Skrip Film
Genre → Drama
Rumah Kardus
Mulai membaca
Telah selesai
Premium
Blurb
Damar kembali diperhadapkan dalam dua posisi sulit. Ia tidak mungkin meninggalkan cita-citanya yang nyaris sedikit lagi ia gapai, semua itu demi janjinya kepada teman masa kecilnya Nirmala, menjadi seorang arsitek adalah motivasi ia hidup selama ini yang mampu membuat ia melupakan banyak pertanyaan tentang dirinya. Di sisi lain Nenek jatuh sakit yang tidak kunjung membaik, bahkan dokter memvonis hayatnya sudah tidak lama lagi.

Cara satu-satunya untuk mempersingkat penderitaan Nenek adalah dengan eutanasia, bisik Paman. Lagi pula, pikir Damar semua itu dilakukan demi kebaikan Nenek bukan semata-mata untuk mempermudah hidupnya. Namun Mara teman karibnya menentang keras keputusan Damar itu. Bagi Mara, eutanasia tidak lebih dari pembunuhan. Perselisihan di antara Damar dan Mara pun tidak terbantahkan lagi hingga persahabatan mereka harus pudar dan mereka mengambil jalan masing-masing.

Gusti, teman sekampus Damar yang salut dengan prestasinya, dikejutkan oleh fakta bahwa ternyata Mara yang ingin ia kenalkan kepada Damar ternyata sudah saling mengenal, bahkan ada hubungan spesial di antara mereka. Bukti itu sangat kuat. Setidaknya handphone yang nyaris hampir sama, dan puisi Mara tentang Damar menegaskan semua itu. Hanya saja Gusti masih bertanya-tanya, hubungan apa diantara mereka itu? Apakah mereka sepasang kekasih, adik kakak atau sahabat lama yang sudah tidak akur lagi?

Apa alasan di balik keputusan Damar? Bagaimana hubungan Damar dan Mara selanjutnya? Bagaimana Damar menjelaskan kepada Gusti bahwa Mara dan dirinya bukan sekadar teman?
Premis
Damar (21), seorang yatim piatu yang telah kehilangan sahabat gadisnya dalam suatu peristiwa tragis bertahun-tahun silam, harus mewujudkan mimpi almarhumah sahabatnya itu menjadi seorang arsitek yang berhasil sementara dibayang-bayangi oleh hasrat yang kuat untuk melakukan eutanasia pada neneknya sendiri yang telah sekarat di rumah sakit.
Pengenalan Tokoh
Damar (22 tahun) terbangun di sebuah tempat semacam kamar operasi. Di ruangan tersebut Damar melihat seorang gadis. Mereka menggunakan semacam pakaian pasien. Damar berusaha mengingat sosok gadis tersebut dan ia bertamasya menuju masa lalunya. 10 tahun lalu, Damar (12 tahun) tinggal di sebuah desa dan dibesarkan oleh neneknya. Ia adalah seorang anak yatim piatu yang tidak tahu ayah dan ibunya. Kehidupan Damar dan Nenek kerapkali diganggu oleh kehadiran Paman yang selalu hadir sebagai tamu tak diundang. Hal itu membuat Nenek sedih dan Damar merasa jengkel. Akan tetapi kehadiran Nirmala sebagai teman yang tidak disangka-sangka membuat hidup Damar lebih baik untuk dijalani.

Berawal dari sebuah pertemuan yang tidak disangka-sangka, Damar dan Nirmala menjadi sepasang sahabat yang saling mengisi. Suatu kali mereka merencanakan untuk membuat rumah-rumahan tempat mereka bermain. Mereka menamai bangunan sederhana itu "Rumah Kardus". Dengan membangun Rumah Kardus berharap dapat menciptakan suasana ideal versi mereka sendiri.

Seiring proses pembangunan Rumah Kardus, mereka belajar untuk saling berbagi hidup. Damar adalah sosok introvert yang selalu menjadi bahan bully anak-anak di kampungnya. Nirmala selalu datang menolong Damar dari para pembully itu. Akan tetapi, perlawanan Nirmala terhadap pembully Damar memicu para pembully itu untuk melalukan kejahilan yang berujung pada kematian Nirmala. Suatu kali, ketika Damar menunggu Nirmala di Rumah Kardus yang sudah mereka buat, Nirmala tidak kunjung datang. Merasa khawatir, Damar pun mencari Nirmala. Nirmala tidak ada dimana-mana hingga ia menemukan sebuah kerumunan orang. Tepat di tengah kerumunan itu Damar menemukan Nirmala terbaring tak bernyawa.

Shock berat oleh kematian teman satu-satunya, tiba-tiba Damar dipertemukan dengan seorang anak perempuan bernama Mara. Sikap Mara yang perhatian mendengarkan semua cerita Damar membuat Damar belajar untuk bangkit dari trauma yang dihadapinya. Bahkan, Damar berniat untuk melanjutkan cita-cita Nirmala, menjadi arsitek. Akan tetapi, Damar dikejutkan kembali oleh luka lama di antara Nenek dan Paman yang kembali menguak kisah sedih kematian almarhumah ibunya.

Sikap Nenek di masa lalu yang terlalu mengekang Silvy, almarhumah ibu Damar membuat Paman kesal. Silvy yang punya cita-cita menjadi penari tidak pernah mendapat apresiasi dan restu dari ibunya. Tak tahan dengan tekanan yang ia hadapi, Silvy memutuskan untuk minggat. Sayang sekali semua berujung tragis, di pelariannya Silvi malah diperkosa oleh seorang pria asing yang baru saja dikenalnya. Kelahiran Damar yang susah payah pun dengan sangat memilukan harus merenggut nyawa Silvy. Semua kenangan pahit itu membuat Paman selalu merasa kecewa kepada Nenek. Mengetahui fakta tersebut gambaran Nenek pun mulai berubah di pikiran Damar. Akan tetapi, Mara selalu hadir untuk menghibur keresahan Damar hingga mereka tumbuh dewasa.

Di Perkuliahan Damar, (21 tahun) meraih IPK 3,96 dan jaminan kerja yang sangat menjanjikan. Langkahnya menuju cita-citanya hampir terwujud. Di sisi lain, Nenek di kampung yang sudah lama tidak dikunjungi jatuh sakit. Mara berusaha menasihati Damar namun Damar selalu menolak untuk pulang dengan berbagai alasan. Damar akhirnya luluh oleh bujukan Mara dan ia pun pulang mengujungi Nenek. Alih-alih saling mencurahkan rasa rindu, Nenek dan Damar saling menumpahkan rasa kecewa mereka. Hal itu pun membuat Nenek semakin parah yang membuat Damar harus segera membawanya ke rumah sakit. Kondisi Nenek yang terus memburuk dan gejolak emosi di antara Nenek, Damar dan Paman, membuat Damar dan Paman bersepakat untuk segera mengakhiri penderitaan Nenek. Mereka berencana melakukan euthanasia: mercy killing terhadap Nenek dengan cara menyuntikan sebuah cairan yang Paman dapatkan dari pasar gelap. Mengetahui ide gila Damar, Mara merasa kecewa dan memutuskan untuk meninggalkan Damar dan memutuskan persahabatan yang telah mereka jaga dari kecil. Damar pun mengeksekusi rencananya tersebut bersama Paman dan pada suatu malam mereka menyelinap ke kamar di mana Nenek dirawat dan menyuntikan cairan eutanasia ke dalam tubuhnya sehingga Nenek meninggal. Alhasil, Damar harus kehilangan Mara.

Di sisi lain Gusti teman satu kampus Damar tengah mengalami tekanan dari dosennya karena selalu dibanding-bandingkan dengan Damar. Gusti selama ini kagum dengan kejeniusan Damar. Ia berusaha menjalin pertemanan dengan Damar, namun kondisi itu tidak pernah terjadi karena Damar terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Melalui pertemuan yang tidak disengaja Gusti dihiburkan oleh pertemanannya dengan Mara. Waktu yang Gusti lewati bersama Mara mampu membuatnya kembali ceria seperti sedia kala. Gusti dan Mara menjadi sahabat dan mereka menjadi semakin dekat.

Damar yang selalu fokus pada pekerjaannya mendapatkan informasi dari atasannya bahwa proyek mereka selanjutnya akan gagal karena pamannya, Suhendi. Suhendi adalah otak di balik demo penolakan pembangungan proyek yang hendak dikerjakan oleh perusahaan di mana Damar bekerja. Situasi menjadi tegang antara Damar dan Paman karena adanya perbedaan kepentingan tersebut. Perdebatan mereka pun tak kunjung ada penyelesaiannya. Damar merasa karirnya ke depan akan terganggu oleh aksi Paman. Damar pun yang sudah lama tidak mendengar nasihat Mara melakukan pembunuhan berencana terhadap pamannya sendiri.

Sebuah laporan berita di suatu stasiun TV mengungkap aksi penyergapan pasar gelap oleh Badan Investigasi Tindak Kriminal Republik Indonesia yang dibantu pihak kepolisian. Nama Suhendi muncul sebagai salah satu pelanggan yang pernah melakukan transaksi dengan seorang bandar pasar gelap yang menyeludupkan eutanasia dari luar negeri, sehingga Suhendi dianggap sebagai satu-satunya pelaku pembunuhan atas Nenek menggunakan eutanasia tersebut. Menonton berita ini, Damar tampak lega, dan kematian Paman membuka jalan bagi firma arsitektur Damar untuk memulai dan kemudian menyelesaikan proyek pembangunan yang dikepalai oleh Damar. Akan tetapi, pencapaian ini tidak membuat Damar bahagia. Ia justru merasa semakin hari semakin kesepian, karena meskipun rekan-rekan kerjanya dapat menghormati Damar untuk keahliannya, ia tetap saja tidak dapat menemukan satupun teman yang sejati di antara mereka. Pada saat wisuda pun, Damar memperoleh nilai tertinggi di antara semua mahasiswa di jurusannya, tetapi tak seorangpun hadir untuk memberinya ucapan selamat, sebab semua orang yang ia miliki sebelumnya telah ia singkirkan, baik ia menyadarinya maupun tidak.

Fikri, seorang detektif jenius dari Badan Investigasi Tindak Kriminal RI masih merasa ada yang janggal dari kematian Suhendi dalam kaitannya dengan kasus pasar gelap dan pembunuhan Nenek dengan eutanasia: penyebab dan waktu kematiannya memberikan kesan bahwa seorang komplotan Suhendi yang tidak ingin ikut dilaporkan dengan sengaja mengkhianati dan menyingkirkannya demi menghapus jejaknya. Fikri pun melakukan penyelidikan ulang terhadap kasus ini secara mandiri, dan menemukan barang bukti berupa rekaman suara dari Damar untuk Paman yang mengonfirmasi keterlibatannya dalam tindak kriminal ini.

Suatu siang, Gusti yang sudah semakin dekat dengan Mara merencanakan memberikan kejutan untuk merayakan ulang tahunnya. Akan tetapi Mara tidak ada di sana. Alih-alih bertemu Mara, Gusti malah menemukan HP Mara yang nyaris sama persis dengan HP Damar yang pernah ia gunakan untuk foto saat mereka wisuda. Penasaran dengan semua itu Gusti memberanikan diri untuk membuka HP tersebut. Ternyata HP tersebut memiliki dua akun pribadi. Satu milik Damar dan satunya lagi milik Mara. Gusti pun mempertanyakan hubungan di antara mereka berdua.

Di proyek pembangunan, Damar tampak dikagetkan oleh mandor-mandor yang tiba-tiba menyapanya. Ternyata mereka adalah orang-orang yang dulu suka membully waktu masih kecil. Mereka datang untuk meminta maaf dan menyampaikan kekagumannya terhadap Damar kecil yang waktu dulu mampu melawan di saat terdesak walau sendirian. Mendengar fakta itu Damar bingung dan tiba-tiba kepalanya pusing: pikirnya, justru Mara yang dahulu membelanya pada saat ia dibully, tetapi para mandor itu bersikeras bahwa Damar sendiri yang melakukan perlawanan terhadap mereka. Damar pun tersadar bahwa semua momen yang ia habiskan bersama Mara hanya terjadi di pikirannya.

Gusti yang ingin mendapat jawaban tentang hubungan Damar dan Mara bergegas menuju situs konstruksi Damar, hanya untuk mendapati Damar ditahan oleh Fikri dan tim investigasi dari kepolisian. Di kantor investigasi Damar yang tak kunjung merasakan kepenuhan bahkan setelah meraih semua keinginannya dengan menyingkirkan orang-orang yang ia miliki, mengakui semua hal yang dituduhkan Fikri terhadapnya. Pengakuan Damar tersebut menyebabkannya harus menerima hukuman mati. Damar pasrah dengan putusan tersebut tetapi ia menegaskan bahwa Mara tidak terlibat kasus tersebut. Fikri merasa bahwa kesaksian Damar tidak masuk akal dan mengada-ada. Akan tetapi Profesor Walter Suryadi, seorang ahli psikologi dan pakar kriminologi yang juga ikut menyelidiki kasus Damar menemukan sebuah fakta bahwa trauma masa kecil Damar menyebabkan Damar menciptakan entitas yang bernama Mara, alter ego Damar. Profesor Walter Suryadi yang sudah lama berusaha mengungkap teori dan keyakinannya merasa perlu untuk melakukan tindak lanjut terhadap Damar. Kedatangan Gusti ke kantor investasi yang disambut baik oleh Profesor Walter Suryadi semakin memperkuat teorinya tersebut. Gusti yang masih bingung mencerna semua informasi dari Profesor Walter pun merasa sangat kaget dengan sosok Damar yang selama ini kagumi. Terlepas dari semua fakta yang begitu mengejutkan, proses hukum harus terus berlanjut.

Sebelum eksekusi mati Damar, Profesor Walter ditemani Gusti mengajukan sebuah penawaran untuk memisahkan kesadaran Mara dari Damar untuk membuktikan teori sang Profesor yang belum diakui selama ini. Damar menerima tawaran tersebut. Sebelum proses pemisahan kesadaran tersebut Gusti datang menghampiri Damar menyatakan segala keheranannya tentang mengapa Damar yang begitu ia kagumi selama ini mampu melakukan perbuatan yang melampaui akal sehat. Gusti dan Damar menghabiskan waktu bersama untuk terakhir kalinya.

Damar membaringkan dirinya di tempat yang sudah disediakan. Proses pemisahan kesadaran pun nampaknya berhasil. Terlihat sosok Damar mulai terbangung di sisi kiri dan sosok Mara dengan tubuh andoid sangat mirip manusia mulai terbangun. Damar menyadari waktunya tidak lama lagi, ia hanya punya kesempatan sebentar saja untuk mengucapkan kata-kata terakhir pada Mara yang kini telah terpisah dari dirinya. Kata-kata itu berisi permohonan maaf dan harapan agar Mara hidup sebagaimana yang ia harapkan tanpa harus dibayang-bayangi masa lalu Damar.

Dikawal beberapa petugas, Damar meninggalkan ruangannya menuju ruangan eksekusi. Damar berada dalam barisan. Berbeda dengan terpidana lain yang ketakutan menghadapi kematian, Damar tetap tenang. Ia percaya akan segera berjumpa Nirmala. Setelah ditembak mati, Damar mendapati dirinya kembali di Rumah Kardus dan ia melihat Nirmala berdiri di sana menanti kedatangannya.
Sinopsis
Disukai
47
Dibaca
4k
Tentang Penulis
Patrick Steven
Patrick Steven lahir di Bandung pada tanggal 10 April 2001. Dari taman kanak-kanak hingga SMA, ia bersekolah di Sekolah Kristen Kalam Kudus Bandung. Ketertarikannya dalam bidang storytelling berakar dari kesukaannya menonton film dan membaca novel dengan genre yang beraneka ragam. Selama SMA hingga kini kuliah, ia telah memproduksi lima judul film pendek, tiga di antaranya dilombakan, dan salah satunya memenangkan lomba film pendek VOGASM 2018 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Publik Universitas Katolik Parahyangan. Di bidang literatur, Patrick pernah menulis sebuah novel romansa dalam Bahasa Inggris berjudul Love Never Goes Unpunished yang diadaptasi dari kisah nyata yang dialaminya sendiri, tetapi karya tersebut tidak dipublikasikan. Setelah lulus SMA pada pertengahan tahun 2019, Patrick melanjutkan studinya di program studi Manajemen Universitas Katolik Parahyangan hingga sekarang.
Bergabung sejak 2020-09-28
Telah diikuti oleh 54 pengguna
Sudah memublikasikan 0 karya
Menulis lebih dari kata
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi