Cinta Si Psikopat
10. SANIA Beraksi

INT. RESTAURAN STARBORN - NIGHT

WISNU sedang duduk berhadapan dengan ALIF (L/40), di salah satu meja pengunjung, berbincang. Restauran SATRBORN adalah kelas atas, bersih, gaya futuristik. Pengunjung separuh isi. 

SANIA melihat WISNU, kemudian menghampirinya.

SANIA

Malam Pak. Belum order?

WISNU

Malam, yah sebentar lagi.

SANIA

Saya SANIA, dari Customer Service di sini.

Mungkin ada pelayanan kami yang lain

yang bisa menambah kepuasan bapak,

sebagai pelanggan di sini?

WISNU melihat ALIF, tersenyum.

WISNU

Ya ya ya, silahkan duduk.

Bisa nemenin ngobrol di sini dong.

SANIA melihat sekeliling.

SANIA

Hmm,... Pak kalau atasan saya lihat saya duduk bersama pelanggan,

atasan saya minta bagian uang tips pak. 

WISNU

Oo ga papa. Itu seh gampang lah.

Jangan panggil pak, panggil om aja.

SANIA duduk di samping WISNU. 

ALIF

Pelayanan yang lain apa neh yang restaurant ini punya?

SANIA

Kami juga melayani permintaan

makanan dan minuman di luar menu yang ada di daftar pak. Eh om.

WISNU melirik ALIF, tersenyum.

WISNU

Selain seputar makanan, pelayanan yang lain apa neh?

SANIA

Maksud om?

WISNU

Yaa, barangkali ada pelayanan untuk

pria yang sedang kesepian seperti saya sekarang ini,...

SANIA

Idiih om.. Nanti istri om marah loh. 

WISNU

Yaaa istri kan di rumah.

Di sini kan ada kamu, ya kan? 

SANIA tersenyum. Melihat sekeliling. Lalu menatap WISNU sambil tersenyum.

SANIA

Sebenarnya kalau urusan kencan, itu diluar manajemen restauran om.

Jadi sifatnya itu manajemen pribadi om.

WISNU

Baguslah kalau begitu.

WISNU melirik ALIF, menganggukkan kepala dikit. ALIF mengangguk, lalu bangkit dan pergi.

SANIA melihat sekeliling.

SANIA

Sepertinya atasan saya sudah pulang. 

WISNU

Terus?

SANIA

Kalau om mau, saya bisa pergi sekarang.

Apartemen saya tidak jauh dari sini.

WISNU

Itu ide bagus. Yuk jalan.

SANIA dan WISNU bangkit dari duduknya.

.

INT. KAMAR KHUSUS - NIGHT

Ruang kecil, lantai dan dinding di lapisi terpal plastik. WISNU berdiri, mulut disumbat, tangan dan kaki terikat pada papan kayu besar dan tebal di dinding. 

Di depan WISNU, sebuah meja dan kursi. Di meja, foto tua seorang wanita muda yang di bingkai, secangkir kopi, beberapa buku novel, sebilah pisau karatan, sebuah botol alkhohol 90% yang besar.

WISNU mengerang, meronta, melihat sekeliling.

Dari pintu, muncul SANIA menatap WISNU tajam. Berjalan pelan menuju WISNU, mengamati wajah, mata WISNU seksama.

SANIA

Pengharuh obat tidurku sudah hilang? Kau sudah sadar penuh?

WISNU menatap SANIA, mengguman tidak jelas.

SANIA (CONT’D)

Aku ingin kau merasakan dan menikmati

dengan kesadaran penuh,

apa yang akan terjadi setelah ini.

SANIA, membuka kemeja WISNU dan membuka celana WISNU. WISNU menatap SANIA, melotot. 

SANIA berbalik, berjalan pelan, mengambil dari sisi meja sebuah Gunting Semak, yang sudah berkarat. Menggerak-gerakkannya, seperti menggunting. Lalu berdiri menghadap WISNU, menggerak-gerakkan gunting besar di hadapan WISNU, sambil menatap WISNU tajam. Kemudian pandangan SANIA bergeser ke bawah, menatap kemaluan WISNU. 

WISNU menatap SANIA, melotot, memandang ke bawah, ke perutnya, kemudian meronta menjadi-jadi, geleng-geleng kepala dengan mata memohon. 

SANIA menggerak-gerakan gunting, berjalan pelan mendekati WISNU. WISNU semakin meronta, menggeleng. Lalu SANIA pelan-pelan mengunting kemaluan WISNU dengan agak susah, alot, dan karena Guntingnya sudah karatan.

WISNU menggeram kencang, meronta, menggeleng, berlinang airmata, menggeliat, badan keringatan. Darah menetes, membasahi paha dan kakinya.

SANIA, wajah ekspresi dingin, meletakkan gunting di sisi meja, lalu duduk santai menghadap WISNU menatapnya tajam, kemudian mengambil sebuah buku novel dan mulai membacanya. Sambil sesekali meminum kopinya.

WISNU menatap SANIA, melotot, meronta, mengguman, mengerang.

Beberapa saat, WISNU berkurang meronta, terdiam. SANIA melirik WISNU, kemudian berdiri, mengambil botol alkhohol, lalu dengan ekspresi dingin menyiramkan ke kemaluan WISNU.

WISNU spontan melotot, meronta kencang, mengguman, kesakitan. 

Lalu SANIA kembali duduk, mengusap foto tua di meja, sambil tersenyum, berbisik-bisik sesuatu yang tidak jelas, kemudian menoleh dan menatap WISNU tajam, sinis. Lalu SANIA melanjutkan membaca novel, sesekali meminum kopinya, sesekali melirik WISNU yang meronta kesakitan.

Beberapa saat, WISNU seperti mau pingsan. SANIA mengambil pisau di meja, beranjak dari duduknya mendekati WISNU, lalu menusukkan ke perut WISNU.  

WISNU meronta, bergetar, menggeliat gak jelas. 

SANIA berdiri di hadapan WISNU, kemudian menoleh, melihat foto tua di meja, lalu, menoleh ke WISNU, menusuk-nusuk perut, dada WISNU dengan pisau.

WISNU meronta, menggeliat, lalu mati.

SANIA menatap WISNU tajam, lalu kembali duduk, mengusap foto, melanjutkan membaca novel.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar