Ardi dan Lina bertemu di kampus, saat Ardi masih berjuang dengan biaya kuliah. Lina, dengan senyum lembut, menjadi teman yang lebih dari sekadar pacar—dia adalah penyemangat. Mereka melewati hari-hari sulit bersama, sampai wisuda pun bersama.
Tahun berganti, Ardi sukses. Karirnya melonjak, gajinya naik perlahan. Hingga dia bertemu Maya, seorang eksekutif muda dengan latar belakang keluarga mapan saat rapat bersama dengan perusahaan lain. Sejak itu, Ardi dan Maya sering bertemu tanpa pengetahuan Lina. Ya, Ardi mulai menjalin hubungan dengan Maya.
"Ardi, kapan kamu putusin Lina?" Maya memegang tangan Ardi erat saat keduanya makan siang di sebuah kafe yang dekat dari kantor.
Ardi tersenyum licik. "Segera aku akan memutuskan dia, Sayang. Demi kamu."
Maya menyender di bahu Ardi. "Makasih, Sayang."
Suatu malam, Ardi mengajak Lina ke kafe, dengan tatapan yang berbeda.
"Lina, aku ingin jujur," kata Ardi, suaranya datar.
"Aku merasa kita tidak seimbang lagi. Aku butuh seseorang yang bisa sejajar, yang bisa mendukung aku di level yang sama. Aku... aku bertemu Maya beberapa bulan lalu, dan diam-diam di belakangmu aku sudah menjalin hubungan dengan Maya."
Lina membeku, cangkir kopinya tergenggam erat. "Seimbang?" Lina mengulang, suaranya bergetar.
"Aku yang menemanimu dari nol, Ardi. Dari zaman kita kuliah, kita senang dan susah sama-sama. Jadi, ini balasanmu?"
Ardi menunduk, menghindari tatapannya.
"Itu dulu, Lina. Aku ingin maju, dan Maya... dia lebih sesuai."
Lina tersenyum sedih, air mata mulai mengintip. "Setara, tapi lupa yang menemani, ya? Aku tidak butuh 'sesuai', aku butuh kamu."
Ardi bangkit, meninggalkan Lina sendirian. Kafe yang dulu penuh tawa kini sunyi. Lina pergi, meninggalkan rasa sakit yang tak terganti. Ardi, di sisi lain, mulai menyadari kehilangan yang sebenarnya—sesuatu yang tak bisa diganti dengan "kesetaraan".
Setelah kejadian itu, Ardi dan Maya melanjutkan hubungan, tapi suatu ketika Maya ketahuan selingkuh dan Ardi memutuskan Maya.
Ardi menyesal sudah meninggalkan Lina demi yang menurutnya setara. Maya tidak sebaik yang dia pikir. Untuk kembali pun tak mungkin, karena Lina sudah bertunangan dengan kekasih barunya beberapa bulan yang lalu setelah dua tahun mereka putus.