Rumah Kardus
Daftar Bagian
1. Damar & Nirmala
"Ayo kita bikin janji buat bangun rumah impian kita. Dimulai dari rumah kardus ini," ajak
2. Nenek & Paman
"Aku harap Pamanku mati aja, biar ngga ada lagi yang bisa gangguin Nenek," kata Damar yang
3. Tragis...
"Mala... Kamu di mana sih?" bisik Damar pada dirinya sendiri.
4. Damar & Mara
"Kok kamu nangis? Kamu cowo bukan?" tanya Mara kepada Damar yang sedang menangis karena me
5. Mempertanyakan Pribadi Nenek & Paman
"Mungkin Nenekmu itu ga sebaik yang kamu bayangin. Dan Pamanmu juga mungkin ga seburuk yang kam
6. Mengungkap Kebenaran tentang Ibunda Damar
"Kamu tau dulu Ibumu cita-citanya jadi apa? Jadi pe-na-ri... Dan dia emang punya bakat juga di
7. 9 Tahun Kemudian...
Aku bangga banget sama kamu, Mar, karena kamu udah nepatin janji kamu sejauh ini: kamu lagi ngejalan
8. Kembali ke Kampung Halaman...
"Oh, Damar cucuku... Nenek kira kamu udah lupa sama Nenek... Kamu ke mana aja? Kenapa ga perna
9. Pergulatan Batin Damar
"Aku udah ga bisa lagi ngedikte kamu, Mar. Tapi kalo kamu sampe lakuin ini... Kamu bakal kehila
10. Kegelapan Hati Damar
"Inget Mar... Kita lakuin ini buat kebaikan Nenek sendiri, bukan buat kita. Jangan sampe ada pe
11. Hilangkah Kekosongan Itu?
"Ini kan Mal, yang kamu pengen aku lakuin?" tanya Damar pada Nirmala kecil dengan mata ber
12. Fakta Mengejutkan
Damar tampak terkejut, tetapi pada waktu yang sama ia seperti mendapatkan kesadaran. Ia menutupi mul
13. Damar Menetapkan Pilihannya...
"Kalau Bapak ngehukum saya, Bapak ngehukum Mara juga, dan dia ga bersalah sedikitpun," uja
1. Damar & Nirmala

INT. RUANG OPERASI - SIANG HARI

DAMAR (22) dengan wajah pucat perlahan membuka kedua matanya yang terasa berat. Tampangnya seperti baru saja bangkit dari kematian.

POV DAMAR: Ia melihat ke arah tubuhnya dan mendapati dirinya sedang mengenakan pakaian rumah sakit. Ia melihat ke arah samping, dan di sana terlihat SEORANG PEREMPUAN (22) berambut panjang yang juga terbaring di atas sebuah ranjang rumah sakit dengan mengenakan pakaian rumah sakit. Perempuan ini pun terlihat tengah membuka matanya.

Setelah melihat perempuan itu tidak jauh darinya, Damar bangkit dan mengambil posisi duduk, sembari menatap perempuan itu dengan penuh rasa penasaran: seperti Damar mengenali wajahnya. Pada saat yang sama perempuan itu pun mengambil posisi duduk dan hanya membalas tatapan Damar dengan wajah yang datar.

Masih dengan penuh rasa penasaran dan hanya untuk menguji bagaimana respon perempuan itu berikutnya, Damar pun berdiri dari ranjang itu, dan lagi-lagi perempuan itu memimik gerakannya. Ketika Damar masih bingung dan canggung, perempuan itu justru perlahan mulai tersenyum ke arah Damar, dan ia membuat sebuah simbol segitiga dengan kedua tangannya.

Damar berusaha keras mengingat jauh ke belakang untuk mengenali wajah itu, dan hand gesture itu. Ia memejamkan matanya.

FLASH TO:

EXT. KEBUN TANDUS - SORE HARI

DAMAR (12) duduk di atas setumpukan kardus, menonton teman gadisnya NIRMALA (12) yang sedang dalam proses finishing membuat sebuah rumah kardus. Ketika Nirmala membutuhkan kardus baru, Damar akan mengambilkan satu dari bawah bokongnya dan sambil tersenyum memberikannya kepada Nirmala, yang kemudian digunakan untuk menyusun atap rumah kardus itu berbentuk segitiga.

Setelah rumah kardus itu tersusun, Nirmala mundur beberapa langkah hingga berdiri di samping Damar. Dengan penuh kebanggaan, Nirmala menatap rumah buatannya itu sambil mengangguk-ngangguk. Nirmala berlutut sambil agak mepet ke badan Damar, dan ia membuat simbol segitiga dengan kedua tangannya sambil mengajak Damar untuk melihat rumah kardusnya melalui lubang di dalam segitiga yang dibuat kedua tangannya itu. Segitiga itu Nirmala cocokan posisinya dengan atap rumah kardus buatannya, hingga keduanya menjadi satu garis.

FLASH TO:

INT. RUANG OPERASI - SIANG HARI

Damar kembali membuka matanya dan merasa ia sudah punya jawabannya, sehingga ia pun membalas senyuman perempuan yang ada di seberangnya. Akan tetapi, ia juga menjadi teringat akan sosok lain. Senyumnya pudar, wajahnya agak menunduk.

FLASH TO:

EXT. HALAMAN SEKOLAH - SORE HARI

DAMAR (12) yang mengenakan seragam SD dan tas ransel di punggungnya dikepung di tengah-tengah empat orang anak laki-laki lain seumurannya dengan badan yang jauh lebih besar. Keempatnya mulai membentuk lingkaran dan salah satu dari mereka mendorong badan Damar dengan keras lalu ditangkap oleh anak yang lain. Anak itu pun akan mengoper Damar ke anak yang lainnya. Setelah keempat anak itu mendapat giliran mendorong dan menangkap Damar, salah satu anak itu mulai mengangkat badan Damar yang lebih kecil dan melemparnya dengan keras ke tanah. Damar tergeletak meringis kesakitan.

POV DAMAR: Penglihatannya menjadi buram, dan yang ia bisa lihat hanyalah cahaya matahari dan sosok keempat orang itu yang mendekat sehingga memblokir sinar matahari. Mereka membuat gesture menonjokkan tangan yang satu ke tangan yang lain.

Damar hanya dapat bersiap dan menutupi wajahnya sendiri dengan kedua tangannya. Tetapi pukulan itu tidak pernah tiba. Damar kembali membuka wajahnya dan mendapati keempat pembully itu satu per satu dicambuk oleh salah seorang teman gadisnya yang lain, MARA (12) dengan sebuah lompat tali yang terbuat dari karet-karet.

Sosok Mara yang perkasa itu pun akhirnya berhasil membuat keempat anak laki-laki itu semua melarikan diri agar cambukan itu berhenti.

Mara melemparkan lompat talinya ke tanah, lalu melihat ke bawah ke arah Damar yang masih tergeletak. Sambil tersenyum Mara membuat simbol segitiga dengan kedua tangannya dan menatap wajah Damar lewat lubang segitiga itu. Hal ini membuat Damar terkejut.

Mara menghentikan simbol segitiga itu dan menawarkan tangannya kepada Damar yang masih tergeletak di tanah. Damar menerimanya dan Mara pun membantu Damar berdiri kembali.

FLASH TO:

INT. RUANG OPERASI - SIANG HARI

Damar kini tidak tahu apakah perempuan yang ada di depannya itu adalah Nirmala atau Mara. Namun wajahnya kini menjadi penuh tekad untuk mencari tahu dengan menjelajahi ingatannya.

SUARA PEREMPUAN (V.O.)

Hey Damar.

Damar mengunci tatapannya pada perempuan yang ada di seberangnya.

FLASH TO:

EXT. RUMAH NENEK - SIANG HARI

TITLE CARD: 10 tahun sebelumnya

DAMAR (12) dengan tatapan kosong sedang menganyun-ayun sendirian di atas sebuah kursi goyang di depan rumah.

NIRMALA

Hey Damar.

Damar pun kembali 'terbangun' dari lamunannya dan memperhatikan Nirmala yang ada di depannya. Nirmala memiliki sebuah gerobak kecil di sampingnya dan sebuah botol minum dicapit di bawah ketiaknya.

NIRMALA

(dengan nada bercanda)

Yuhu... Marwi... Udah kaya popoh-popoh aja ngayun-ngayun di kursi goyang.

Keduanya saling tersenyum. Nirmala tersenyum sambil mengosok hidung dengan telunjuknya.

NIRMALA

(dengan gesture mengajak)

Ayo. Udah waktunya keliling-keliling!

Damar pun beranjak dari kursi goyangnya dan mengikuti Nirmala berjalan menjauh dari rumah dengan menarik gerobak mereka.

CUT TO:

EXT. PERUMAHAN WARGA - SIANG HARI

Jalanan depan perumahan desa sepi di siang hari yang berawan. Beberapa anak bermain layangan dan terlihat sebuah gerobak tukang baso yang sedang diam di pinggir jalan, tetapi selain itu, tidak ada aktivitas lain.

Damar dan Nirmala sedang berjalan menyusuri daerah ini. Gerobak mereka yang ditarik oleh Damar kini telah terisi dengan beberapa tumpukan kardus. Mereka kini sedang menghampiri warung yang ke-sekian.

CUT TO:

EXT. WARUNG - KONTINU

Nirmala yang memegang botol minumnya dan disusul oleh Damar menginjakkan kaki ke dalam warung, sementara gerobak mereka ditinggal di luar. PEMILIK WARUNG (43) yang telah mendengar suara kaki mereka pun datang untuk melayani mereka.

PEMILIK WARUNG

(dengan nada kurang ramah)

Beli apa de?

NIRMALA

(dengan lembut dan sopan sambil meletakkan botol minumnya di atas counter warung)

Bu, ada kardus bekas yang ga kepake? Boleh minta ga bu kalau ada?

PEMILIK WARUNG

(terkejut, tidak senang)

Apa? Minta? Ga ada minta-minta. Ngamen aja gratis.

Pemilik warung menunjuk ke arah tanda 'Ngamen Gratis' yang tertempel di counter depan warung.

PEMILIK WARUNG

Mau juga beli. Kardus bekas 500 aja lah.

Nirmala dan Damar saling menatap. Nirmala dengan pelan menggeleng-gelengkan kepalanya.

NIRMALA

Tapi warung-warung yang lain mau nyumbang gratis kok bu...

PEMILIK WARUNG

(kehilangan kesabaran)

Ya itu kan warung-warung lain! Warung yang ini beda. Ngerti?! Kalo gak punya duit, gak mau bayar, ga usah minta-minta kardus.

Pemilik warung itu membalikkan badannya untuk berjalan masuk ke dalam, sementara Nirmala yang jengkel terkejut berubah menjadi kekesalan, juga membalikkan badannya dan menarik baju Damar untuk ikut pergi dengannya. Akan tetapi, Damar menahan, mengeluarkan uang koin dari kantongnya dan meletakkan uang itu di atas counter warung.

Suara kencrengan uang koin itu menghentikan langkah sang pemilik warung. Ia pun kembali untuk mengambil uang koin itu.

NIRMALA

(terkejut, berbisik)

Damar, kamu ngapain?? Itu kan semua uang jajan kamu buat minggu ini.

Sang pemilik warung pun mengambilkan kardus bekasnya.

DAMAR

Tak apa, Mala. Kamu cuma butuh satu lagi kan? Warung berikutnya masih jauh soalnya...

Sang pemilik warung telah kembali dan menyerahkan kardus bekasnya, yang kemudian diterima oleh Damar. Pemilik warung langsung berjalan kembali ke dalam.

Nirmala hanya dapat tersenyum kepada Damar, dan meraih bahu Damar.seperti biasa kalau Nirmala senang dengan tingkah Damar, Nirmala memencet hidung Damar.

NIRMALA

(dengan nada menggoda)

Makasih, Damar. Tumben kamu baik.

Mereka pun pergi meninggalkan warung, tidak menyadari botol minum Nirmala tertinggal di atas counter warung.

CUT TO:

EXT. PERUMAHAN WARGA - LATER

Kini gerobak Nirmala dan Damar sudah penuh. Warung tampak kecil di jauh di latar belakang. Damar terus menarik gerobaknya dan Nirmala berjalan di sampingnya. Tidak jauh dari mereka, terdapat tiga anak bertubuh agak besar sedang bermain layangan, dan mereka menatapi Nirmala dan Damar dengan gerobaknya. Mereka mentertawakan Damar dan Nirmala.

Tiba-tiba Nirmala seperti menyadari sesuatu.

NIRMALA

(menghentikan langkahnya)

Ya ampun. Botol minumku ketinggalan di warung tadi.

Damar ikut menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Nirmala. Nirmala meletakkan telapak tangannya pada dahinya.

NIRMALA

(berlari kembali ke warung)

Tunggu di sini ya. Aku ambil dulu sebelum si Mak Lampir itu ngejual botol minumku!

Damar terkejut.

DAMAR

Tt--tunggu aku!

Namun Damar menyadari bahwa gerobaknya tidak bisa dibawa lari dan harus ada seseorang yang menjaganya, sehingga ia memutuskan untuk menunggu saja.

Ketiga anak yang bermain layangan mendekati Damar dari belakang. Melihat Nirmala yang berlari semakin jauh, Damar mundur beberapa langkah dan menabrak salah satu tubuh anak yang bermain layangan itu.

Ketiganya mengepung Damar untuk mengintimidasinya. Damar yang terpojokkan agak gemetaran, dan melepaskan tangannya dari gerobak.

BULLY #1

(menunjuk pada tumpukan kardus dalam gerobak Damar)

Buat apa rongsokannya makhluk kecil?

Damar bungkam.

BULLY #2

Pemulung kardus kali dia!

Ketiga anak itu tertawa, yang membuat Damar semakin merasa terintimidasi hingga ia tertunduk lesu.

Anak yang pertama mendekati gerobak Damar, dan menendang tumpukan kardus yang ada di dalamnya hingga berserakan jatuh ke tanah ke mana-mana. Damar yang menyaksikannya tidak dapat berbuat apa-apa.

BULLY #1

Oops. Maaf.

Anak yang ketiga tiba-tiba mendorong Damar hingga terjatuh dan mendarat tepat di atas kardus-kardus yang berserakan.

BULLY #3

Dasar orang aneh!

Damar berlutut saja di atas tumpukan kardus tersebut. Anak yang kedua menghampiri Damar, menarik kerahnya, dan mengepalkan tangan yang satunya lagi. Damar dengan penuh ketakutan memejamkan matanya. Anak kedua itu bersiap memukul Damar dengan tangannya yang terkepal ketika--

BUKK!!!

BULLY #2

(meringis kesakitan)

AAAA!!!

Nirmala telah kembali dan barusan melemparkan ranting kering mengenai punggung anak kedua itu. Membalikkan badan, anak kedua itu hendak menyerang balik Nirmala, tetapi Nirmala yang gesit dengan cepat berlari ke arahnya dan menendang anak kedua yang hendak menonjok Damar itu dengan keras di tulang keringnya, hingga ia terjatuh.

Ketika dua anak lainnya masih terkejut, Nirmala dengan cepat mendorong gerobaknya dengan keras hingga menabrak anak ketiga tepat mengenai kedua lututnya hingga ia pun terjatuh. Pada waktu yang sama, Nirmala dengan gesit mendekati anak pertama dan menendangnya tepat di kedua bolanya, hingga ia pun terjatuh.

Menyaksikan tiga anak tergeletak di tanah meringis kesakitan, Nirmala dengan reflek membantu Damar bangun. Damar tercengang melihat apa yang baru saja Nirmala lakukan.

DAMAR

Makasih.

Tanpa merespon, Nirmala membungkukkan badannya untuk mengambil tumpukan kardus yang terjatuh, dan melihat ini, Damar pun ikut membantu memasukannya kembali ke dalam gerobak.

NIRMALA

Damar! Cepet naik!

Lalu dengan cepat Damar mengangguk-ngangguk dan naik ke atas gerobak itu. Setelah itu, dengan cepat Nirmala menarik gerobak mereka menjauh dari tempat ini, meninggalkan anak-anak yang bermain layangan tadi meringis kesakitan di atas tanah.

Di latar belakang, sang penjaga warung yang ternyata menyaksikan semua ini dari kejauhan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

CUT TO:

EXT. KEBUN TANDUS - SORE HARI

Nirmala meletakkan kardus terakhir untuk membentuk atap berbentuk segitiga dari rumah kardus buatannya, sementara Damar yang duduk di atas tumpukan kardus mereka menyaksikannya. Nirmala mundur beberapa langkah hingga berdiri di samping Damar. Dengan penuh kebanggaan, Nirmala menatap rumah buatannya itu sambil mengangguk-ngangguk. Nirmala berlutut sambil agak mepet ke badan Damar, dan ia membuat simbol segitiga dengan kedua tangannya sambil mengajak Damar untuk melihat rumah kardusnya melalui lubang di dalam segitiga yang dibuat kedua tangannya itu. Segitiga itu Nirmala cocokan posisinya dengan atap rumah kardus buatannya, hingga keduanya menjadi satu garis.

NIRMALA

(menurunkan kedua tangannya)

Kata orang... Rumah itu tempat yang paling aman. Kamu setuju?

DAMAR

(berpikir sejenak)

Ntahlah... Mungkin iya. Selama rumah itu bisa kokoh, dan luarnya dipasang perangkap buat nangkis orang jahat.

Nirmala tertawa kecil dan matanya tampak berbinar-binar.

NIRMALA

Kalo gitu, ayo kita bikin janji buat bangun rumah impian kita. Dimulai dari rumah kardus ini. Kita bikin jadi lebih luas, lebih kokoh, lebih nyaman dari rumah kita yang beneran.

DAMAR

(tertawa kecil)

Ok, Mal.

NIRMALA

Janji?

Nirmala mengangkat salah satu tangannya, membentuk setengah segitiga dengan jempol dan telunjuknya. Damar awalnya ragu, tetapi kemudian mengumpulkan kepercayaan diri untuk juga mengangkat tangannya dan melengkapi segitiga itu menjadi segitiga yang utuh.

DAMAR

Janji.

Keduanya saling tersenyum.

NIRMALA

Sekarang kita harus coba dulu masuk ke dalem sana!

Nirmala dengan gesit berdiri, mengambil tangan Damar dan menariknya masuk ke rumah kardus buatannya yang masih kecil dan sempit itu.

FADE TO:

EXT. RUMAH NENEK - SENJA

NENEK (62) yang berjalan menggunakan tongkat berjalan keluar rumahnya menuju halaman dan matanya mencari-cari. Melihat sekeliling, ia mendapati sebuah rumah kardus yang ada di kejauhan. Rumah kardus itu bergerak-gerak, seperti sedang ada yang menghuninya.

NENEK

(dengan lantang dan keras)

Damarwi! Dah sore, cepat pulang!

CUT TO:

EXT. KEBUN TANDUS - KONTINU

Damar dengan reflek terlihat keluar dari rumah kardus itu dan berjalan menuju rumah. Kemudian Nirmala pun menyusul Damar keluar dari kardus. Keduanya dadah-dahahan dan berjalan ke arah yang berlawanan.

CUT TO:

EXT. RUMAH NENEK - KONTINU

Nenek yang baru saja menyadari keberadaan Nirmala yang tadi bersama dengan Damar, terlihat terkejut.

NENEK

Oi Damarwi, ajak ikut makan temanmu itu!

CUT TO:

EXT. KEBUN TANDUS - KONTINU

Mendengar nenek berkata demikian, baik Damar maupun Nirmala menghentikan langkah mereka masing-masing, lalu membalikkan badan dan menatap satu sama lain.

CUT TO:

INT. RUANG MAKAN RUMAH NENEK - MALAM HARI

Di meja makan, Damar dan Nirmala telah duduk berseberang-seberangan. Nenek pertama-tama berjalan dari dapur ke meja makan membawa satu piring kosong dan meletakannya di depan Nirmala.

NIRMALA

Makasih, Nek.

Nenek kembali lagi ke dapur dan kali ini ia kembali ke meja makan membawa dua piring yang telah berisi nasi dan sayur, dan meletakan yang satu di depan Damar dan yang satu lagi di tengah, yaitu miliknya.

Nirmala melihat piring nenek dan Damar terisi sedangkan miliknya kosong. Ia dan Damar bertatap-tatapan kebingungan.

Nenek membagi dua porsi di atas piringnya, lalu menuangkan setengahnya ke atas piring Nirmala.

NENEK

Maaf ya Nirmala... Ngga biasanya kita kedatangan tamu, jadi nenek sebetulnya belum nyiapin. Jadi ambil aja setengah punya nenek ya.

NIRMALA

(agak malu dan canggung)

Ehm.. Sebenenernya ngga usah repot-repot nek hehe...

Damar yang melihat perbuatan nenek yang mau berbagi kepada Nirmala tergoda untuk melakukan hal yang sama.

NENEK

Ahh omong kosong... Temennya Damar itu temennya nenek juga. Ngga gampang jadi anak yatim piatu kaya Damar, apalagi sejak lahir.

Damar mencondongkan tubuhnya ke depan sambil mengangkat piringnya, ke arah Nirmala.

NENEK

Jadi nenek menghargai banget apa yang kamu lakukan selama ini buat Damar... Makasih ya.

Nirmala tersenyum, lalu menyadari bahwa Damar telah berada tepat di depannya, dan ternyata niatnya adalah untuk memberikan setengah dari makanan yang ada di atas piringnya juga seperti yang nenek lakukan tadi.

NENEK

Astaga Damar...

Lalu Damar pun kembali lagi ke posisinya semula.

NIRMALA

(melihat piringnya)

Wah nek, lihat! Di piringku sekarang makanannya jadi yang paling banyak! Asyik nih.

Nirmala melayangkan pandangannya ke arah Damar sambil tersenyum puas. Damar yang membalas balik pandangan Nirmala tampak seperti menyesali perbuatannya yang telah memberikan setengah porsinya. Memikirkan tentang ini, Damar menjadi terlihat tidak rela.

NENEK

Ehem.

Nenek melotot kepada Damar. Damar pun secara instan langsung mengurungkan niatnya, sehingga kini Damar dapat dengan tulus tersenyum kepada Nirmala.

NENEK

Selamat makan ya.

Ketiganya pun mulai melahap makanannya.

CUT TO:

INT. DAPUR RUMAH NENEK - MALAM HARI

Damar dan Nirmala sedang berdiri bersebelahan mencuci piring. Mereka diam-diam saja, hanya berfokus pada pekerjaan. Tetapi Nirmala yang cepat bosan dan suka berulah serta usil kemudian bermain-main dengan busa sabun dan membentuknya seperti kue. Tindakan Nirmala ini menangkap perhatian Damar, yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.

NIRMALA

(sambil mengangkat piring berisi busa sabun berbentuk kue itu)

Paduka raja Damarwi! Ini kami persembahkan upeti berupa kue busa yang cuma satu di dunia, silahkan paduka!

Nirmala menunggu Damar untuk menerima 'persembahannya', tetapi Damar tidak kunjung menerimanya sehingga Nirmala hanya seperti patung saja, sementara Damar terus mencuci piringnya sambil menatap Nirmala aneh. Senyuman Nirmala yang ada di awal lama-kelamaan pudar ketika tangannya sudah mulai lelah.

NIRMALA

(gemas)

Terima dong Damar!!

Damar menggelindingkan kedua bola matanya dan mengembuskan napas.

DAMAR

(dengan enggan, membuka kedua tangannya)

Ya udah... Sini.

Ketika piring itu sedang dalam proses diserahkan dan berada tepat di depan wajah Damar, tiba-tiba Nirmala malah meniup buih sabun yang terbentuk di atas piring itu. Semua buih itu terbang ke wajah Damar dan sebagian bahkan masuk ke dalam bajunya. Damar terhentak ke belakang.

NIRMALA

Oops... Maaf ya Damar!

Nirmala tertawa puas dan cepat-cepat langsung kabur melarikan diri keluar dapur.

DAMAR

(playfully)

Mala!!! Sini kamu!!!

Damar pun mengejar Nirmala keluar dari dapur.

CUT TO:

INT. RUMAH NENEK (RUANG DEPAN) - KONTINU

Nenek sedang menjahit baju ketika Nirmala berlari ke arahnya dan cepat-cepat mencium tangan nenek untuk pamit. Nenek terkejut dan langsung melepaskan jahitan dan bajunya.

NIRMALA

(sambil mengambilkan jahitan dan baju nenek yang terjatuh)

Nek, aku pamit dulu yaa. Makasih buat makan malamnya. Dadah!

Nirmala langsung melanjutkan larinya keluar rumah; mulut Nenek menganga lebar. Damar mengejar Nirmala keluar rumah.

NENEK

Oalah, jangan lari-lari dong Mar!

CUT TO:

EXT. RUMAH NENEK - KONTINU

Damar terhenti di pekarangan rumahnya, kecapean, ingin mengambil nafas dan hanya dapat menyaksikan Nirmala berjalan mundur menjauhinya sambil melambaikan tangan.

NIRMALA

(berteriak)

Besok jangan lupa di tempat biasa yaa!!

Damar terus menatap Nirmala yang semakin menjauh sembari tersenyum, hingga ia tidak kelihatan lagi.

CUT TO BLACK.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar