HATI-HATI DI HATIKU
8. Scene (36-40)

36. EXT/INT. SEKOLAH - KORIDOR — PAGI

Cast: Ramo, Putranta, Orang tua Murid

Terlihat orang tua murid melintas di sepanjang koridor yang ramai.

Kita melihat Ramo berdiri sambil menoleh ke kiri dan ke kanan sambil makan camilan. Sedangkan Putranta hanya duduk di kursi kayu tidak jauh dari Ramo berdiri.

RAMO

Duh mana sih Bapak sama emak, udah jam berapa nih.
Mana wali kelas kita disiplin banget.

Ramo kemudian menoleh ke arah Putranta.

Putranta terlihat duduk dengan santai dan senyum sumringah.

RAMO

Kamu sih bisa tenang, bukan orang tua kamu yang datang, tapi emakku yang jadi sasaranmu.
(Cemberut)

CUT TO:

37. INT. SEKOLAH - RUANG KELAS XII — PAGI

Cast: Bapak Antono, Kakek Supardi, Emaknya Ramo, Para Orang Tua Murid, Wali Murid

Bapak Antono membuka buku catatan lalu menutupnya kembali yang terletak di atas meja. Di meja itu juga ada tersusun beberapa rapot.

BAPAK ANTONO

Selamat pagi para orang tua dan wali murid kelas 3 di SMA Cita Cinta ini.

Kita melihat ke arah orang tua dan wali murid yang berekspresi sangat serius namun ada juga yabg sedang tersenyum sumringah.

Kita kembali melihat ke arah Bapak Antono yang melanjutkan bicaranya.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Senang sekali pada semester satu kali ini. Kita mempunyai seorang anak yang patut untuk dibanggakan. Karena mendapatkan nilai yang nyaris sepanjang sejarah di sekolah ini baru pertama kalinya tercatat sebagai murid yang mendapat nilai paling tinggi.
(Beat)
Dan menjadi peringkat pertama di kelas ini.

Kita kembali melihat ke arah orang tua dan wali murid mengangukkan kepalanya.

Terlihat kakek Supardi sedang tersenyum.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Tidak menunggu lama lagi saya akan umumkan.

Bapak Antono terlihat membuka buku catatannya.

BAPAK ANTONO

Anak yang patut kita banggakan itu bernama.

CU: Di buku catatan terulis nama Mini Anari di urutan pertama.

BAPAK ANTONO

Mini Anari.

Fx: Tepukan tangan.

BAPAK ANTONO

Baiklah untuk orang tua atau wali dari Mini Anari boleh dipersilahkan maju ke depan untuk penyerahan rapotnya.

Kita melihat Kakek Supardi berdiri dan berjalan ke depan. Ia tampak senang.

BAPAK ANTONO

Silahkan ....
(Beat)
Bapaknya Mini Anari?

KAKEK SUPARDI

Bukan saya kakeknya.

BAPAK ANTONO

Oh begitukah, maafkan saya Kek, Anda terlihat dan terlihat lebih cocok menjadi bapak dari pada seorang kakek.

KAKEK SUPARDI

Ah ... bisa saja.
(Tertawa)
Tapi itu memamg benar.
(Menunduk sambil tersenyum sumrigah)

Bapak Antono nampak kaget dan langsung menyerahkan rapot Anari kepada Kakeknya.

KAKEK SUPARDI (CONT'D)

Terima kasih.
(Tersenyum)

Kakek Supardi kemudian kembali duduk.

BAPAK ANTONO

Baiklah. Kembali saya akan mengumumkan murid yang mendapatkan peringat kedua.

Bapak Antono terlihat membaca buku catatan.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Murid yang mendapatkan peringkat kedua adalah Siti Jubaidah.

Fx: Tepukan tangan.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Baiklah untuk orang tua atau wali dari Siti Jubaidah dipersilahkan maju ke depan untuk penyerahan rapotnya.

Bapak Antono melihat ke segala arah orang tua murid dengan bingung karena tidak ada yang maju ke depan.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Sepertinya orang tua atau wali dari Siti Jubaidah tidak ada yang datang.

Kelas menjadi hening beberapa menit. Lalu tidak lama semua orang tua murid saling berpandangan.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Baiklah kembali saya akan umumkan murid yang mendapatkan peringkat ketiga.

Bapak Antono terlihat membaca buku catatan.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Murid yang mendapatkan peringkat ketiga adalah.
(Beat)
Monalisa.

Kita melihat seorang ibu tersenyum dan berdiri. Lalu langsung berjalan ke depan.

Bapak Antono terlihat kaget namun tetap memberikan rabot kepada ibu itu.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Peringkat ke tujuh, Sintiana Gina.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Peringkat ke delapan, Luluna Marisa.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Peringkat ke sembilan, Pramono.

Kita melihat Bapak Antono dengan wajah yang melotot dan menggelengkan kepalanya.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Peringkat terkakhir.
(Menghela nafas)
Putranta ....
(Berteriak sambil melotot)

Bapak Antono membuka isi rapot Putranta.

CU: Kita melihat isi rapot Putranta terlihat semua nilainya nol.

Kita melihat Emaknya Ramo terlihat dengan ragu-ragu untuk berdiri dan melangkah kaki ke depan seperti telihat ketakutan karena melihat ekpresi wajah Bapak Antono yang sedang melotot.

Emaknya Ramo terlihat melangkahkan kakinya dengan pelan sambil mengelus dadanya.

EMAKNYA RAMO (V.O.)

Ramo ... kenapa kamu tega, sekali menjadikan emakmu ini sebagai tumbal.

Emaknya Ramo terlihat mengelus dadanya dan berjalan pelan dengan ekpresi wajah ketakutan namun terlihat lucu.

BAPAK ANTONO

Ibu ....

EMAKNYA RAMO

Tolong maafkan anak saya itu.
Nanti saya akan nasehati anak saya untuk menjadi anak bangsa yang berguna bagi tanah air di Indonesia ini ... merdeka ... merdeka.
(Dengan lantang sambil mengacungkan tangannya)

Bapak Antono yang tadi melotot berubah menjadi kebingungan.

SEMUA ORANG TUA, WALI MURID

Merdeka ... merdeka.

Dengan inisiatifnya sendiri Emangnya Ramo mengambil rapotnya Putranta yang terlihat di atas meja Bapak Antono, lalu bergegas duduk kembali.

CUT TO:

38. INT. SEKOLAH - RUANG KELAS XII — PAGI

Cast: Bapak Antono, Sintia, Mona, Ramo, Putranta, Anari, Jubaidah

Kita melihat Anari sedang membaca buku dan sesekali membenarkan kaca matanya. Di sebelahnya ada Jubaidah sedang memegangi bukunya juga sambil melotot ke arah Anari.

Kita ke arah Bapak Antono yang berjalan masuk.

BAPAK ANTONO

Selamat Pagi anak-anak murid bapak semuanya, yang bapak cintai di sekolah cita cinta ini.

SEMUA MURID KELAS XII

Selamat pagi, Pak Antono Amin

Sintia tampak berpikir.

SINTIA

Sekolah cita cinta.
(Beat)
Emang sejak kapan sekolahan ini ganti nama Mon?

Mona terlihat serius menggambar kemudian menatap wajah Sintia dengan melotot.

MONA

Mana aku tau, tanya aja langsung sama Pak Antono.
(Menghentak meja)

Mona terlihat kesal dan cemberut ke Sintia.

MONA (CONT'D)

Jadi ke coretkan gambarku.

CU: Sebuah gambar bantal hati yang tercoret.

Sintia hanya diam kemudian bercermin lalu membenarkan rambutnya.

BAPAK ANTONO

Hari ini hari pertama kita memasuki pelajaran pada semester dua.

Ramo terlihat serius memperhatikan Bapak Antono tapi ia diam-diam sesekali sambil makan camilan dan di sebelahnya ada Putranta yang terlihat menguap.

PUTRANTA

Saatnya tidur ....
(Merebahkan kepalanya ke bantal hati)

BAPAK ANTONO

Seperti biasa sebelum pelajaran Bahasa Indonesia kita mulai pada pertemuan hari ini. Bapak mau bertanya apa cita-cita kalian?

Kita kembali ke Sintia yang terlihat bingung.

SINTIA

Cita-cita.
(Beat)
Mon, Bapak Antono sebenarnya kenapa sih?
(Beat)
Nanya cita-cita mulu.
(Pelan)

MONA

Iih Sintia.
(Menghentak meja)

Mona terlihat melotot ke arah Sintia.

CU: Sebuah gambar bantal hati tercoret.

BAPAK ANTONO

Mona, Sintia diam kalian ....
(Beat)
Setelah ini kalau kalian masih ngobrol, berdiri ke depan.
(Melotot)

MONA, SINTIA

Siap Pak ....

BAPAK ANTONO

Putranta ....

Putranta terlihat menguap.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Apa cita-citamu?

PUTRANTA

Saya ga tau Pak.

Bapak Antono terlihat melotot ke arah Putranta.

BAPAK ANTONO

Apa ... masih tidak tau, kamu ini sudah semester dua.
(Beat)
Baiklah, bapak masih memberikan kamu waktu untuk mencari cita-citamu.

PUTRANTA

Baik, siap Pak.

BAPAK ANTONO

Kalau yang lain, apa cita-cita kalian masih sama atau ada yang berubah.

SEMUA MURID KELAS XII

Masih sama Pak.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Baiklah kalau begitu. Oya sebelum kita mulai pelajaran kita.
(Beat)
Kita kasih selamat dulu, untuk juara kelas kita, Mini Anari.

Fx: Tepukan tangan.

Anari terlihat tersenyum sedangkan Jubaidah terlihat cemberut.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Dan untuk struktur kelas kita, apa kalian ingin bertukar posisi atau tetap saja.

SEMUA MURID KELAS XII

Tetap saja Pak.

BAPAK ANTONO

Tapi bapak sangat berharap Anari juga masuk dalam struktur kelas kita, bagaimana, setuju?

Semua murid terlihat saling berbisik.

BAPAK ANTONO

Setuju?

SEMUA MURID KELAS XII

Setuju Pak.

BAPAK ANTONO

Anari, bapak mau kamu menjadi sekretaris ya.

Semua mata melihat ke arah Jubaidah.

ANARI

Siap Pak.
(Tersenyum)

BAPAK ANTONO

Dan untuk Jubaidah, kamu bisa menjadi wakil sekretaris.

JUBAIDAH

Iya, siap Pak.
(Murung)

SINTIA

Jadi, bukan hanya posisi juara kelas yang diambil alih oleh Anari tapi posisi sekretarisnya Jubaidah juga diambil.
(Suara pelan)

BAPAK ANTONO

Jubaidah ....

JUBAIDAH

Iya Pak ....

BAPAK ANTONO

Maju ke depan.

Jubaidah berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan ke depan sambil menunduk.

BAPAK ANTONO

Kemarin tidak ada yang mengambilkan rapotmu.
(Suara pelan)

JUBAIDAH

Ehmmm ... iya Pak, maaf ... orang tua saya sedang kerja di kota, jadi ....
(Suara pelan)

Jubaidah tampak murung.

BAPAK ANTONO

Tidak apa-apa, kalau begitu Bapak kasih rapotmu ini langsung denganmu saja ya.

Bapak Antono terlihat menyerahkan rabot dan Jubaidah menyabutnya.

BAPAK ANTONO (CONT'D)

Sudah, kamu boleh kembali duduk.

Jubaidah hanya diam dan mengangguk lalu kembali berjalan menuju bangkunya.

Mata Bapak Antono ke arah Putranta. Putranta terlihat sedang tidur.

BAPAK ANTONO

Putranta ....
(Berteriak)

Putranta terlihat mengucek matanya lalu menguap.

PUTRANTA

Siap Pak ....

BAPAK ANTONO

Sudah berapa kali bapak bilang, ini bukan tempat untuk tidur.
(Mata melotot)

Bapak Antono mengambil penggaris kayu lalu berjalan maju ke arah Putranta.

Ramo dengan cepat berdiri menghalangi jalannya Bapan Antono.

RAMO

Maaf Pak ....

Bapak Antono menatap Ramo.

BAPAK ANTONO

Iya bapak tau kamu memang sie keamanan.

Bapak Antono telihat menghembuskan napasnya lalu kembali ke depan kelas.

RAMO

Huh ....

Ramo terlihat menundukan kepala lalu mengelus dadanya

Putranta terlihat kembali menguap.

Kita melihat Bapak Antono berdiri di depan kelas dengan mata yang melotot.


CUT TO:

39. INT. SEKOLAH - PERPUSTAKAAN — SIANG

Cast: Anari, Putranta

ESTABLISH: Suasana Perpustakan yang sederhana hanya ada beberapa rak buku yang tersusun rapi.

Terlihat Anari sedang membaca buku dengan serius.

Tidak lama kemudian Putranta datang dan duduk di dekat Anari. Sementara Anari masih saja membaca buku tanpa menghiraukan kehadiran Putranta. Lalu Putranta tersenyum ke arah Anari.

Di balik rak buku diam-diam Jubaidah mengintipi Putranta dan Anari. Nampak muka Jubaidah cemberut.

PUTRANTA

Hai ... lagi baca buku apa?

Anari hanya diam lalu membentulkan kaca matanya.

PUTRANTA (CONT'D)

Hai ... mau jadi pacarku enggak?

Putranta kemudian mengeluarkan uang yang ada di kantongnya, lalu menyodorkannya ke Anari.

Anari menggelengkan kepalanya dan dengan cepat berdiri meninggalkan Putranta. Putranta terlihat ikut menggelengkan kepalanya.

PUTRANTA (CONT'D)

Enggak mau?

Putranta tersenyum sumringah lalu membuka tasnya mengeluarkan bantal hati yang kemudian merebahkan kepalanya ke bantal itu.

CUT TO:

40. EXT/INT. SEKOLAH - KANTIN — SIANG

Cast: Ramo, Putranta, Sintia, Mona, Bibi Imah

ESTABLISH: Suasana kantin yang sederhana dan tidak terlalu ramai.

Terlihat Ramo sudah duduk bersama Putranta. Ia sedang membuka bungkus camilan dan memakannya.

RAMO

Apa nembak?
(Beat)
Anari.

Ramo tersedak lalu menggelengkan kepalanya.

RAMO (CONT'D)

Terus?

Putranta mengeluarkan bantal hati dari tasnya.

RAMO

Diterima?

PUTRANTA

Enggak ....

Kemudian Putranta merebahkan kepalanya ke bantal hati.

Terlihat Sintia dan Mona berjalan menuju tempat duduk Ramo dan Putranta.

RAMO

Hah ... syukurlah.

SINTIA

Ramo bersyukur kenapa?

Sintia terlihat duduk begitu juga dengan Mona.

RAMO

Mau tau aja.

Ramo terlihat makan camilan.

SINTIA

Bersyukur karena didatangin cewek cantik ya.
(Bercermin lalu tersenyum)

RAMO

Hmm, PD amat.
(Beat)
Mau tau kenapa.

Sintia terlihat mengangkuk begitu juga Mona.

RAMO

Bersyukur kalau Anari udah nolak ajakan dari Putranta.

SINTIA

Ajakan, kok aku enggak diajak? Diajak ke mana?

MONA

Eh Sintia kamu bisa enggak jangan nanya dulu, orang Ramo belum selesai ngomong.

SINTIA

Iya ....

Sintia cemberut lalu bercermin dan membenarkan rambutnya.

RAMO

Putranta ngajakin Anari buat jadi pacarnya.

MONA

Apa.
(Menghentak meja)

MONA (V.O.)

Enggak bisa dibiarin.

SINTIA

Putranta sayangnya Ia, ngajakin Anari buat jadi pacar?

MONA

Sayang, kamu harus dengerin aku.

Mona terlihat memegangi rambut Putranta. Putranta kemudian bangun dari rebahannya.

PUTRANTA

Iya sayang ....

(Muka datar)

MONA (V.O.)

Kalau aku saranin, sayang Putranta jangan pacaran sama Anari. Tar malah aku yang diputusin, kaya waktu itu Luluna kasih saran buat mutusin aku dan Sintia. Malah Lulunanya sendiri yang diputusin.

MONA

Enggak kok sayang, enggak papa kok.

SINTIA

Sayang Ia, beneran mau jadiin Anari pacar ya?

PUTRANTA

Iya emangnya kenapa sayang?

SINTIA (V.O.)

Duh kalau aku kasih saran, tar malah aku yang diputusin. Kaya tempo lalu Luluna kasih saran buat mutusin aku dan Mona.

SINTIA

Enggak papa kok sayang, enggak papa kalau sayang mau pacaran sama Anari.
(Beat)
Kan seru jadi bertiga deh jadi pacarnya sayang. Aku, Mona terus Anari.

Mona hanya mengangguk.

Putranta hanya tersenyum lalu mengeluarkan uang dari kantong bajunya lalu memberikan uang itu ke Mona dan Sintia.

Mona dan Sintia menyambut uang dari Putranta lalu beranjak dari duduk untuk berdiri.

MONA, SINTIA

Kami pesan makan dulu.

Mona dan Sintia terlihat buru-buru berjalan menuju BIBI IMAH (45) penjual makanan di kantin itu.

Kita melihat Bibi Imah sedang memasukan sebagian makanan ke dalam etalase.

Bibi Imah memiliki postur tubuh mungil dan gemuk. Berjilbab. Bentuk mata sipit, hidung pesek dan bibir agak tebal. Kulit kecoklatan.

Mona dan Sintia berdiri di depan etalase makanan.

MONA

Sin, kita harus cari cara.

BIBI IMAH

Kok cari cara Nak, cari makan.
(Beat)
Yuk dipilih mau makan apa?

SINTIA

Tau nih Mona, orang cari makan malah cari cara.

Mona hanya diam dan cemberut. Kemudian mereka berdua melihati ke arah daftar menu makanan yang ditempel di etalase kaca.

CU: Daftar menu makanan

MONA

Bi, saya mau pesan ayam goreng tanpa sayur ya ....
(Beat)
Nasinya dikit aja dan minumannya es teh.

BIBI IMAH

Wah Nak Mona, nasinya kok dikit aja. Kemarin juga, lagi diet ya? Ga boleh diet-diet, badan Nak Mona sudah langsing. Tar tambah langsing lagi ga bagus.

MONA

Ya terserah Monalah Bi. Itu sih bisa-bisa Bibi ajakan, bilang gitu, biar jualan bibi cepat habis.

BIBI IMAH

Enggaklah Nak, Bibi maunya anak-anak Bibi di sini biar ga kurusan.
Ya sudah Bibi mah, terserah Nak Mona saja.
(Beat)
Kalau Nak Sintia?

SINTIA

Kalau saya sup ayam dan minumnya es jeruk.

BIBI IMAH

Siap, nanti bibi anterin.

CUT TO:







Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar