Sakura Barcelona
Penulis: Yesno S
Drama
Kategori
26,541
Dilihat
5,434
Suka
Blurb
Ogut mati-matian mengejar cita-citanya menjadi musisi. Tapi, dia enggak bakal nangis kejer, saat mata kepalanya sendiri melihat produser musik membuang demo musik karyanya ke tong sampah. Masalah centokul dengan si Doi yang babak belur juga tak akan membuatnya frustokat, apalagi jadi gokil. Kalau sudah begini, mana mungkin Ogut bisa menuliskan sebuah lagu cengeng?

Lain lagi dengan Doi. Beberapa kali Doi gagal masuk finalis dalam pemilihan foto model majalah remaja, belasan kali kandas dalam audisi model iklan (apalagi film), bahkan ngelamar jadi penyiar radio saja kalah saingan dengan teman sekampusnya. Tapi Doi masih untung, sempat nyangkut jadi dubber untuk suara kuntilanak yang doyan tertawa, dan pada akhirnya, Doi ditawari kontrak menyanyikan lagu-lagu cengeng.

Sakura Barcelona menggambarkan kehidupan jiwa optimis yang tengah berjuang mewujudkan cita-citanya di dunia hiburan, lengkap dengan segala romansanya, kegagalannya, putus nyambung hubungan mereka, lika-likunya, juga lagu-lagu legendaris Fariz RM. Tahun 1987-1988 menjadi tahun paling bergelojak bagi Ogut dan Doi, di mana saat itu lagu cengeng tengah mewabah, sekaligus Fariz RM menyempil di antaranya dengan musik yang berbeda, telegram serta surat-surat cinta, janjian di bawah pohon rindang, dan yoi, juga bahasa prokem.

(Penulis sudah mendapat izin dari Fariz RM untuk menulis draf naskah ini.)

CATATAN :
1. Frustokat : frustasi
2. Centokul : cinta
3. Yoi : Ya.
Premis
Ogut (calon musisi yang penggemar berat lagu-lagu Fariz RM) dan Doi (dubber
sandiwara radio dan calon penyanyi) adalah sepasang kekasih yang saling mencintai.
Tapi Doi begitu ingin melihat Ogut pernah mengalami bagaimana rasanya sedih,
meski sekali saja.
Pengenalan Tokoh
TENTANG SKRIP :

1. Mengangkat karya-karya emas Fariz RM ke dalam film. Tapi naskah ini bukanlah bio-picture. Sosok Fariz RM akan muncul dalam bentuk karya-karyanya yang legendaris itu. Jika film I Am Sam (Jessie Nelson, 2001) dipenuhi lagu-lagu daur ulang The Beatles sebagai soundtracknya, dan jika film Yesterday (Danny Boyle, 2019) menjadikan sejumlah lagu The Beatles sebagai pondasi untuk membangun cerita komedi musikal yang berpondasi pada fantasi, maka naskah Sakura Barcelona mengambil jalan tengah sebagai film bergenre: drama yang realistis untuk remaja dengan lagu-lagu karya Fariz RM bermunculan dalam bentuk soundtrack, dan semi musikal. Lagu-lagu Fariz RM yang asli akan terdengar sebagai soundtrack adalah lagu Sakura dan Barcelona. Lagu-lagu lain muncul sebagai lagu yang didaurulang dan bisa melibatkan group band anak sekarang dalam kemasan vintage. Karya Fariz RM sudah tidak perlu diragukan lagi, hanya saja di sini bukan kehidupan pribadi yang difilmkan, melainkan karya-karya emasnya. Ada pun karakter dari tokoh Ogut mengambil spirit dari delapan lagu karya Fariz RM (baik sebagai penyanyi, maupun musisi). Kedelapan lagu itu mengadung unsur optimistik, dan aransemen yang danceable.


2. Menceritakan kehidupan remaja era 80an, lengkap dengan cinta dan cita-cita mereka. Bukan saja cerita anak band yang sekmentit, tapi kehidupan era 80an, yang lengkap dengan pop cultre-nya (musik-fashion-bahasa pergaulan / prokem) menjadi daya tarik tersendri. Tema cerita yang komersil.


3. Menceritakan kehidupan sepasang kekasih yang jatuh bangun dalam meraih cita-citanya dalam dunia seni hiburan era 80an. Berbeda dengan flm Lala Land, cerita Sakura Barcelona mempunyai happy ending.


4. Naskah film ini diperkirakan terbilang standard budget, relatif tidak terlalu tinggi biayanya, karena tidak memerlukan set yang besar, serta extrass yang relatif sedikit. Kultur dan budaya populer (musik, fashion, setting) dari tema di film ini tahun 1987-1988 tidak akan jauh berbeda dari film Dilan yang bersetting di tahun 90-an, sekadar menyebut contoh.


Ada pun lokasi shootingnya adalah:
- Rumah Ogut. Indoor
- Garasi Ogut yang telah diubah menjadi studio tempat mereka latihan nge-band. Indoor
- Rumah Doi. Indoor
- Di bawah pohon rindang, di pengkolan jalan, tempat Ogut menunggu Doi, biar enggak ketahuan keluarganya Doi. Outdoot.
- Bioskop kelas kambing, ruangan gelap dengan beberapa kursi di mana sinar projector yang menampilkan Ogut yang sedang terharu melihat film dan Doi sedang menangis. Indoor
- Bedeng cafe. Cafe ogah-ogahan, yang mungil, dan sepi pengunjung ini tidak membutuhkan set yang kompleks serta extrass yang tidak terlalu banyak. Indoor
- Radio Midas Suara, studio siaran radio, dan dubbing. Indoor
- Kotak Midas Studio, studio milik Bule yang berlokasi satu gedung dengan Midas Suara Radio : tempat Ogut, Romi, dan Marti berlatih lagu-lagu cengeng.


TENTANG TOKOH :
Cerita Sakura Barcelona bersetting di Jakarta, November tahun 1987 sampai September 1988. Karakter di bawah ini berpijak pada November 1987 saat cerita berjalan lurus.


1. Ogut : Tokoh utama pria. Nama asli Budi Iwan Amir. Tapi semua orang, termasuk Doi memanggilnya dengan sebutan Ogut. Umur 31 tahun.


Lahir di Jakarta pada 20 Desember 1955 bernama lahir Budi Iwan Amir (seperti nama tiga orang yang paling populer di Indonesia bukan?) Sampai masa kuliahnya di akhir tahun 1970-an, tokoh utama cerita ini lebih dikenal sebagai Ogut, saat bahasa Prokem mulai menjangkiti remaja Jakarta khususnya. Seperti kebanyakan remaja Jakarta saat itu, sehari-hari Ogut menggunakan bahasa Indonesia pergaulan yang bercampur dengan bahasa prokem.


Tokoh utama dalam cerita Sakura Barcelona ini sejak kecil mengenal musik dari kedua orang tuanya. Bapaknya, Hasan Amir adalah pelatih musik drumband di beberapa SMA di Jakarta. Sedangkan ibunya Pandan Kencana adalah penyanyi keroncong yang sering manggung di Hotel Indonesia dan Hotel Salak (Bogor) pada akhir 60-an.


Dari bapaknya, Ogut kecil bukan hanya mengenal teknik memainkan beberapa jenis instrumen musik,tapi bagaimana memahami apa arti dan makna musik dalam kehidupan. Sedangkan dari ibunya Ogut memahami bagaimana cara menyanyi yang baik, dan menghayati musik sebagai panggilan hidup. Sejak kecil, Ogut sangat dekat dengan kedua orang tuanya, dan musik menyatukan mereka. Di rumahnya, keluarga Ogut memiliki sejumlah alat musik seperti mellotron, gitar bolong, gitar listrik, bass, harmonika, terompet, biola, dan semua jenis drum marching (bass drum, senare drum, tenore drum).



Tahun 1974, Hasan Amir wafat karena serangan jantung, ketika Ogut masih kuliah di tingkat 2. Usia Ogut saat itu baru 18 tahun. Sebagai anak tunggal, Ogut remaja terbilang mandiri, dan mengerjakan segala keperluannya sendiri. Meski ibunya masih sanggup membiayai kuliahnya, sejak menjadi yatim, Ogut berusaha bekerja sebagai guru les privat piano sambil kuliah di Jurusan Ekonomi Universitas Indonesia.



Ogut berhasil meraih gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1978, dan langsung bekerja di sebuah bank swasta terkenal, dan mudah ditebak jika tidak sampai dua tahun bekerja, pada akhirnya dia merasa tidak betah, dan memilih kembali bekerja sebagai pengajar les privat musik, dan terutama ingin mewujudkan impiannya sejak dulu: membentuk sebuah band yang memiliki album sendiri.



Pada 1980, Citra (saat itu 9 tahun) adalah murid pertamanya setelah kembali bekerja sebagai pengajar les piano. Citra adalah anak bungsu keluarga Prasodjo Susewo, yang memiliki dua orang kakak yang kesemuanya perempuan: Puspa (saat itu 17 tahun ) dan Selasa ( setelah ini disebut Sela, saat itu 14 tahun), yang tak lain adalah tetangga sebelah rumahnya. (Dalam skrip, Ogut bertetangga dengan keluarga Prasodjo Susewo tidak diceritakan, ini akan jadi kejutan kecil di akhir cerita).


Tiga kali seminggu mengajar untuk Citra membuat Ogut juga mengenal Puspa. Di sinilah Ogut merasa jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Citra berhenti les privat piano setelah dua tahun karena akan melanjutkan kursus piano di sekolah musik. Kemudian Ogut bekerja sebagai tenaga pemasaran / salesman di sebuah alat musik, sambil terus berlatih dengan group bandnya, Ogut RM (kependekan dari nama Ogut Romi Martin). Bersama bandnya, Ogut mendapatkan kesempatan main di Bedeng (sebuah cafe kecil, sederhana, yang sepi pengunjung).


Di toko alat musik itu, Ogut merasa nyaman bekerja, meski tidak sesuai dengan latar belakang kesarjanaannya. Di toko alat musik itu, saat sepi pengunjung, atau jika tidak sedang tugas luar, Ogut kadang mengotak-atik alat musik, dan bahkan diperbolehkan memainkan grand piano, piano seri U1, organ, klarinet, drum dan beberapa alat musik tiup lainnya. Ogut pun sering dipinta bosnya untuk mengerjakan pekerjaan tambahan menservis alat-alat musik dari para pelanggannya yang rusak. Uangnya juga lumayan. Dan dari sinilah Ogut juga bisa mencicil keyboard Yamaha DX 7 yang pada saat itu menjadi barang langka dan paling gemerlap untuk musisi di tanah air.


Setelah beberapa kali membentuk band yang belum juga menemukan kecocokan bermusik, akhirnya di awal tahun awal 1987, Ogut dikenalkan teman sekampusnya, Romi yang piawai ngebetot bass. Tambahan Martin, mantan anak murid lesnya yang juga bisa memainkan drum, akhirnya terbentuklah band bernama Ogut RM (kependekan dari Ogut Romi Martin) dengan Ogut sebagai lead vokal, keyboard, sekaligus gitar.


Tempat mereka berlatih adalah bekas garasi yang sudah beralih fungsi menjadi studio yang dindingnya sudah dilapisi busa dan strereofom. Martin memboyong seperangkat drum ke sana.


Semakin hari, rasa cinta Ogut pada Puspa semakin merekah, dan di setiap itu pula
Sela selalu bersedia mengantarkan surat cintanya untuk Puspa. Tapi, sayang, pada akhirnya Puspa menyatakan sudah ada yang punya. Ogut kalah cepat dari Bram teman sekampusnya.


Beda usia sepuluh tahun antara Ogut dan Sela membuat kedekatan mereka seperti hubungan kakak dan adik. Ogut sebagai anak tunggal, seperti merasakan punya adik perempuan.


Ogut adalah pribadi yang lugas, cuek, casual, optimis, lebih sering memunculkan wajah gembira, dan paling pantang bersedih. Cintanya ditolak bukan berarti mati. Musik jalan terus. Apalagi saat itu, Sela berusaha menjadi teman yang baik bagi Ogut.


Hubungan Ogut dan Sela semakin hari semakin dekat, meski Ogut tidak lagi mengajar Citra. Tujuh tahun kemudian, ketika Sela genap berusia 21 tahun, Ogut menyatakan cinta ada Sela dengan memberikan album "Sakura" (Fariz RM, 1980) sambil menggenggam hangat jemari Sela, dan berkata pada Sela agar mendengarkan lagu Sakura. Sejak saat itu, Ogut menyebut nama Doi pada perempuan yang ada di hadapannya saat itu.


Selama mereka pacaran, Ogut sudah berjanji akan memenuhi permintaan Doi untuk tidak menceritakan hubungan mereka kepada siapa pun di dunia ini. Ogut juga menyanggupi permintaan Doi tidak akan pernah mampirlagi ke rumah Doi. Ogut pun meyakinkan Doi, bahwa dia tidak akan bicara dengan siapa pun termasuk seluruh anggota keluarga Doi, termasuk menelponnya sekali pun. Lalu bagaimana kalau ada keperluan mendadak, kalau ke kampus pun Doi melarangnya?


Dengan telegram dan surat kilat khusus, Ogut dan Doi berkomunikasi. Mereka masing-masing tidak akan memberi reaksi apa pun terhadap isi telegram atau surat kilat khusus, artinya ‘ya", ‘setuju", atau ‘tidak ada perubahan". Seperti preman yang menggunakan bahasa prokem untuk merahasiakan isi perbincangan mereka, Ogut dan Doi pun punya kode sendiri.


Kode akan masing-masing mereka sampaikan mulai jam sembilan malam, selama acara televisi Dunia Dalam Berita berlangsung. Jika kode itu terdengar, artinya negasi dari isi telegram / surat kilat khusus yang mereka masing-masing terima. Maksud dari kode yang terdengar bisa berarti ‘bukan", atau ‘tidak bisa" atau punyai arti kebalikan dari isi telegram / surat kilat khusus yang mereka terima itu.


Ogut akan melakukan ‘telepon gelap" (seperti orang misscalled dengan telepon yang ditutup sebelum yang mengangkat telepon berkata "Halo", dan itu dilakukan sebanyak tiga kali). Sedangkan Doi akan melempar batu sebanyak tiga kali ke seng yang telah disediakan Ogut tepat di pintu masuk garasi, yang juga merangkap sebagai studio latihan bandnya.


Sebegitu rahasianya hubungan mereka dalam skrip mulanya akan diceritakan seakan-akan hubungan mereka seperti backstreet. Skrip memberi kesan seakan-akan kedua keluarga mereka masing-masing seperti tidak menyetujui hubungan mereka. Jadi dalam skrip, hubungan antara Ogut yang sempat naksir Puspa di masa lalu akan diceritakan sebagai twist kecil menjelang akhir cerita.


Waktu terus berjalan, sampai pada saat cerita ini dimulai, tepatnya pada Desember 1987, Ogut sudah menjadi kekasih untuk Doi untuk yang ketiga kalinya. Tiga kali? Ya, tiga kali Ogut dan Doi putus nyambung. Sampai Desember 1987 ketika cerita ini dimulai, mereka sudah tiga kali putus nyambung. Jadi sudah tiga kali Ogut memberikan kaset Sakura pada Doi. Dan sudah tiga kali juga Doi memulangkan kaset itu ke Ogut. Setiap mereka jadian, Ogut akan memberikan kaset Sakura yang sama pada Doi, dan demikian pula sebaliknya, Doi akan memulangkannya kembali, saat mereka bubar.



Cerita ini dimulai saat mereka untuk keempat kalinya berpacaran.


Kompleksitas karakter Ogut :


- Mudah cuek, mudah senyum, pantang sedih dan merasa kecewa dengan segala kegagalan yang pernah dia alami. Meski pantang sedih, Ogut mudah berkaca-kaca matanya setiap menonton film yang menurutnya menyentuh, contohnya Doi minta ditemani nonton film Karate Kid 2 di bioskop kelas kambing yang sepi penonton, Ogut terlihat terharu, matanya berkaca-kaca saat adegan adegan ice breaking. Mereka sering nonton di bioskop kelas kambing yang sepi penonton karena tidak ingin kepergok orang lain, dan film yang diputar bagus-bagus.


- Meski sering gagal, Ogut pantang sedih berlama-lama. Dia bukan robot, dia juga manusia yang bisa sedih. Tapi Ogut punya jargon : "Enggak sampe sedetik, kalo ingat Doi sudah nge-fly lagi..." (Fly dalam bahas prokem ; aman dan damai).


- Ogut ke mana-mana naik Vespa tua warisan bapaknya. Tapi Doi tak pernah mau dijemput di rumahnya. Mereka akan bertemu di bawah pohon yang rindang, di pengkolan jalan dekat rumah mereka, supaya keluarga Doi tidak ada yang tahu kalau mereka sudah jadian (lagi).


- Gemar memainkan alat-alat musik, juga membongkarnya, sekaligus mengotak-atiknya, dan memperbaikinya kembali.


- Ngajar les piano ke Citra, lalu jatuh cinta pada Puspa, pada akhirnya jadian sama si Doi.


- Di saat Indonesia sedang dilanda lagu-lagu cengeng, Ogut menjadikan Fariz RM sebagai tokoh musik panutan. Tapi Ogut tak pernah mau persis sama dengan gaya Fariz RM saat membawakan lagu-lagu karya Fariz RM.


- Selain Fariz RM, tokoh-tokoh pemusik yang disukai Ogut, yang juga membentuk warna musiknya adalah : Johan Sebastian Bach (komponis klasik), Bing Slamet, P Ramleee, Tan Tjeng Bok (keroncong), semua album keluaran Motown, Bob Dylan, Frank Sinatra, Depeche Mode, David Bowie, Led Zeppelin, Pink Flyod, Fleetwood Mac, New Order, Boney M, The Police, Level 42, serta Eart Wind and Fire.


- Sedikit ngocol, dan cuek. Tapi, tak akan pernah sanggup menyatakan cinta, atau langsung mengatakan sayang pada Doi. Selain senyumannya yang jadi andalan, album Sakura itulah media bagi Ogut untuk menyatakan rasa cinta dan sayangnya pada Doi. Lagu Sakura menjadi cermin cinta bagi Ogut kepada Doi. Doi paham itu. Tapi Doi tetap butuh ucapan "Ogut centokul Doi" (I love you, Doi) langsung dari mulut Ogut. Kalimat itu sama sekali tidak pernah terucap dari mulut Ogut. Inilah yang membuat mereka pernah tiga kali putus nyambung.


- Semakin sedih dan ditimpa kemalangan, Ogut akan mendengarkan lagu-lagu bertempo riang, up beat, disko, dan lagu berlirik optimis.


- Semakin sedih dan ditimpa kemalangan, Ogut akan menuliskan komposisi lagu yang riang, riang, up beat, disko, dan lagu berlirik optimis.


- Meski sering mengalami kegagalan dan penolakan (cinta dan demo album oleh produser), Ogut tidak pernah bisa menciptakan lagu berirama slow, apalagi lagu cengeng.


- Enam peristiwa besar bisa membuat orang lain marah, kecewa, dan sedih tapi tidak berlaku untuk Ogut :


Pertama : Berkat uang, Bule sang produser berkuasa atas band yang didirikan Ogut. Bule membubarkan Ogut RM diganti menjadi L-J-N Band (Luka Jeruk Nipis).


Kedua : Ketika Ogut keluar dari L-J-N Band, dan memilih kembali ke band asalnya Ogut RM, tapi ternyata Romi dan Martin tetap memilih gabung bersama Bule dalam L-J-N Band.


Ketiga : semua demo musiknya selama di Ogut RM Band, dan, terutama saat Ogut solo karier ditolak produser


Keempat : Dipecat di tempat kerjanya. Karena dua kali bolos kerja karena jarinya cantengan, tapi tertangkap basah bosnya sedang mengantar Doi audisi model iklan, dan film. Dan yang paling fatal adalah, tidak menjalankan perintah bosnya ketika keluarga Prasodjo Susewo memintanya untuk menservis piano seri U1-nya. Tugas itu tidak dilaksanakan oleh Ogut, lalu Ogut memilih bolos kerja. Tapi, pada akhirnya Pak Prasodjo datang ke rumah Ogut dan memintanya untuk menservis pianono mereka. Ogut tidak bisa menolak. Jadi, Ogut tidak taat pada tugas bosnya, dan sekaligus melanggar janjinya pada Doi untuk tidak datang ke rumah Doi, apalagi ikut memainkan piano di saat ulang tahun Citra. Toko musik mengganggap Ogut side job, meski Ogut sama sekali tidak mau menerima uang pemberian papanya Doi.


Kelima : Karena dipecat, dan tak sanggup membayar cicilan Yamaha DX7, pihak toko menyita keyboard itu.


Keenam : Doi mutusin Ogut, karena Ogut melanggar kesepakatan main ke rumah Doi untuk menservis piano milik papanya (apalagi ditambah nyanyi sebuah lagu untuk citra), dan ketika itu Doi menyampaikan bahwa dia akan dikontrak oleh Bule sebagai vokalis L-J-N Band yang akan membawakan lagu-lagu cengeng.



2. Doi : Tokoh utama wanita. Nama asli Selasa Dinihari, yang biasa dipanggil Sela. Hanya Ogut yang memanggilnya dengan sebutan Doi. Umur 21 tahun.


Nama aslinya Selasa Dinihari, yang disapa Sela oleh semua orang, (kelak setelah jadian, di awal tahun 1987, hanya Ogut yang memanggilnya Doi). Lahir di Jakarta pada 1 Juli 1966. Anak kedua dari keluarga Prasodjo Susewo ini punya pribadi yang ramah, mudah bergaul dan hangat. Doi bukanlah pribadi pemurung. Hanya saja dia sentientil, mudah memangis untuk hal-hal kecil yang menyentuh hatinya, seperti hal-hal kecil yang berurusan dengan cintanya, Si Ogut.


Doi besar dalam keluarga pebisnis (yang bergerak dibidang furnitur) yang menyukai seni. Meski pernah belajar piano, kursus vokal, dan balet, Doi lebih menyukai seni peran. Sehari-hari, Selepas kuliahnya di Jurusan Antropologi Universitas Indonesia, Doi menjadi pengisi suara (dubber) sebuah sandiwara radio yang sedang hits saat itu. Doi dan Ogut punya banyak kemiripan dalam hal kegagalan. Ogut berkali-kali ditolak demo albumnya oleh produser, sedangkan Doi sering mengalami kegagalan dalam audisi main film. Bahkan pemilihan model iklan, dan sampul majalah pun Doi sering gagal.


Menjadi dubber adalah cara paling mudah yang bisa diraih Doi, di mana saat itu sandiwara radio memang sedang musim-musimnya. Bedanya, Ogut hanya bertekat menjadi musisi, sedangkan Doi, apa pun yang terkait dengan seni dia masih mau menjajakinya.


Awalnya Doi gagal menjadi penyiar radio, tapi saat melamar pekerjaan itu, Doi ditawari mengisi suara untuk peran kecil sebagai penjual jamu, di sebuah sandiwara radio, serial misteri tengah malam. Kini selain menjadi dubber, Doi terus berusaha mewujudkan cita citanya menjadi bintang film.


Doi sangat mengenal Ogut sebagai pengajar les piano untuk adiknya, sekaligus tetangganya. (Dalam skrip tidak diceritakan mereka bertetangga, untuk menjadi kejutan di akhir cerita). Saat Ogut mengajar piano usia Doi masih 14 tahun. Menjadi teman, sekaligus kakak laki-laki tempatnya bertanya segala hal. Ketika Ogut sudah tidak lagi mengajar les piano untuk adiknya, Citra, Ogut dan Doi seperti kakak adik. Doi akan membantu memberikan info dan bocoran mengenai kakaknya, Puspa, yang ditaksir Ogut saat itu. Juga menjadi mat comblang, tukang mengantari surat cinta dari Ogut ke Puspa. Dan ketika Puspa menyatakan sudah ada yang punya, Doi selalu berusaha menghibur hati Ogut, yang ternyata Ogut merasa baik-baik saja, dan hidup akan terus berjalan.


Doi ( usia jalan 21 tahun) jadian dengan Ogut tepat ketika hari ulang tahun ke-31 pada 7 Februari 1987, dan ketika itu Ogut mulai memanggillnya dengan Doi. Ada DUA syarat dari Doi yang Ogut setujui, saat mereka jadian : PERTAMA, sejak itu Ogut tidak boleh main ke rumah Doi. KEDUA, sejak itu Ogut tidak boleh bicara hal tentang apa pun kepada semua anggota keluarga Prasodjo Susewo kecuali Doi. (Termasuk larangan menelpon ke rumah Doi. Juga dilarang memandangi rumah Doi saat lewat di depan rumahnya.). Diceritakan dalam skrip seakan-akan mereka backstreet, takut ketahuan pacaran oleh kedua orangtua mereka.


Yang sebenarnya terjadi adalah: Doi tak ingin satu orang pun di keluarganya tahu kalau dia dan Ogut sudah jadian. Doi merasa tidak enak pada kakaknya, Puspa, yang pernah menolak Ogut. Apalagi saat ini, adiknya, Citra, sudah beranjak remaja (jalan 17 tahun), yang tanpa sengaja Doi melihat di meja belajar adiknya itu ada sejumlah kaset Fariz RM. Doi merasa malu, cemburu, khawatir, gengsi, dan semua rasa itu bercampur aduk terhadap kakak dan adiknya.


Kompleksitas karakter Doi:


- Senang hal-hal romantis, salah satunya ingin dipangil "Doi" dengan mesra oleh Ogut. Tapi dia enggan jika ada orang lain di dunia ini tahu kalau dia sudah jadian dengan Ogut.


- Doi senang sekali ketika Ogut yang sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri memberikan kaset "Sakura". "Doi, pantengin lagu Sakura, ya. Di sokin da-ay Ogut," (Doi dengerin lagu Sakura, ya. Di sini ada gue), kata Ogut sambil menggenggam tangan Doi dengan hangat. Doi tahu, Ogut sedang menyatakan rasa cintanya lewat lagu itu, dan Doi pun merasakan hal yang sama. Tapi di lain waktu, Doi selalu ingin mendengar kata-kata cinta langsung dari mulut Ogut sendiri.


- Gemar nonton serial tv (saat itu belum ada istilah telenovela). Menjadikan tokoh Leoncio (Little Missy) sebagai simbol untuk menyindir Ogut yang tak mampu mengatakan cinta padanya. Leoncio adalah sosok bertopeng yang memebaskan budak-budak perkebunan, dan setelah itu melempar rangkaian bunga untuk Missy, yang disertai sepucuk ssurat romantis.


- Doi senang sekali punya pacar seperti Ogut. Beda usia 10 tahun, bukan masalah baginya. Justru Doi merasakan figur kakak laki-laki yang sekaligus menjadi kekasihnya. Bisa ngemong, melindungi, dan merasa nyaman. Tapi di sisi lain, kadang Doi merasa takut kalau ada yang mengetahui kalau dia mempunyai pacar yang jarak usianya 10 tahun. Istilah ‘om senang" juga sedang marak di era 80an itu. Doi sering merasa khawatir sendiri jika kelak mereka terbuka, ada yang mengatakan hal tu padanya. Dan si lain waktu, toh Doi merasa bahwa Ogut bukan tipikal om-om senang. Ogut di mata Doi adalah seorang musisi yang punya idealis yang kuat.


- Sayangnya minta ampun pada Ogut, tapi gampang bilang putus. Dan di setiap putus, Doi akan memulangkan kaset "Sakura" yang sebelumnya diberikan Ogut sebagai tanda mereka jadian.


- Kalau Ogut mudah merasa tersentuh hatinya oleh film, maka Doi lebih dari itu. Dalam kejadian nonton film Karate Kid 2 di bioskop kelas kambing yang sepi penonton, mereka berdua seperti sepasang calon pengantin yang baru ditinggal mati penghulu. Yang lelaki matanya berkaca-kaca, pasangannya menangis tersedu-sedu.


- Doi sering berlatih menyanyi sendiri, dan olah vokal dengan beraneka jenis karakter, dengan harapan kelak akan bisa menjadi bintang film.


- Doi sangat mencintai Ogut, tapi di kesempatan terakhir ini Doi memutuskan lagi Ogut (untuk yang keempat kalinya). Dalam skrip diceritakan Bule dan Doi bersekongkol. Doi memutuskan Ogut supaya Ogut bisa sedih, dan menuliskan lagu cengeng. Tapi kondisinya jadi benar-benar sungguhan ketika Ogut melanggar janji datang ke rumahnya, untuk menservis piano milik papanya. Di lain pihak Bule ingin berselingkuh sungguhan pada Doi. Jelas Doi tak akan pernah mau berselingkuh.


- Tampak seperti cuek terhadap Ogut ketika bersama teman-temannya, tapi sekaligus ingin meladeni Ogut lebih spesial, cemburuan.


- Tampak seperti cuek saat perbincangannya bersama orang tuanya, kakak dan adiknya, ke arah tema Ogut. Padahal Doi sering kelimpungan kalau saja ada yang memuji Ogut, atau baru tahu cerita-cerita kecil lainnya tentang Ogut di masa lalu.



3. Bule : Laki-laki. Nama Phillipp Wijaya. Tapi semua orang, memanggilnya dengan sebutan Bule. Umur 23 tahun


Nama aslinya Philipp Wijadja. Papinya Bandung asli, dan maminya asli Jerman. Lahir di Bremen, Jerman pada 16 April 1964. Dari lahir sampai usia 12 tahun, dia bermukim di Bremen dan saat kembali ke Indonesia, karena maminya wafat. Saat bersekolah, teman-teman sekelasnya di SMP memanggilnya Bule. Dia berawakan tinggi, atletis, dan tampang indo yang sangat kentara.


Sejak usia 19 tahun, tepatnya di tahun 1983, Bule diajak berbisnis. Mereka mendirikan perusahaan yang bergerak di dunia hiburan, yang salah satunya adalah mendirikan radio Midas Suara karena kecintaan mereka pada dunia musik dan bisnis. (Di radio itulah Doi menjadi salah satu pengisi suara sandiwara radio). Bule terkenal perfeksionis, pekerja keras, dan sangat mendewakan uang. Tentu, sepak terjangnya sebagai pengusaha muda, ada andil dari papinya. Bule memang punya kuasa atas semua program acara di radio itu.


Bersama teman sekampusnya, Leilani (20 tahun), Doi pernah melamar sebagai penyiar di sana. Leilani lulus, dan Doi tidak lulus tes sebagai penyiar. Tapi tak seberapa lama, Doi dipangil lagi untuk tes vokal, dan lulus untuk menjadi dubber di sebuah program sandiwara radio di sana.


Dari situ, Doi memperkenalkan Bule pada Ogut, yang sedang dalam masa kesusahan setelah tabungan dan hasil kerjanya habis unttuk mencicil Yamaha DX 7 serta membuat demo album groupnya. Bule akhirnya menjadi produser yang menginvestasikan modalnya untuk Ogut RM band.


Bule menyediakan studio musik miliknya, sebuah keytar (keboard gitar yang biasa digunakan Fariz RM) yang dibelinya dari Jepang, serta seperangkat Yamaha Seri DX 7 lengkap. Bule berperan sebagai investor sekaligus produser.


Hanya saja, ‘idealisme" mereka berbeda jauh. Bule melihat group band yang didirikan Ogut tidak akan laku di mana pasaran lagu yang sedang trend adalah lagu-lagu cenggeng. Ogut RM dibubarkan, lalu Bule mendirikan L-J-N (kepanjangan dari Luka Jeruk Nipis, atau bisa juga disebut sebagai LEJEN / legend) dengan formasi yang sama. Ogut masih bertahan dengan tantangan ini. Tapi nyatanya Bule tidak melihat ada perubahan, Ogut masih menulis lagu-lagu yang riang hanya dengan down tempo. Ogut dianggap membuang-buang uangnya, dan akhirnya dipecat. Sedangkan Romi (bas) dan Martin (drum), memlih ikut Bule dan meninggalkan Ogut sendiri.



Kompeksitas karater Bule :


- Selera seninya kebarat-baratan, pribadi yang tangguh, bossy, gila uang, dan sangat melihat pasaran musik yang sedang trend, dalam hal ini ingin memproduseri lagu-lagu cengeng.


- Bos muda yang gila uang, sekaligus senang dipuji.


- Meski bossy dan tak peduli dengan sekitarnya, hanya Bule yang yakin betul bahwa hubungan antara Doi dan Ogut adalah hubungan spesial.


- Bule menjalin hubungan dengan Leilani, tapi masih berniat berselingkuh dengan Doi. Manipulatif ini diharapkan bisa membuat Ogut sedih, sehingga bisa menciptakan lagu cengeng. (Dalam skrip diceritakan Bule dan Doi bersekongkol. Doi memutuskan Ogut supaya Ogut bisa sedih, dan menuliskan lagu cengeng. Tapi Bule ingin berselingkuh sungguhan pada Doi. Jelas Doi tak akan pernah mau berselingkuh.)



4. Romi : Laki-laki, umur 21 tahun


Romulus, yang biasa dipanggil Romi. Umur 21 tahun, lahir di Bogor pada 10 Mei 1966. Pemain bass ini tak lain dan tak bukan adalah teman sekampus Doi dan Leilani. Romi prbadi yang tenang. Motonya, hidup untuk musik. Romi kenal Ogut lantaran saat mencoba PDKT ke Doi. Meski Doi tetap merahasiakan hubungannya dengan Ogut, Doi menjadikan Romi teman, dengan cara memperkenalkan Ogut pada Romi.


Romi dan Ogut cocok dalam bermusik. Mereka sama-sama menyukai Fariz RM, The Police, Earth Wind and Fire dan Level 42. Doi pun berhasil mengalihkan keinginan Romi untuk PDKT padanya.


Di saat nama band yang didirikan Ogut yaitu, Ogut RM dibubarkan, Romi orang pertama yang merasa keberatan. Baginya idealisme dalam bermusik nomor wahid. Tapi setelah band baru terbentuk, L-J-L Band, Romi malah orang pertama yang bicara langsung ke Ogut dengan harapan Ogut mau menciptakan lagu-lagu cengeng.


Pada saat konflik antara Ogut dan Bule terjadi, Ogut dipecat. Romi orang yang dianggap idealis oleh Ogut ternyata memilih Bule.


5. Martin : Laki-laki, umur 20 tahun


Martin berumur 20 tahun. Lahir di Bandung pada 12 Desember 1967. Anak kokay (orang kaya) dari Menteng ini sangat berselera Selatan. Martin personil paling buncit yang masuk dalam group yang didirikan Ogut. Martin tak lain adalah murirdnya belajar piano. Selain piano, martin juga menyukai alat musik gebuk. Ogut juga membrinya bimbingan cara bermain drum yang benar secara cuma-cuma.


Karena di band itu Ogut sudah pasti akan memegang piano, Martin mengalah, dan kebetulan dia meiliki seperangkat drum di rumahnya. Drum itu diboyong ke garasi di rumah Ogut, tempat di mana mereka berlatih band. Martin tergila-gila oleh Depeche Mode, David Bowie, dan Led Zeppelin.


Saat Ogut dipecat dari L-J-N Band, Martin adalah orang yang paling tidak menentukan pilihan. Dua memilih diam dan abstein. Martin jalan mengikuti Ogut dari belakang saat Ogut dipecat. Mereka keluar dari studio milik Bule, dalam skrp diceritakan seolah-olah Martin lebih cederung memilih Ogut ketimbang tetap bersama Bule.


Tapi pada kenyataannya, Martin ikut Ogut karena ingin membawa pulang drum miliknya. Martin lebih memilih Bule.




6. Puspa : Perempuan, umur 24 tahun


Kakak tertua dari Doi adalah Puspa Rini berusia 24 tahun. Lahir di Jakarta pada 23 Maret 1963. Puspa berkepribadian cuek, cenderung sedikit bicara pada orang lain di luar rumahnya, dan selayaknya anak tertua akan lebih senang melindungi adik-adiknya, apalagi semuanya perempuan.


Saat Puspa berusia 17 tahun (di tahun 1980), ketika Ogut tidak lagi mengajar les piano untuk adiknya, Citra, Puspa ternyata baru jadian oleh kakak kelasnya yang kuliah di Ekonomi UI. Bram, tak lain adalah adik kelas Ogut di kampus.


Tujuh tahun kemudian, tepatnya di Desember 1987, ketika cerita ini dimulai, Puspa sudah menikah selama setahun dengan Bram. Puspa yang pada akhirnya meneruskan usaha furnitur milik papanya. Dalam masa pernikahan muda yang belum dikaruniai anak itu, Puspa sering mampir ke rumah papanya, bersenda gurau dan bergosip tentang apa pun dengan kedua adiknya. Dan, tak di sangka-sangka, dalam sebuah obrolan itu, ketiganya berteemu di tema Ogut. Dari situ, Doi tahu ternyata yang selama ini dia hantar ke Puspa bukan semata-mata surat cinta. Tapi Ogut selalu menuliskan puisi-puisi cinta. Puspa pun memberikan sejumlah fakta-fakta yang belum pernah terungkap, bahwa begitu besar rasa cinta Ogut pada Puspa. (Doi selama ini hanya mengira surat cinta, dan Ogut tak pernah mau membahas ini).


Puspa mengatakan, Ogut hanya kalah cepat sedikit dari Bram. Sehari sebelum Ogut mengirim surat cinta dan puisi pertama, Bram sudah menyatakan cinta, dan Puspa menerimanya. Kata Puspa lagi, selama Ogut mengajar Citra les piano sebenarnya Puspa sudah merasa kesetrum oleh Ogut. Hanya saja Ogut seperti tidak berani menanggapinya, dan langsung pulang setiap selesai mengajar. Mendengar itu, Doi semakin tak ingin Ogut main ke rumahnya, apalagi sampai ketemu Puspa.


Sekali-kalinya Puspa berinteraksi dengan Ogut tanpa sengaja. Pertama, wakdu Ogut pulang ke rumah dengan, berbarengan dengan Puspa serta Bram berkunjung ke rumah papanya. Mobil yang dikendarai Bram, hampir menabrak Vespa butut milik Ogut. (Dalam skrip tidak diceritakan mereka bertetangga sebelah rumah, jadi diceritakan seakan-akan Ogut hendak mampir kee rumah Doi, tapi urung karena amprokan dengan Puspa dan suaminya.) Mereka pun ngobrol seadanya. Ogut tampak cuek, namun di dalam hatinya dia berharap Doi tak akan mengetahui peristiwa yang tidak disengaja itu.


Dalam perbincangan singkat itu, Puspa mengatakan sering melihat Ogut lewat naik Vespa di depan rumahnya, hanya saja kepalanya selalu mendongak ke langit. Ogut hanya punya cara yang jitu; senyumnya yang manis akan membuat orang yang bertanya lupa akan pertanyaannya. Tapi Ogut lupa, peristiwa kecil ini menjadi ranjau hubungannya dengan Doi.




7. Citra: Perempuan, umur 16 tahun


Nama aslinya Bayangan Abadi, panggilannya Citra. "Bayangan abadi" adalah penggalan puisi karya Usmar Ismail yang berjudul Citra, yang kemudian dijadikan lagu oleh C Simanjuntak untuk lagu tema Piala Citra. Saat cerita dimulai Desember 1987 anak bungsu dari keluarga Prasodjo Susewo ini berusia 16 tahun (lahir di Jakarta pada 31 Desember 1970).


Layaknya anak bungsu, Citra memang manja. Manja kepada seluruh keluarganya, dan juga Ogut!


Seperti juga Doi, Citra pun menjadikan Ogut sebagai kakak laki-lakinya, gurunya, teman bermusik, dan tempat bertanya hal apa pun karena Ogut enak diajak bicara.


Dua tahun pengalaman belajar piano dari Ogut, membuat Citra punya visi yang sama dengan Ogut. Dan seringkali Citra bertanya pada mama dan papanya, sudah lama tidak pernah bertemu Ogut. Doi yang mendengar pertanyaan adiknya ini dadanya terasa langsung mau copot. Kadang-kadang Citra juga bercerita pada kakak-kakaknya bagaimana cara Ogut mengajarinya bermain piano.


Sehari sebelum hari ulang tahun Citra, Ogut mendapatkan telegram dari Doi yang minta ditemani untuk latihan vokal karena Doi akan dikonrak Bule untuk menyanyikan lagu-lagu cengeng. Ogut tidak bisa mengantar, karena Pak Prasodjo memintanya langsung untuk menservis pianonya. Hanya saja Doi tak ada di rumah pada malam hari jam sembilan malam tepat, saat acara Dunia Dalam Berita dimulai.


Ketika Ogut melancarkan telepon gelap untuk ketiga kalinya, langsung diangat Citra. Ogut belum sempat mematikan, Citra langsung bisa menebak, "Bang Ogut kemana aja? Apakabar? Besok Aku ultah, pasti datang buat betulin piano kita, kan?" Ogut bilang ya. Mau apalagi. Selain Pak Prasodjo yang sudah memintanya langsung ke rumah, sekarang Citra juga memintanya datang besok. Sudah pasti urusan sama Doi jadi runyam.



8. Leilani : Perempuan, umur 21 tahun.


Penyiar, pacar Bule, sekaligus teman sekampus Doi.
Sinopsis
Awal November 1987, ketika lagu-lagu cengeng sedang melanda peta musik dalam negeri, dan ketika itu juga Ogut (31), mengajak temannya Romi (21, bassist), dan Martin (20, drummer) untuk memainkan musik yang celebratory, playful, dan ceria dalam sebuah group band, Ogut RM (Ogut Romi Martin). Mereka latihan di bekas garasi di rumah Ogut. Martin memboyong drum miliknya ke rumah Ogut. Di garasi di rumah Ogut itulah mereka latihan
Selain nge-band, Ogut yang sudah lama tidak lagi bekerja kantoran, dan tidak lagi mengajar les privat piano untuk anak-anak, kini bekerja di toko alat musik sebagai tenaga pemasaran (sekaligus pekerjaan sampingan dari bosnya sendiri untuk menservis alat musik dari pelanggannya). Jika toko sepi, Ogut diperbolehkan memainkan semua alat musik yang dia sukai. Dari pekerjannya ini, Ogut bisa mencicil Yamaha DX 7.
Ogut RM terus berlatih, dan memainkan musik energi ciptaan Ogut. Belasan demo sudah mereka sebar ke belasan produser. Tapi sayang, karya mereka terlalu jauh dari pasaran musik saat itu. Mengetahui demo musiknya Ogut RM Band sering ditolak produser, Doi (21) memperkenalkan Ogut ke Bule (23), seorang produser muda yang juga bos di tempat Doi bekerja sampingan sebagai dubber sandiwara radio. Melihat potensi dan bakat Ogut Bule memberikan modal berupa alat-alat musik digital, lengkap dengan biaya operasional, supaya Ogut dan kawan-kawan bisa memproduksi musik yang laris di pasaran.
Hantaman besar pertama bagi Ogut ketika Bule dengan kuasanya mengganti nama Ogut RM Band menjadi L-J-N Band yang lain kependekan dari Luka Jeruk Nipis. Tapi Ogut tetaplah Ogut. Dia tetap menulis lagu baru yang masih sejiwa saat seperti dia main di Ogut RM Band. Bule tak suka. Berulangkali Bule meminta Ogut untuk membuat lagu sedih bertema putus cinta, atau tentang frustasi karena diselingkuhi.
Hanya Bule yang bisa melihat hubungan Ogut dan Doi bukanlah hubungan biasa. Bule menemui Doi secara pribadi dan mengajaknya untuk selingkuh lalu mutusin Ogut, supaya Ogut bisa sedih sehingga bisa menulis lagu cengeng. Doi menolak cara itu, dan dia punya cara sendiri. Satu lagu baru lagi yang Ogut tulis, tapi masih belum sesuai arahan sang produser. Meski putus cinta, tetap berjiwa optimis.
*
5 Desember 1987, tepat ketika lagu terbaru Fariz RM, Barcelona mulai sering terdengar di radio-radio, Ogut dan Doi baru jadian lagi untuk yang keempat kalinya.
Meski hubungan mereka sering putus-nyambung, sebenarnya mereka bukanlah sepasangan kekasih yang sering bertengkar karena ada orang ketiga, cemburu, atau sering salah paham. Bukan karena beda usia mereka yang cukup jauh. Bukan, bukan karena itu semua.
Setiap mereka jadian selalu ditandai Ogut akan meminjamkan kaset "Sakura" (Fariz RM) sambil menggenggam tangan Doi dan berkata, "Doi, pantengin lagu Sakura, ya. Di sokin da-ay Ogut," Tak pernah sekali pun Ogut menyatakan sayang pada Doi secara terang-terangan, apalagi mengatakan "Ogut centokul Doi" (Gue cinta sama lo). Dan setiap kali Doi mutusin Ogut, Doi akan memulangkan kaset itu pada Ogut. Dan seterusnya.
Dalam kesempatan terakhir ini, Ogut dan Doi sama-sama berjanji akan membina hubungan lebih baik lagi. Syarat dari Doi masih tetap sama : PERTAMA, tidak ada yang boleh tahu kalau mereka jadian, termasuk teman sekampus Doi, teman bandnya Ogut, teman-teman radionya Doi, apalagi seluruh anggota keluarga Doi. KEDUA, Ogut tidak boleh lagi main ke rumah Doi, tidak boleh main ke kampusnya Doi, menelpon ke rumahnya, apalagi bicara apa pun dengan seluruh anggota keluarganya Doi. Seperti juga kaum preman yang menggunakan bahasa prokem untuk merahasiakan isi perbincangan mereka, Ogut dan Doi pun punya kode-kode sendiri untuk berkomunikasi.
*
Awal tahun 1980, ketika Ogut (saat itu 24 tahun) mengajar les privat piano untuk adiknya Doi yang bernama Citra (saat itu 9 tahun, saat ini jalan 17 tahun), Ogut naksir kakaknya, Puspa (saat itu 17 tahun, saat ini 24 tahun). Doi yang saat itu berusia 14 tahun, menjadi mat comblang, tukang nganter surat cinta dari Ogut ke Puspa. Tapi Ogut kalah cepat. Puspa sudah terlanjur memilih Bram, teman sekampus Ogut.
Meski sekarang Puspa sudah jadi pengantin baru, tetap saja Doi merasa belum siap jika Puspa mengetahui hubungan spesialnya dengan Ogut. Apalagi sekarang Citra sudah beranjak remaja. Sejak Doi pertama kali jadian dengan Ogut, Citra selalu mengatakan pada Doi bahwa Ogut adalah sosok kakak laki-laki yang tidak dia miliki. (Sama! Doi, kan juga begitu ke Ogut!). Dalam skrip tidak ditulis kalau rumah Ogut dan Doi bertetangga sebelah rumah, dan menjadi twist kecil di akhir cerita.
Otomatis Ogut pun tak akan mungkin menjemput Doi kalau mau pergi bersama. Dengan Vespa tuanya, Ogut setia menunggu Doi di bawah pohon yang rindang.
*
Pukulan kedua untuk Ogut adalah: Bule memecat Ogut karena dianggap tidak produktif. Romi yang semula membenci kelakuan Bule, akhirnya berpihak pada Bule. Sedangkan Martin memberi sikap abstein. Ketika Ogut keluar Kotak Midas Studio milik Bule, Martin ikut Ogut. Tapi di tengah jalan, Martin bilang mau ikut ke rumah Ogut untuk mengambil seperangkat drum miliknya yang berada di garasi rumah Ogut.
Ogut adalah pribadi yang optimis. Ketika kemudian puluhan demo solo karirnya yang dia sebar ke produser berakhir di tong sampah pun tidak akan membuatnya sedih atau marah. "Bikin lagi, ajojing lagi", kata Ogut.
Sehari setelah hari ulang tahun Citra, pada 6 Maret 1988 adalah hari paling bergejolak buat Ogut. Ogut dipecat dari tempatnya bekerja, dan Doi mutusin Ogut lagi untuk yang keempat kalinya. Ketika tepat, saat itu Doi mengabarkan ke Ogut bahwa dia mendapatkan kontrak dari Bule menjadi vokalis dari L-J-N Band. Entah ini pukulan keberapa untuk Ogut.
*
3 September 1988, enam bulan setelah Ogut diputusin Doi keempat kalinya, Ogut main di sebuah Bedeng, cafe yang kecil dan sepi pengunjung. Di sana dia bermain tunggal. Dia memainkan keytar (keyboard gitar), drum elektrik, dan menyanyikan lagu-lagu yang bikin happy.
Sakura Barcelona menggambarkan kisah sepasang kekasih yang berjuang untuk mewujudkan impiannya di dunia hiburan (1987-1988) dengan cerita happy ending. Ada sekitar delapan lagu karya Fariz (baik sebagai komposer, dan penyanyi) yang akan menghiasi cerita ini, dan sekaligus menjadi pondasi dalam bercerita.
Ternyata ada Doi nyempil di antara sedikit pengunjung. Oh, ternyata saat enam bulan lalu mereka putus, Doi belum memulangkan kaset milik Ogut. Setelah Ogut selesai mementaskan lagu Barcelona, Doi menghampiri Ogut di belakang panggung, dan memulangkan kaset Sakura.Ogut masih tampak sama seperti bisanya; banyak senyum, sedikit ngomong kalau deket-deket Doi, dan senang memandangi Doi dengan hangat.
Doi mengatakan bahwa kontraknya dengan Bule telah digagalkan, karena pemerintah sudah melarang keras lagu-lagu cengeng. Lalu Doi menyodorkan kaset "Sakura" milik Ogut, dan mengatakan bahwa kaset itu sempat kusut, dan putus karena selalu diputar setiap malam. Bagian yang putus sudah Doi sambung lagi dengan selotip. (SIMBOL). Mendengar itu, Ogut tersenyum hangat, menerima kaset itu, dan segera memasukannya ke dalam ranselnya, lalu mengambil sesuatu yang dia sembunyikan di balik pinggangnya.
"Lo kapan sih sedihnya, Gut?" tanya Doi.
"Enggak sampe sedetik asal ingat Doi, udah ngefly lagi," sahut Ogut.
Lalu Ogut menggenggam tangan Doi, dan memberikan album Livin in Western World , album terbaru Fariz RM (1988). "Mulai sekarat Doi pantenginnya lagu Barcelona, yoi. Disokin da-ay Ogut,". Salah satu makna dari lagu Sakura dan Barcelona adalah tentang pernyataan cinta yang optimis, gamblang, dengan diselingi bait-bait yang putis. Ogut mengandalkan medium kedua lagu itu sebagai bentuk pernyataan cintanya pada Doi.
Malam minggu itu, Ogut pulang bareng Doi. Mereka berboncengan dengan Vespa tua, dan berhenti tepat di depan rumah Doi.
"Nganter cewek cuma berani sampe depan rumah, Gut!" Kata Doi.
Ogut menggenggam tangan Doi, lalu ikut masuk ke rumah Doi.
"La-am juga Ogut enggak nenangga, yoi?" kata Ogut. Lalu Doi mencubit pinggang Ogut. (Gambar bergerak dari rumah Doi ke sebelah rumahnya).

*
CATATAN:
1. Penulis sudah mendapatkan izin dari Fariz RM
2. Ajojing : joget, disko
3. Ngefly, fly : rasa aman dan damai
4. Sekarat : sekarang
5. Da-ay : ada
6. Sekarat : sekarang
7. Disokin : di sini
8. La-am : lama
Rekomendasi