Rumah Kardus
Daftar Bagian
1. Damar & Nirmala
"Ayo kita bikin janji buat bangun rumah impian kita. Dimulai dari rumah kardus ini," ajak
2. Nenek & Paman
"Aku harap Pamanku mati aja, biar ngga ada lagi yang bisa gangguin Nenek," kata Damar yang
3. Tragis...
"Mala... Kamu di mana sih?" bisik Damar pada dirinya sendiri.
4. Damar & Mara
"Kok kamu nangis? Kamu cowo bukan?" tanya Mara kepada Damar yang sedang menangis karena me
5. Mempertanyakan Pribadi Nenek & Paman
"Mungkin Nenekmu itu ga sebaik yang kamu bayangin. Dan Pamanmu juga mungkin ga seburuk yang kam
6. Mengungkap Kebenaran tentang Ibunda Damar
"Kamu tau dulu Ibumu cita-citanya jadi apa? Jadi pe-na-ri... Dan dia emang punya bakat juga di
7. 9 Tahun Kemudian...
Aku bangga banget sama kamu, Mar, karena kamu udah nepatin janji kamu sejauh ini: kamu lagi ngejalan
8. Kembali ke Kampung Halaman...
"Oh, Damar cucuku... Nenek kira kamu udah lupa sama Nenek... Kamu ke mana aja? Kenapa ga perna
9. Pergulatan Batin Damar
"Aku udah ga bisa lagi ngedikte kamu, Mar. Tapi kalo kamu sampe lakuin ini... Kamu bakal kehila
10. Kegelapan Hati Damar
"Inget Mar... Kita lakuin ini buat kebaikan Nenek sendiri, bukan buat kita. Jangan sampe ada pe
11. Hilangkah Kekosongan Itu?
"Ini kan Mal, yang kamu pengen aku lakuin?" tanya Damar pada Nirmala kecil dengan mata ber
12. Fakta Mengejutkan
Damar tampak terkejut, tetapi pada waktu yang sama ia seperti mendapatkan kesadaran. Ia menutupi mul
13. Damar Menetapkan Pilihannya...
"Kalau Bapak ngehukum saya, Bapak ngehukum Mara juga, dan dia ga bersalah sedikitpun," uja
12. Fakta Mengejutkan

FADE IN

INT. MARKAS BITKRI - PAGI HARI

Fikri sedang duduk di balik meja kerjanya di markas Badan Investigasi Tindak Kriminal RI. Ia sedang melihat-lihat dan meneliti foto-foto hasil penyergapan pasar gelap beberapa waktu yang lalu: hal-hal apa saja yang ditemui dan terdapat juga beberapa foto bandar yang telah tertangkap. Beralih ke foto selanjutnya, ia melihat tubuh Paman yang tewas tertimpa toren air di rumahnya sendiri. Toren itu sangat besar hingga tubuhnya paman tidak terlihat lagi, hanya kedua tangannya saja yang terbentang ke luar yang sedikit terlihat. Memandang foto itu, Fikri merasa seperti ada yang mengganjal.

Vidi yang sedang duduk di atas meja kerjanya sendiri di belakang Fikri mendapati Fikri belum bisa move on dari kasus tersebut, hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala memperhatikannya.

VIDI

Move on dong Bos. Udah tutup kasusnya...

FIKRI

(menoleh ke arah Vidi)

Cuma gua ngerasa asa ada yang ngeganjel aja Vid. Maksud gua, aneh ga sih menurut lu: kita udah tau si Pak Suhendi itu adalah langganan di pasar gelap yang udah kita grebek itu. Lalu pada saat yang sama, dia juga jadi tersangka pelaku pembunuhan Ibunya sendiri pakai eutanasia yang didapet dari pasar gelap. Tapi udah gitu waktu kita mau nangkep, taunya dia udah mati sendiri.

Vidi menggelindingkan kedua bola matanya ke atas.

FIKRI

Kaya seolah-olah ada orang lain yang juga terlibat dan karena dia ga mau Suhendi ini ngelaporin, makanya dia ngebunuh si Suhendi. Gimana menurut lu?

VIDI

(tertawa kecil)

Tanpa mengurangi rasa hormat bos, yang bos barusan bilang itu terdengar seperti teori konspirasi. Tim penyelidikan juga kan udah bilang itu hanya freak accident aja, sepenuhnya kebetulan. Dan terlebih lagi kasusnya udah ditutup. Jadi buat apa masih harus kita gali-gali lagi?

Fikri diam saja. Dibilangi seperti itu oleh Vidi, Fikri masih belum merasa terpuaskan.

Hingga Fikri terpikir akan sesuatu. Ia berdiri dan berjalan keluar dari ruangan kantor tersebut.

CUT TO:

EXT. SITUS KONSTRUKSI - SIANG HARI

Pembangunan terhadap sebuah bangunan mall sedang berlangsung. Pada saat ini hanya baru kerang-kerangka dasarnya saja yang berdiri. Situs konstruksi ini dipenuhi oleh cranes, truk semen, dan pekerja-pekerja yang bertopi kuning dan berompi oranye.

Damar sedang ada di lokasi, mengawasi jalannya pembangunan ini. Damar tidak terlibat langsung, ia hanya berada di pinggir, membandingkan kerangka yang telah dibangun dengan blueprint bangunan yang ia genggam dalam tangannya.

CUT TO:

INT. KOS MARA - KONTINU

Gusti memasuki lobby kos Mara, memegang buket bunga mawar yang cukup besar dengan tangannya yang satu dan sebuah kue ulang tahun di tangannya yang lain. Satpam yang duduk di balik meja resepsionis langsung mengenali Gusti dan tersenyum ke arahnya.

SATPAM

Siang Pak Gusti... Mau kasih kejutan buat Neng Mara?

GUSTI

(tertawa kecil)

Iya nih Pak, ini hari ultahnya. Ehm, Maranya ada di dalem kan ya?

SATPAM

Ehm, saya juga kurang apal nih Pak. Barusan baru aja mulai shift saya. Kalau mau langsung liat ke dalam aja atuh Pak. Ini saya kasih pinjem dulu kunci cadangannya.

GUSTI

Boleh Pak. Biar lebih surprise juga.

Gusti tertawa kecil. Satpam pun mengambil kunci cadangan kamar Mara dari dalam lacinya dan memberikannya kepada Gusti, yang menerimanya dengan cara mengapit buket bunganya terlebih dahulu di antara lengan dan dadanya, lalu mengambil kunci itu dari tangan Satpam.

GUSTI

Nuhun Pak.

Satpam mengangguk dan Gusti pun berjalan menuju kamarnya Mara.

CUT TO:

INT. GUDANG PENYIMPANAN BARANG BUKTI BITKRI - KONTINU

Fikri memasuki sebuah ruang penyimpanan barang-barang bukti hasil penyelidikan BITKRI yang berisi banyak rak-rak dengan barang-barang bukti yang berantakan disimpan dalam dus-dus.

Fikri menghampiri petugas meja depan yang sedang menulis-nulis.

PETUGAS MEJA DEPAN

Ada yang bisa saya bantu Bang Fikri?

FIKRI

(membersihkan tenggorokan)

Ya, ehm, saya mau tanya... Apakah masih menyimpan barang bukti dari rumah maupun mayatnya Pak Suhendi? Pembeli dari pasar gelap yang tewas tertimpa toren di rumahnya itu...

PETUGAS MEJA DEPAN

Astaga Bro Fikri... Kasus itu kan udah ditutup dari kapan!

FIKRI

Ya gua tau... Gua cuma butuh ngilangin rasa penasaran gua aja. Jadi masih ada barang bukti yang tersisa ga?

PETUGAS MEJA DEPAN

(mencoba sabar; menarik dan mengembuskan napas)

Ada sedikit yang masih kesimpen... Sisanya mungkin udah dibakar atau dikilo. Tunggu di sini bentar. Gue cari dulu dusnya.

Petugas meja depan itu pun berdiri dan berjalan menghampiri rak yang dicari.

FIKRI

Thank you.

Fikri pun duduk di kursi di seberang kursinya petugas itu.

CUT TO:

EXT. SITUS KONTRUKSI (SEBELAH KERANGKA BANGUNAN) - KONTINU

Seorang pekerja situs konstruksi yang berbadan cukup gemuk mengangkut banyak batu bata dalam sebuah gerobak menuju kerangka bangunan yang sudah tersusun. Di sana ia berkumpul dengan dua orang temannya yang juga berbadan gemuk. Ia mendapati teman-temannya ini sedang melihati Damar yang berdiri tidak jauh dari posisi mereka, sedang sibuk membaca blueprint.

PEKERJA KONSTRUKSI #1

Eh cuy. Itu si--si Damar bukan ya?

PEKERJA KONSTRUKSI #2

(tampak bingung)

Damar yang mana?

PEKERJA KONSTRUKSI #1

Itu... Yang waktu kecilnya suka kita bully gara-gara suka bikin rumah kardus sama temen cewenya itu--siapalah namanya...

PEKERJA KONSTRUKSI #3

(tersadarkan)

Astaga... Yang temen cewenya kita jahilin terus gak sengaja jatuh lalu mati itu ya?!

Ketiganya langsung tampak panik berat. Mereka semua menjadi deg-degan.

PEKERJA KONSTRUKSI #2

Lah sekarang dia ngapain di sini??

PEKERJA KONSTRUKSI #1

(menakol temannya)

Keliatannya begimana, tolol? Dia yang ngerancang bangunan ini!

PEKERJA KONSTRUKSI #3

Astagfirullahaladzim! Tamatlah riwayat kita... Kalo kita ketauan sama dia, udah pasti kita bakalan dipecat! Terus udah gitu mau makan apa gua...

PEKERJA KONSTRUKSI #2

Kalo gitu mendingan sekarang langsung aja deh dateng ke dia, mohon ampun sekalian sebelum ketauan... Moga-moga aja dengan begitu dia bakalan maafin kita.

Kedua temannya pun merasa tidak punya pilihan lain. Mereka mengangguk-angguk terhadap usulannya.

PEKERJA KONSTRUKSI #1

Ya udah lah yu. Seengganya kita masih punya peluang kalo kita ngaku duluan.

Ia dengan berani berjalan menghampiri Damar, lalu disusul oleh kedua temannya juga.

CUT TO:

INT. KAMAR KOS MARA - KONTINU

Gusti membuka kunci pintu kamar Mara dan dengan semangat membuka pintu tersebut; buket bunga dan kue ulang tahun masih di tangannya.

GUSTI

(sambil memasuki pintu, dengan tersenyum)

Mara... Surprise!

Gusti masuk untuk mendapati bahwa kamar kos tersebut kosong. Senyumnya pudar. Ia berjalan masuk lebih dalam untuk memastikan.

GUSTI

Mar?

Gusti mengecek kamar mandi. Ruangan itu pun kosong. Gusti berjalan ke dekat meja belajar Mara dan meletakkan kue ulang tahun dan buket bunganya di atas sana. Gusti hanya dapat mengembuskan napas kekecewaan sambil tertunduk.

CUT TO:

INT. GUDANG PENYIMPANAN BARANG BUKTI BITRKI - KONTINU

Petugas meja depan telah kembali kepada Fikri dengan sebuah dus yang bertuliskan dengan spidol "Bapak Suhendi - Kasus Pasar Gelap 2018" di sisi depannya.

PETUGAS MEJA DEPAN

(meletakkan dus tersebut di atas meja di antara Fikri dan dirinya)

Ini dia. Monggo dilihat-lihat.

Fikri berdiri untuk melihat ke dalam dus: isinya tidak banyak. Ia memasukkan tangannya ke dalam dus, berharap bisa memperoleh sesuatu yang bermanfaat. Di dalam terdapat kunci rumah, kunci motor, dompet, dan sebuah handphone.

FIKRI

Tinggal sisa segini?

PETUGAS MEJA DEPAN

Kaya yang gue bilang. Kebanyakan udah dikilo atau dibakar habis. Yang masih ada di situ kayanya cuma barang-barang yang ditemuin di mayatnya.

FIKRI

(mengeluarkan HP tersebut dari dalam dus)

Hmm menariknya ada HP di sini. Mujizat juga ni HP belum remuk setelah badannya ketimpa toren seberat itu.

Petugas tersebut tersenyum. Fikri menyadari bahwa terdapat banyak retakan-retakan layar pada handphone tersebut.

FIKRI

(kepada dirinya sendiri)

Hmm gua penasaran ni HP masih nyala ga ya.

Fikri pun menekan dan menahan tombol power on pada HP tersebut. Setelah beberapa lama, ternyata HP itu bisa menyala dan menampilkan logo Android. Fikri pun terkejut.

CUT TO:

EXT. SITUS KONSTRUKSI - KONTINU

Seorang tukang bangunan menghampiri Damar yang sedang membaca blueprint-nya.

TUKANG BANGUNAN

Maaf Bos... Untuk bagian dasarnya mau dilapisi semen seberapa tebal ya?

DAMAR

(menoleh kepadanya)

Oh... Sebentar, saya liat catatan perhitungannya dulu di HP saya.

Damar meraih kantongnya, tetapi tampaknya ia tidak dapat menemukan HPnya. Ia mengeluarkan seisi kantongnya, dan tetap tidak ada HPnya.

DAMAR

(dengan malu)

Ya ampun... Kayanya HP saya ketinggalan atau jatuh atau apa... Maaf ya. Nanti infonya saya susulkan saja. Untuk sekarang mungkin bisa kerjakan yang lain dulu. Thanks.

Tukang bangunan itu meskipun terlihat kecewa, menganggukan kepalanya dan kembali ke pekerjaannya.

Kini ketiga pekerja konstruksi yang gemuk itu datang menghampiri Damar.

PEKERJA KONSTRUKSI #1

(dengan penuh rasa tidak enak; menurunkan topinya dan menempelkannya pada dadanya)

Siang Pak Damar...

DAMAR

(masih membaca blueprint)

Siang. Ada ap--

Di sini barulah Damar menoleh ke arah mereka yang telah baris berjejer menghadapnya, dan Damar langsung mengenali mereka sampai-sampai Damar kehilangan kata-kata. Dengan lemas ia meletakkan blueprint yang ia ia pegang ke atas meja yang ada di sampingnya. Di sisi pinggir meja itu, terdapat sebuah toolbox yang terbuka.

CUT TO:

INT. KAMAR KOS MARA - KONTINU

Gusti dengan kecewa mengambil buket bunga dan kue ulang tahunnya kembali dari atas meja belajar Mara ketika ia menyadari keberadaan HP Mara yang duduk di atas buku harian Mara, di atas meja belajarnya.

Gusti kembali menurunkan kue ulang tahun dan buket bunganya lagi, dan mengangkat HP itu. Ia mengamatinya dengan teliti. HP itu seperti yang diingatnya: ber-casing warna hitam yang terbuat dari kulit, dan terdapat retakan-retakan pada pelindung layarnya.

DAMAR (V.O.)

Nih lu aja deh ya foto. Ga pernah selfie gue seumur-umur.

FLASH TO:

INT. AULA WISUDA - SIANG HARI

Gusti menerima HP itu lalu membuka aplikasi kamera, tetapi kemudian ia merasakan ada sesuatu yang familiar. Ia menatap HP itu dengan teliti, dan merasakan casing kulit yang sama dengan miliknya Mara, dan ketika handphone itu ia balikan, casing kulit tersebut berwarna hitam. Ia balikkan lagi, ia melihat retakan-retakan pada pelindung layar HP Damar.

FLASH TO:

INT. KAMAR KOS MARA - SIANG HARI

Kini Gusti merasa yakin bahwa HP Mara yang sedang ia pegang adalah sama dengan HP milik Damar yang ia gunakan untuk foto bareng sewaktu wisuda.

Penuh dengan rasa ingin tahu dan kecurigaan, Gusti pun mencoba untuk mengakses handphone tersebut. Ternyata, HP tersebut tidak di-lockscreen.

CUT TO:

INT. GUDANG PENYIMPANAN BARANG BUKTI BITKRI - KONTINU

Fikri dengan tak sabar memeriksa chat WA yang ada di HP Paman satu per satu. Beberapa chat yang teratas, ia tidak dapat menemukan apapun yang berarti. Hingga ia masuk ke dalam chat dengan Damar. Menariknya bagi Fikri, salah satu chat terakhir mereka adalah sebuah voice note yang dikirim Damar kepada Paman. Fikri pun memutuskan untuk memutar voice note itu. Di depannya juga masih terdapat sang petugas meja depan.

Fikri menekan tombol 'play' pada voice note tersebut, lalu dengan cepat memaksimalkan volume suaranya.

DAMAR (V.O.)

Halo Paman... Soal yang kemarin... Selasa depan saya ada waktu. Nanti saya mampir ke sana. Kita nyelinap masuk ke kamar rawat inapnya Nenek diam-diam ya. Tapi kita ketemuan dulu di tempatnya Paman aja. Dan jangan lupa bawa "racun"nya juga ya. Thank you.

Fikri langsung melotot, seperti baru saja melakukan suatu penemuan besar dan menatap kepada petugas meja depan yang barusan ikut mendengarkan. Keduanya langsung mengetahui apa artinya itu.

Dengan reflek, Fikri langsung berdiri, mengeluarkan handphonenya dan menghubungi seseorang sambil berjalan keluar dengan membawa HP Paman tersebut.

FIKRI

(lewat telepon)

Halo Vidi. Dugaan gue bener selama ini... Suhendi ngga sendirian dalam kasus kematian Ibunya, dan gue punya bukti. Untuk sekarang tolong suruh semua orang hentiin kerjaannya dan cari keponakannya Suhendi yang namanya Damar. Gue ke sana sekarang.

Fikri pun menutup HPnya dan berlari keluar dari gudang penyitaan barang bukti itu.

CUT TO:

EXT. SITUS KONSTRUKSI - KONTINU

Damar yang merasa terintimidasi oleh ketiga pekerja konstruksi berbadan besar yang pernah mem-bullynya itu tiba-tiba meraih ke dalam tool box di sebelahnya dan menggenggam sebuah palu, dan tidak akan ragu untuk menggunakannya jika mereka sampai berani berbuat macam-macam. Wajah Damar mengancam ketiga orang itu, dalam mode bela diri.

Ketiga orang itu terkejut dengan reaksi Damar.

PEKERJA KONSTRUKSI #1

(mencoba menenangkan Damar)

Whoa... Tenang, Bos. Kami di sini ga bermaksud macem-macem sama Bapak. Justru kami mampir ini karena kami mau ngucapin minta maaf yang sebesar-besarnya untuk kejadian yang dulu-dulu itu, dan kami sangat menyesal dan dengan sekarang kita kerja di proyek yang sama, mungkin kita bisa mulai lagi dari awal, Pak.

Pekerja konstruksi itu tertawa terpaksa untuk mendinginkan situasi, tetapi wajah Damar justru terlihat semakin panas.

Ketiganya menjadi semakin tegang. Mereka melihat palu yang sedang digenggam Damar dengan penuh rasa takut.

PEKERJA KONSTRUKSI #3

(membungkukan badan, tubuhnya bergetar)

Mohon ampun Pak... Lagipula kami juga udah dapet pelajaran kok pas Pak Damar nyambukin kita semua pake lompat tali karet itu.

Raut wajah Damar langsung berubah seketika dari yang tadinya emosi menjadi penuh kebingungan. Ia melepaskan palunya.

DAMAR

Hah? Kok--kok saya? Kan Mara yang waktu itu nyambukin kalian buat ngebela saya!

Kini ketiganya yang menjadi tampak kebingungan. Mereka menatap satu sama lain.

PEKERJA KONSTRUKSI #2

(kepada kedua temannya)

Hah? Siapa Mara itu?

PEKERJA KONSTRUKSI #1

(kepada Damar)

Maaf, Pak... Mungkin Bapak lupa. Kami yakin waktu itu Bapak sendiri yang ngehajar kami setelah kami nyoba buat ngebully Bapak. Dan ga ada orang lain yang ngebela Bapak juga kok.

Damar tidak mengerti. Ia menjadi sakit kepala, pusing, dan penglihatannya menjadi kabur. Ketiga pekerja itu menggunakan kesempatan ini untuk pergi menjauh cepat-cepat.

Damar harus berpegangan pada meja yang ada di sebelahnya. Ia mencoba mengingat-ingat dengan keras kejadian itu.

CUT TO:

INT. KAMAR MARA - KONTINU

Gusti dengan penuh teliti mengoprek-oprek HP Mara yang ia pegang tersebut, sampai sebuah notifikasi email muncul. Gusti membacanya. "[Damar Prasetya] Undangan Webinar..."

GUSTI

(kepada dirinya sendiri)

Damar?

Gusti pun menekan pesan notifikasi tersebut, yang membukakan aplikasi Gmail. Saat Gusti cek, ternyata email tersebut adalah milik akun Damar Prasetya. Gusti menjadi semakin bingung. Ia lalu mencoba untuk switch account, dan di sana tersimpan pula akun atas nama Mara Darmaputri.

Mulut Gusti langsung menganga lebar, tubuhnya menjadi amat lemas sampai-sampai HP tersebut terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai.

Ia kini menatap buku harian Mara yang juga ada di depannya, di atas meja belajar. Dengan tangan yang gemetar ia meraih buku itu dan membukanya, lalu menemukan selembaran berisi puisi tentang Damar yang terselip di dalam buku itu. Masih dengan wajah habis pikir, Gusti mulai membaca puisi itu.

CUT TO:

EXT. SITUS KONSTRUKSI - KONTINU

Damar masih berusaha keras mengingat-ingat kejadian di sekolah hari itu... Dan ia pun ingat.

FLASH TO:

EXT. HALAMAN SEKOLAH - SORE HARI

POV DAMAR: Penglihatannya menjadi buram setelah dibanting oleh salah satu bully itu, dan yang ia bisa lihat hanyalah cahaya matahari dan sosok keempat anak itu yang mendekat sehingga memblokir sinar matahari. Mereka membuat gesture menonjokkan tangan yang satu ke tangan yang lain.

Damar hanya dapat bersiap dan menutupi wajahnya sendiri dengan kedua tangannya.

MARA (V.O.)

Kok kamu nangis? Kamu cowo bukan?

Damar tiba-tiba melotot dan ketika tonjokan itu tiba, Damar justru memblokir pukulan itu dengan kedua tangannya dan berdiri kembali dengan cepat. Aksi Damar tadi mengejutkan keempat anak yang mengepungnya. Keempatnya menatap satu dengan yang lain.

Damar dengan gesit mengeluarkan lompat tali yang terbuat dari karet-karet dari dalam kantong pinggir ranselnya yang berada pada punggungnya. Ketika anak-anak yang lain mencoba untuk mendekat, Damar dengan perkasa menggunakan lompat tali tersebut sebagai cambukan yang berfungsi sebagai pelindung dirinya sehingga ketika mereka mencoba menyerang Damar, Damar menyerang mereka terlebih dahulu dengan mencambuk mereka satu per satu di bagian wajahnya hingga wajah mereka merah-merah dan bahkan ada yang lecet dan tergores.

Damar bertindak makin agresif. Mereka yang telah meringis kesakitan tergeletak di tanah pun masih ia serang dengan cambuknya, sehingga semua anak itu dengan penuh ketakutan melarikan diri dengan cepat sambil menangis sebelum Damar dapat mencambuk mereka lagi.

FLASH TO:

EXT. SITUS KONSTRUKSI - SIANG HARI

Damar tampak terkejut, tetapi pada waktu yang sama ia seperti mendapatkan kesadaran. Ia menutupi mulutnya dalam perasaan horor yang amat mendalam.

FLASH TO:

EXT. RUMAH NENEK - MALAM HARI

Kita melihat Damar yang sedang menemui Mara untuk yang pertama kalinya di depan rumah Neneknya ketika Damar sedang berayun-ayun di atas kursi goyang.

CUT TO:

EXT. RUMAH NENEK - MALAM HARI

Namun nyatanya, Damar hanya duduk di atas kursi goyang itu menatap angin kosong yang ada di di depannya.

FLASH TO:

INT. KOPERASI SEKOLAH - SIANG HARI

Kita melihat Damar yang sedang membeli milimeter block, jangka dan mistar dengan Mara yang menemaninya di sana.

CUT TO:

INT. KOPERASI SEKOLAH - SIANG HARI

Padahal nyatanya Damar hanya membelinya sendirian saja.

FLASH TO:

EXT. KORIDOR KELAS - SIANG HARI

Damar dan teman-temannya yang lain membentuk lingkaran mengerjakan suatu kerja kelompok. Damar tampak kesulitan berinteraksi dengan teman-temannya yang lain karena ia hanya sibuk dengan pekerjaannya sendiri sementara yang lainnya berdiskusi. Mara yang duduk di sebelahnya, agak sedikit ke belakang, membisikkan sesuatu kepadanya dan memberikannya ide untuk dikontribusikan kepada kelompok.

CUT TO:

EXT. KORIDOR KELAS - SIANG HARI

Nyatanya, tidak pernah ada Mara di samping Damar. Ide itu muncul kepada Damar dengan sendirinya.

FLASH TO:

INT. KAMAR KOS DAMAR - SORE HARI

Damar sedang membersihkan bagian atas rak televisinya dengan kemoceng. Di sana memang cukup berdebu. Damar mengenakan masker. Lalu secara tidak sengaja ia menyenggol sebuah figura foto dengan kemocengnya hingga terjatuh ke dalam posisi tidur.

Damar meraih figura tersebut untuk kembali memberdirikanya, tetapi ia melihat bahwa ternyata di dalamnya adalah fotonya bersama Mara yang melingkarkan tangannya di sekitar pundak Damar yang sedang mengancungkan jempol di sana. Keduanya dipotret dengan background pemandangan alam, dan mereka menggunakan jaket tebal seperti sedang berkemah atau hiking.

CUT TO:

INT. KAMAR KOS DAMAR - SORE HARI

Nyatanya, Damar hanya sendirian di foto itu, mengacungkan jempol. Tidak ada Mara di sampingnya yang melingkarkan tangannya di sekitar pundak Damar. Foto yang sedang ia pandang hanyalah fotonya sendiri.

FLASH TO:

EXT. SITUS KONSTRUKSI - SIANG HARI

Kini Damar telah menyadari bahwa seluruh pertemuannya dengan Mara hanyalah berlangsung di dalam benaknya saja. Tubuhnya menjadi lemas, sampai-sampai ia harus mengambil posisi duduk di atas meja itu. Ia hanya bisa menenggelamkan wajahnya dalam kedua tangannya sambil menggeleng-geleng kepala.

Pada saat yang sama, dua buah mobil polisi tiba di situs konstruksi. Hal tersebut membuat semua pekerja konstruksi menghentikan pekerjaan dan bertanya-tanya. Dari salah satu mobil, keluarlah Fikri dan Vidi yang mengenakan seragam BITKRI-nya sementara dari mobil yang satunya lagi, keluarlah dua anggota kepolisian. Fikri dan Vidi dan dengan cepat berjalan menuju Damar yang sedang duduk termenung di atas meja, sementara kedua polisi itu mengikuti mereka di belakang.

FIKRI

Damar Prasetya?

Damar hanya menoleh ke arah Fikri tanpa menjawabnya. Ia hanya diam saja di sana, karena pikirannya masih kacau.

VIDI

(memperlihatkan foto KTP Damar pada layar HPnya)

Tampaknya itu dia, Bos.

Fikri menganggukan kepala, lalu ia dan Vidi melanjutkan langkahnya mendekati Damar.

FIKRI

Damar Prasetya, Anda ditahan atas kasus pembunuhan menggunakan eutanasia yang diperoleh dari pasar gelap.

Fikri memberi sinyal kepada kedua polisi di belakangnya untuk mengamankan Damar. Sementara itu para pekerja konstruksi dan tukang bangunan yang menyaksikan kejadian ini langsung heboh berbisik-bisik satu dengan yang lain seketika, tentunya membicarakan Damar, salah satu arsitek di balik proyek ini.

Kedua polisi itu pun memborgol kedua tangan Damar. Damar hanya nurut dan pasrah saja, pandangannya kosong.

CUT TO:

EXT. JALAN RAYA SEBERANG SITUS KONTRUKSI - LATER

Gusti yang mengendarai motor vespanya berhenti di sebrang situs konstruksinya Damar, di mana ia melihat terdapat dua mobil polisi dan Damar yang sedang digiring menuju salah satu mobil polisi oleh dua orang polisi. Gusti tampak terkejut melihatnya.

Salah seorang polisi membukakan pintu belakang mobil polisinya dan sebelum memasukannya ke dalam, Damar sempat mengunci pandangannya pada Gusti di sebrang jalan sana, dan Gusti pun melihatnya balik, lalu polisi itu pun memasukan Damar ke dalam mobil dan menutup pintunya. Lalu kedua polisi itu menaiki mobilnya dan begitu pula Fikri dan Vidi. Kedua mobil tersebut pun pergi menuju markas BITKRI, dan sementara itu Gusti memutuskan untuk mengikuti kedua mobil tersebut dari belakang.

CUT TO BLACK.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Ngga nyangkaaaa
3 tahun 3 bulan lalu