.

REGI (V.O)

Seandainya saja aku mampu
Aku ingin sekali mengulang waktu
Mengembalikan setiap detik yang berlalu
Mengulang setiap waktu yang terbuang
Seandainya waktu bisa kuputar
Aku tak ingin mengenalmu
Hingga tak perlu ada tatapan itu
Tatapan yang menciptakan cinta pembawa luka
Apakah kau percaya adanya duka?
Dari cinta yang tercipta?
Aku tahu aku salah,
Aku tahu aku bodoh,
Karena aku mencintai kekasih orang
Dan itu ‘kamu’

Regi kembali membasuh wajahnya.

REGI

Ya Tuhan... kenapa rasa cinta yang Kau ciptakan di hatiku malah menjadi malapetaka untuk orang lain? Lebih baik aku tidak memiliki cinta, daripada aku harus menyakiti hati adik kandungku seperti ini..

Tiba-tiba Regi batuk-batuk, ia langsung menutup mulut dengan telapak tangan. Pada saat ia mengangkat tangannya, Regi kaget melihat ada bercak darah. Regi terdiam sejenak sambil menatap sebercak darah yang menghiasi telapak tangannya. Regi berusaha tetap tenang sambil memutar kran untuk membasuhnya, hingga hilang bersama air yang mengalir cukup lambat.

CUT TO:

84. EXT. RUMAH REGI (DEPAN RUMAH) - PAGI

Pintu rumah terbuka. Regi kaget melihat seseorang yang datang.

REGI

Mamah...

Regi tak percaya, bila yang kini ada di hadapannya benar-benar wanita yang telah melahirkannya ke dunia.

Sambil meneteskan air mata bahagia, wanita itu langsung memeluk Regi cukup erat.

MAMA

Mama kangen banget sama kamu..

Namun perlahan Regi malah melepaskan pelukan itu dari tubuhnya.

REGI

Kenapa Mamah bisa ada disini?..

MAMA

Mamah pengen kamu pulang ke rumah lagi Sayang. Mamah mohon!..

REGI

Apa Mamah juga menginginkan Esa pulang?..

Ibu Regi terdiam sejenak, mimik mukanya mendadak berubah usai Regi menyebut nama Mahesa.

MAMA

Mamah nggak butuh dia! Mamah cuma butuh kamu Gi..

REGI

Aku nggak akan pulang tanpa Esa Mah. Kalau Mamah udah nggak membutuhkan Esa, itu berarti Mamah juga nggak butuh aku. Jadi jangan paksa aku pulang kalau tanpa Esa. Inget Mah, Esa itu anak Mamah juga, sama seperti aku..

MAMA

Terserah kamu! Sampai kapanpun, Mamah udah nggak mau berurusan lagi sama anak nggak berguna seperti dia..

Dengan kesal Mama pergi meninggalkan Regi.

Regi hanya menatap sosok wanita yang kini berjalan semakin jauh meninggalkannya dengan penuh penyesalan.

REGI (V.O)

Mama,
Kau pernah memakinya hingga kata terburuk terucap
Kau pukul tubuh kecilnya hingga terasa menembus tulang
Kau menyuruhnya pergi hingga tersiksa batinnya
Masih kurangkah itu semua?
Kini adikku terombang ambing
Dalam rasa sakit yang mendalam
Taukah kau mama?
Kini kami diantara rindu dan kecewa
Dan kini kau datang
Berikan kami rindu tanpa kasih sayang      

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar