Skrip Sajak Cinta Terakhir
13. PART 13
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

99. INT. RUMAH REGI – KAMAR REGI - PAGI

Regi terbaring di atas tempat tidur, setelah sebelumnya Risya memanggil dokter dan memeriksa keadaan Regi.

Risya tampak setia menunggu Regi yang masih belum siuman dengan pandangan tak biasa. Tidak lama menunggu, Regi mulai membuka matanya. Regi memandang Risya sambil tersenyum. Sementara Risya menatap sinis.

RISYA

Kenapa Abang nggak pernah cerita tentang ini sama aku?..

REGI

Maksud kamu apa Ris?..

RISYA

Kenapa Abang nggak pernah cerita sama aku! Kalau Abang punya penyakit separah itu!!..

Risya cukup membentak, diiringi air mata yang menetes.

REGI

Tapi Abang baik-baik aja kok Ris..

RISYA

Kanker stadium akhir Abang bilang baik-baik aja?..

Regi hanya diam membisu.

RISYA

Terus kenapa Abang nggak mau mengikuti saran dari dokter? ... Abang harus mulai terapi. Aku nggak mau hal buruk terjadi sama Abang..

Risya menangis tersedu-sedu. Tak tega melihat gadis yang sangat ia cintai menangis, Regi mencoba menghapus air mata Risya.

REGI

Abang baik-baik aja kok. Percaya!..

Tapi Risya sama sekali enggan menatap Regi. Regi hanya tersenyum saat melihat Risya membelakanginya sambil menangis tersedu-sedu. Regi berusaha bangun dari tidurnya. Saat sudah dalam posisi duduk, tangan Regi meraih tangan Risya.

REGI

Udah dong, jangan marah gitu. Nanti cantiknya ilang lho!..

Risya kembali membalikkan badannya ke arah Regi.

RISYA

Ini bukan lelucon Bang!..

Risya sambil menghapus air matanya. Tapi air mata kesedihan tak bisa ia bendung, semakin mencoba menahannya malah semakin menetes.

Kali ini Regi pun tak bisa menahan air matanya, dan langsung memeluk Risya. Meskipun mencoba tegar, namun Regi sendiri masih belum bisa mempercayai kalau penyakit parah itu benar-benar menyerang tubuhnya.

RISYA

Abang nggak boleh kenapa-napa, Abang harus baik-baik aja!..

REGI

Iya Ris, iya. Abang pasti baik-baik aja..

Risya mulai mengangkat tubuhnya dari pelukan Regi sambil menghapus air matanya.

RISYA

Pokoknya Abang jangan kemana-mana! Risya mau beli obat dulu, sekalian ngasih tahu Andin kalau hari ini Risya nggak akan kerja. Inget! kalau ada apa-apa Abang langsung hubungi Risya, yah!..

Regi mengangguk sambil tersenyum kecil.

Risya beranjak dan melangkah meninggalkan Regi dengan raut wajah sedihnya.

REGI

Ris!..

Langkah Risya terhenti, ia langsung membalikkan badannya dan kembali memandang ke arah Regi.

REGI

Abang mohon, jangan kasih tahu Esa tentang semua ini! Abang mohon Ris!..

Tapi Risya hanya diam dan kembali membalikkan badannya, lalu melangkah keluar dari kamar Regi.

CUT TO:

100. EXT. RUMAH NISA (HALAMAN) – SORE

Nisa ditemani Ayahnya sedang duduk santai di kursi taman, yang terdapat di halaman depan rumahnya yang cukup luas. Mereka sedang menyantap teh hangat ditemani sepiring pisang goreng.

NISA

Pak, Bapak nggak jadi memberhentikan kang Regi dari pekerjaannya kan?..

AYAH NISA

Memangnya kenapa Sayang?..

NISA

Jangan pecat kang Regi ya Pak! Lagian Nisa sama kang Regi juga udah baikan kok. Ya Pak!..

AYAH NISA

Tidak bisa Nis. Bapak akan tetap memecat Regi. Apapun yang terjadi, Bapak tetap tidak bisa terima jika ada orang yang berani menyakiti kamu..

Seketika wajah Nisa langsung ditekuk. Rasa sesal benar-benar muncul dalam hati Nisa.

AYAH NISA

Kok anak Bapak yang cantik ini malah jadi jelek gitu ya kalau cemberut?..

Nisa hanya diam.

AYAH NISA

Udah, nggak usah cemberut. Bapak tidak akan memecat Regi kok..

NISA

Bapak serius?..

AYAH NISA

Iya Sayang. Lagian ini masalah pribadi kalian, tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Bapak harus profesional menanggapi itu..

NISA

Ahhh... Bapak. Makasih ya Pak..

AYAH NISA

Hemm... seneng banget ya? ... Kayanya, anak Bapak emang bener-bener jatuh cinta deh sama mandor perkebunan ganteng itu?..

Nisa menganggukkan kepalanya.

Ayah Nisa hanya tersenyum, sambil mengelus-ngelus rambut Nisa yang saat ini masih berada di dalam pelukannya.

CUT TO:

101. EXT. KOST’AN MAHESA – SORE

Mahesa langsung memasang wajah betenya ketika membuka pintu, karena sudah ada Risya berdiri di depannya.

MAHESA

Ada urusan apa lagi sih?..

RISYA

Sebenci itu kamu sama aku? Sampe-sampe aku nggak berhak untuk ketemu dan bicara sama kamu. Aku kangen kamu, aku cuma pengen tahu kabar kamu aja Sa..

MAHESA

Udahlah, nggak usah berbelit. Mendingan sekarang kamu pergi dari hadapan aku!..

Mahesa menarik tangan Risya. Namun Risya menolak.

RISYA

Dengerin dulu Sa! Ada hal penting yang pengen aku bicarain sama kamu. Please... sebentar aja..

MAHESA

Sepenting apa sih?..

RISYA

Ini tentang bang Regi Sa..

MAHESA

Bang Regi ... Bang Regi lagi, bang Regi lagi. Aku nggak punya waktu untuk ngebahas dia. Mendingan sekarang kamu pulang! Aku cape! Mau istirahat!..

Mahesa langsung membuka pintu, kemudian masuk dan menutup kembali pintu kamarnya.

RISYA

Mahesa buka! (mengetuk-ngetuk pintu) Esa kamu harus dengerin aku dulu! Esa! Akh..

Risya kesal.

Ternyata Mahesa masih berada di balik pintu. Muka kesal penuh amarah sangat jelas terlihat dari wajahnya.

MAHESA (V.O)

Seandainya aku bisa terbang dan menghilang, apakah mungkin aku bisa benar-benar jauh darimu? Bila seandainya waktu bisa kuputar kembali, inginnya aku tak pernah mengenalmu. Sayap cintaku telah terluka karena amarahku. Kenapa kamu masih tetap ada di dekatku? Kenapa tak kau coba untuk lupakan dan pergi dariku? Agar hatiku tak tersakiti dan bersedih saat harus melihat wajahmu. Inginnya aku tak menyalahkan keadaan, tapi keadaan ini yang membuat cinta kita hancur. Jujur... aku masih mencintaimu, Ris. Dan setiap kali aku melihat wajahmu di hadapanku, itu hanya membuat hatiku semakin hancur saja..

Mahesa meneteskan air mata.

CUT TO:

ESTABLISH PERGANTIAN HARI.

102. EXT. AREA PERKEBUNAN - PAGI

Nisa terlihat begitu bersemangat datang ke perkebunan. Nisa mencoba mencari keberadaan Regi. Pandangannya berkeliaran kesana-kemari, namun tetap saja orang yang dicari tidak ia temui. Nisa pun mencoba bertanya ke beberapa pekerja perkebunan yang ia temui, namun mereka tak ada yang tahu keberadaan Regi.

NISA

Kang... apa benar beberapa hari ini kang Regi tidak datang ke perkebunan?..

PETANI

Iya Neng. Sudah beberapa hari ini pak Regi memang tidak datang ke perkebunan..

NISA

Kang Regi NGgak ngasih pesen apa-apa?..

Petani itu hanya menggelengkan kepala.

NISA

Ya udah kalau gitu... nuhun Kang..

PETANI

Muhun Neng. Permisi..

Petani itu pamit untuk melanjutkan pekerjaannya.

Dengan sedikit perasaan bingung, Nisa masih berdiri sambil memikirkan Regi.

NISA

Ada apa dengan kang Regi ya? Nggak biasanya kang Regi nggak datang ke perkebunan sampai beberapa hari seperti ini. Kang Regi kemana? apa jangan-jangan kang Regi sakit?..

Nisa jadi khawatir.

CUT TO:

103. EXT. MINI MARKET - SIANG

Saat Nisa mengendari mobil tanpa tujuan, ia tidak sengaja melihat Risya. Yang baru saja duduk di atas motor matic yang terparkir di depan mini market.

Nisa langsung menghentikan laju mobilnya. Lalu keluar dari mobilnya dan menyebrangi jalan menghampiri Risya yang sedang menyalakan mesin motornya.

NISA

Emm permisi... Risya, kan?..

Spontan Risya langsung mematikan mesin motornya dan membuka helm yang telah menghiasi kepalanya.

RISYA

Iya, maaf kamu siapa?..

NISA

Aku Nisa, temennya kang Regi. Bisa bicara sebentar?..

Risya mengangguk.

CUT TO;

104. EXT. SEBUAH CAFFE OUTDOOR - SIANG

Nisa sengaja memilih tempat makan out door agar lebih enak untuk ngobrol santai bersama Risya.

RISYA

Ohh... jadi kamu ini teman bang Regi di perkebunan..

NISA

Iya Ris... kang Regi sering cerita tentang kamu kok. Dan aku juga sempet ngeliat kamu datang ke perkebunan beberapa kali..

Risya tersenyum.

NISA

Gini... aku mau tanya. Siapa tahu kamu bisa kasih aku jawaban..

RISYA

Tentang?..

NISA

Kang Regi. Beberapa hari ini, kang Regi nggak datang ke perkebunan, terus dia juga nggak ngasih pesan apa-apa. Kang Regi sama sekali nggak bisa dihubungi. Aku khawatir... aku takut kang Regi sakit..

Risya yang tahu keadaan Regi langsung diam.

NISA

Aku bermaksud untuk datang ke rumahnya, tapi aku nggak tahu alamatnya. Mungkin kamu tahu kang Regi kenapa? Dan boleh aku minta alamat rumahnya?..

Risya terlihat kebingungan untuk menjawab pertanyaan Nisa.

RISYA

Emmm.. gimana yah..

NISA

Tolong aku Ris! Aku tahu kamu deket banget sama kang Regi, jadi aku yakin kamu pasti tahu tentang dia..

Melihat ekspresi wajah khawatir Nisa, Risya pun menjadi yakin untuk menceritakan yang sebenarnya kepada Nisa.

RISYA

Aku nggak tahu seperti apa hubungan kamu sama bang Regi. Tapi aku hanya berharap, kalau aku benar-benar nggak salah menceritakan ini sama kamu. Jujur aja, aku nggak sanggup melewati ini sendiri..

Nisa semakin terlihat cemas dan begitu menunggu.

RISYA

Sebenernya... bang Regi sakit parah..

NISA

Maksud kamu?..

RISYA

Bang Regi terkena kanker stadium akhir Nis..

Ekspresi wajah Nisa langsung berubah, gadis itu terlihat syok.

NISA

Kanker... stadium akhir, Ris?

Risya mengangguk.

Kali ini Nisa tidak bisa berkata apa-apa, seketika air matanya menetes. Hatinya terasa hancur usai mendengar itu.

Risya sendiri tidak menyangka, jika Nisa bisa sampai sesedih ini saat mengetahui apa yang sedang menimpa Regi.

CUT TO:

105. EXT. AREA PERKEBUNAN (BUKIT) – SORE

Regi sedang berdiri sendirian di atas bukit.

REGI (V.O)

Tidak bisakah engkau mengerti
Rasa di hatiku menjadi harapan
Tidak bisakah engkau pahami
Apa yang kuperbuat, adalah pengorbanan
Cintaku terbangun kala kau sedang bermimpi
Cintaku tak tertidur kala kau sedang berharap
Risya, bisakah kau dengar jeritku?
Merasakan kepedihan hatiku?
Aku ingin mendengar bisik hatimu
Meski kau tetap mengatakan
Cintamu bukan untukku

Regi teriak.

REGI

Tuhan... kenapa harus Risya? Kenapa cinta ini tidak untuk perempuan lain saja? Kenapa hati ini malah mencintai perempuan yang jelas-jelas milik adikku sendiri? Lebih baik aku tidak pernah merasakan cinta di dunia ini, daripada aku harus mengancurkan kebahagiaan adikku. Aku benci cinta di hati ini, aku benci!..

Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh bahunya dari belakang. Spontan Regi menoleh ke arah samping.

NISA

Jangan pernah salahkan cinta! Sekalipun jatuh ke hati yang salah, namun tetap saja cinta tidak bisa disalahkan..

REGI

Nisa..

NISA

Semua orang berhak untuk mencintai dan dicintai, tapi kadang kita tidak bisa memilih siapa yang pantas mencintai dan kita cintai. Karena cinta datang tanpa kita sadari, dan tidak bisa pergi meski kita inginkan..

Pandangan Regi beralih menatap wajah Nisa.

Menyadari itu pandangan Nisa pun beralih. Hingga mereka saling bertatap muka.

NISA

Nisa antar Akang pulang ya?..

REGI

Nggak usah Nis. Akang masih pengen disini..

NISA

Udaranya kurang bagus untuk kesehatan Akang..

Regi merasa aneh dengan sikap Nisa. Regi menatap wajah Nisa, yang semakin terlihat penuh kekhawatiran. Pada saat Regi hendak berkata, tiba-tiba kedua tangan gadis itu meraih tubuh Regi dan memeluknya cukup erat diiringi tangis.

REGI

Nisa... kamu kenapa?..

Perlahan Nisa melepaskan pelukannya dan menatap wajah Regi dengan jarak yang cukup dekat.

REGI

Hey... kamu kenapa?..

NISA

Nisa nggak peduli jika semua yang hati ini rasakan tak akan pernah terbalaskan, tapi Nisa mohon jangan pernah menghilang dari hidup Nisa Kang!..

REGI

Maksud kamu apa Nis?..

NISA

Jangan pernah pergi Kang! Jangan pernah tinggalin Nisa!..

Nisa menangis.

Regi terdiam sejenak. Lalu kedua tangan Regi menghapus air mata di pipi Nisa, dan tersenyum.

REGI

Akang nggak akan ninggalin kamu..

Regi memeluk Nisa yang masih menangis tersedu-sedu.

CUT TO:

106. MONTAGE

A. Hari terus berganti. Hampir setiap hari, Risya selalu menantikan sajak-sajak dari pengagum rahasianya. Entah itu pagi, siang, sore ataupun malam. Bahkan Risya sampai mengeceknya langsung, ke tempat-tempat dimana sajak misterius itu sering ditemukan. Seperti di teras depan rumah, pot bunga, atau jendela. Namun hasilnya tetap sama, sajak itu memang tidak ada.

B. Sesekali Risya menanyakan kepada Chika, karena selain Risya, adiknya-lah yang sering menemukan saja-sajak misterius itu. Tapi Chika hanya menggelengkan kepala saat Risya menanyakan itu. Dan ibu Risya pun mengakatakan hal yang sama, saat Risya mempertanyakan mengenai sajak itu.

C. Karena menghilangnya sajak misterius itu, membuat Risya lagi-lagi mendapat teguran dari Rian. Sebab minggu ini Risya tidak memberikan puisi atau sajak, dan majalah mereka terpaksa harus terbit tanpa kolom sajak lagi, yang sangat disukai oleh para pembaca.

D. Satu minggu telah berlalu, namun semua tak ada yang berubah. Keadaan tetap sama seperti hari-hari sebelumnya yang Risya lalui. Tanpa Mahesa, dan tanpa kertas sajak.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar