Flash Fiction
Disukai
1
Dilihat
2,554
Ratap Tiri Tuan
Misteri

Rumah itu memanggilnya dengan suara yang ia benci: derit pintu, tangis kecil yang tercekik, dan tatapan asing dari wajah yang ia beri makan tapi tak pernah menyebutnya ayah.

Ia duduk di kursi goyang, tangannya gemetar bukan karena tua, melainkan karena hampa. Kata-katanya sudah lama tak berartimereka hanya mendengar nada perintah, tidak pernah rasa.

Di ruang itu, ia tuan, tapi sekaligus asing. Tiri, bukan darah. Tuan, bukan yang dicinta.

Malam terakhir, ratap yang ia dengar bukan lagi dari mereka melainkan dari dirinya sendiri, lirih, tercekik, berbalik menyerang dada. Kursi goyang berhenti bergerak, tubuhnya membeku.

Dan rumah itu akhirnya benar-benar hening.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (1)
Rekomendasi dari Misteri
Rekomendasi