Skrip Sajak Cinta Terakhir
11. PART 11
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

85. EXT. AREA PERKEBUNAN - SIANG

Rintik hujan yang turun membawa Regi dan Nisa lari ke sebuah pohon besar yang ada di sekitar perkebunan untuk berteduh. Untung saja hujan kali ini tidak terlalu lebat, dan tidak terlalu lama.

NISA

Hujannya udah reda Kang..

Nisa beranjak dari tempat itu. Namun tangan Regi malah menarik tangan Nisa, dan memintanya untuk duduk berdampingan di bawah pohon besar itu, bersamanya.

REGI

Nis... Akang benar-benar nggak tau harus bagaimana menjalani semua ini. Seandainya boleh minta, Akang ingin cinta ini mati sekarang juga..

NISA

Hussh... nggak boleh ngomong gitu Kang! Perasaan tidak memiliki kemudi. Jangankan orang lain, diri sendiri pun tidak bisa mengendalikannya. Begitu pula dengan cinta, dia tidak bisa memilih siapa yang harus dicintai. Karena kadang cinta datang sendiri tanpa kita sadari..

REGI

Tapi masalahnya perempuan itu pacar adik Akang, Nis. Akang pikir dengan cara mengagumi lewat sajak-sajak cinta, itu adalah jalan terbaik untuk bisa menuangkan rasa cinta Akang. Tapi ternyata salah, lewat sajak-sajak itu Akang malah menghancurkan semuanya..

Suasana hening sejenak.

REGI

Akang nggak bisa bayangin seandainya Risya tahu, kalau penyebab kehancuran hubungannya dengan Mahesa itu adalah Akang.

Nisa mendadak terdiam. Pandangannya cukup tajam menatap wajah laki-laki itu, yang kini terlihat semakin gusar.

NISA

Jadi... Risya belum tahu kalau Akang yang selama ini ngirim sajak-sajak cinta itu?..

Regi menganggukkan kepalanya yang sedikit tertunduk. Nisa kembali diam.

Semilir angin perkebunan seperti ingin mengusik kebisuan mereka. Di tengah kegundahan Regi, terlihat senyum manis tercipta dari bibir mungil Nisa.

NISA

Kang..

Regi sedikit mengangkat kepalanya yang tertunduk dan kini berhadapan dengan Nisa.

NISA

Sajak-sajak yang Akang buat untuk gadis bernama Risya itu bagus-bagus lho. Boleh nggak aku minta Akang bikinin satu sajak buat aku? Atau enggak Akang ajarin aku aja deh, buat bikin sajak. Ya Kang!..

REGI

Tapi Nis-

Regi tidak sempat melanjutkan perkataannya, karena Nisa keburu memasang muka merengek.

NISA

Ayolah Kang... please. Yah, yah!..

Regi kembali terdiam, tapi kini matanya memandang wajah cantik Nisa. Seketika Nisa malu, saat laki-laki yang ia cintai sedang menatap wajahnya.

REGI

Aku mengerahkan rasa yang ku punya pada ujung jemari, membuatnya menari bersama hujan yang menyapa bumi. Mungkin kamu membenci hujan. Becek, lembab, basah dan membuatmu merana. Namun kita sama-sama menyukai pelangi, yang hadir setelah hujan pergi. Hujan tak selalu mengantarkan rasa rindu. Terkadang, dia mengirimkan tetesan yang memukul dinding masa lalu. Aku pernah bertanya, bisakah hujan melarutkan rasa gundah? Sayang, hujan terlalu malas untuk bertegur sapa..
(pause)
Bagiku, romantis bukan ketika menatap hujan, yang merintik dalam gerak lambat. Tapi merekam setiap senyum yang kini kamu buat. Aku merasakan hangatmu memeluk sela jemari, menemaniku menghitung sisa tetes hujan tadi. Kamu, bukan alasan yang kupilih untuk menciptakan berbagai aksara indah. Tapi kamulah yang selalu berhasil mengusir rasa gundah, lalu menghadirkan senyum terindah..
(pause)
Meski yang kita genggam hanyalah sebuah kata, ‘teman’. Tapi tetaplah menjadi kamu. Karena tidak ada yang tidak mungkin, saat kamu dan aku, melebur menjadi kita..

Seketika Regi terdiam, saat Nisa begitu saja memalingkan wajahnya usai Regi memberikan sebuah sajak yang mendadak Regi buat untuk memenuhi permintaan Nisa.

CUT TO:

86. EXT. DEPAN MINI MARKET - SIANG

Tampak Mahesa keluar dari dalam mini market. Namun, tiba-tiba temannya menghampiri sambil memberikan sebuah kotak makanan.

TEXS: 'Batagor kesukaan kamu, selamat makan siang.’ Tulisan yang terdapat di atas kotak makan.

Ternyata dari seberang jalan, sang pengirim yang ternyata Risya memperhatikan Mahesa dari kejauhan. Gadis itu hanya tersenyum saat melihat Mahesa yang sedang memegang makanan pemberiannya.

RISYA (V.O)

Mundur satu langkah bukan berarti menyerah, hanya saja keadaan membuatku mengerti. Saat ini, ada di belakangmu lebih baik dari pada ada di sampingmu..

Risya menatap sosok Mahesa dari kejauhan.

CUT TO:

ESTABLISH MALAM HARI.

87. EXT. KOST’N MAHESA - MALAM

Pada saat Mahesa pulang ke kost’an, lagi-lagi di depan pintu ia mendapat kotak makanan dengan tulisan.

TEKS: ‘Semoga bisa menghilangkan sedikit lelah kamu setelah bekerja seharian.’

Mahesa membuka kotak itu, yang di dalamnya terdapat kue brownies kesukaannya.

Ternyata, diam-diam Risya selalu mengawasi dan mengikuti kegiatan Mahesa sehari-hari tanpa Mahesa sadari.

Usai mengambil kotak makanan itu, tangan Mahesa langsung meraba saku celananya untuk mengambil kunci dan membuka pintu, lalu masuk dan kembali menutup pintu.

Tapi Risya masih belum juga pergi, meski Mahesa telah hilang dari pandangannya.

Ternyata Mahesa masih diam di balik pintu, dari sela-sela gorden jendela Mahesa menatap ke arah luar.

MAHESA (V.O)

Berhenti menjejaliku dengan rasa sayang! Itu bisa semakin membuat aku merasa bersalah karena tidak bisa membahagiakan kamu..

Pandangan Mahesa tertuju pada Risya, yang baru saja melangkah meninggalkan halaman kost’an Mahesa.

CUT TO:

ESTABLISH PERGANTIAN HARI.

88. EXT. AREA PERKEBUNAN – SORE

Tampak Risya sedang mengendarai motornya. Namun tiba-tiba motornya berhenti.

RISYA

Aduh, kok mati sih?..

Risya beranjak dan terlihat kebingungan saat ingin mencoba memperbaiki, tapi ia tidak tahu apa yang mesti diperiksa dari motornya.

RISYA

Aduh... mana nggak ngerti lagi. Akh... sial banget sih..

Risya memutuskan mendorong motornya. Tiba-tiba Regi melintas dengan mengendarai sepedanya.

REGI

Risya!...

Regi menghentikan sepedanya. Risya pun menghentikan langkahnya.

RISYA

Bang Regi..

REGI

Lho, motornya kenapa?..

RISYA

Aku juga nggak tahu Bang. Tiba-tiba aja mati..

REGI

Emm, sayang Abang nggak ngerti sama mesin motor. Kalau Abang tahu, pasti Abang bantuin. Ya udah kalau gitu, pulang bareng Abang aja yah! Rumah kamu kan masih jauh, mana udah mendung gini. Abang anterin pulang yah?..

RISYA

Tapi Bang, motor aku gimana?..

REGI

Udah tinggalin aja. Nanti biar pekerja perkebunan Abang suruh ngambil motor kamu. Rumahnya ada yang deket sini kok..

RISYA

Ya udah deh kalau gitu..

REGI

Nggak apa-apa kan naik sepeda?..

Risya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Regi pun langsung menelpon pekerjanya.

Tidak lama menunggu, seorang lelaki seusia Regi datang untuk membawa motor Risya ke rumahnya, sekalian diperbaiki. Setelah itu, Risya dan Regi kembali melanjutkan perjalanan. Risya naik ke sepeda Regi, dan mereka pergi.

CUT TO:

89. AREA PERKEBUNAN (JALAN YANG BERBEDA/SEBUAH GUBUG) - SORE

Di perjalanan, Regi dan Risya terlihat sedikit berbincang. Karena Regi sedikit gugup saat mengendarai sepeda, dan membuat Risya sedikit ketakutan. Namun mereka mencoba menutupi rasa itu dengan sedikit bercanda-tawa.

Tapi perjalanan mereka harus terhenti, karena hujan turun cukup lebat. Mereka segera mencari tempat untuk berteduh. Regi dan Risya turun dari sepeda dan berteduh di sebuah gubuk.

RISYA

Yah... kejebak hujan kita..

REGI

Iya Ris. Curang nih, mereka datangnya keroyokan, kekepung kan kita?..

Risya tersenyum mendengar candaan Regi.

Meskipun mereka berteduh, tapi tetap saja mereka kehujanan. Karena atap gubuk sedikit bocor. Regi langsung membuka jaketnya, dan melindungi sebagian kepala dan tubuh Risya dari tetesan air hujan. Regi merasa kasian melihat Risya yang begitu kedinginan. Karena semakin lama, tetes air hujan perlahan semakin membasahi mereka.

REGI (V.O)

Aku hanya mampu terdiam
Nikmati tetes demi tetes hujan yang turun
Sebisa mungkin melawan rasa di hati
Meski aku harus tertatih melawan perih
Jika saja kau tahu betapa tersiksa batinku
Saat ku harus lirih melawan pedih
Dan jika saja kau bisa rasakan air mata hatiku
Yang begitu lembut mengalir iringi hujan kali ini
Sudah terlalu lama ku sembunyikan cinta ini
Di tengah-tengah deras tetes air hujan
Ketika ku ingin memeluk memberikan kehangatan
Saat hujan menggigilkan tubuhmu
Tapi tangan ini kaku, seakan tak berhak menyentuhmu
Saat kujadikan hujan sebagai alasan tuk menutupi air mata
Semua tertuang dalam satu kisah yang belum sempurna
Tak mudah bagiku lupakan semuanya
Lepaskan tiap manisnya waktu denganmu
Meski aku harus kembali teteskan air mata
Karena raga ini tak berhak memilikimu
Tapi kau tetap satu-satunya yang aku cinta
Dalam indah bahagia atau perihnya sebuah luka

(INI ADALAH KHAYALAN REGI)

Regi mencoba menahan perasaannya. Apalagi saat Regi diam-diam memandang wajah Risya, dan ternyata Risya melakukan hal yang sama. Kedua bola mata Risya menatapnya, perasaan Regi semakin tak menentu. Seketika saja perasaan membawa mereka bertatapan semakin dekat dan lebih dekat lagi, Risya sama sekali tidak menghindar. Dan tanpa diduga, sepinya suasana perkebunan yang hanya ditemani tetesan air hujan, membawa mereka hanyut dalam sebuah keromantisan. Mereka terlihat seperti sepasang sejoli yang sedang dimabuk asmara, saat melakukan ciuman di tengah-tengah rintik hujan.

BACK TO REAL.

RISYA

Bang!

Regi terkejut.

RISYA

Kok malah melamun? Hujannya udah reda..

Regi jadi salah tingkah.

REGI

I--ii—iya Ris..

Regi tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi padanya. Namun setelah melihat wajah Risya, Regi baru menyadari. Apa yang terjadi tadi, hanyalah halusinasinya saja.

Tidak mau terus terbawa dalam dunia imajinasi, Regi langsung mengambil sepedanya dan mengajak Risya untuk melanjutkan perjalanan mereka.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar