Pukul 02.00..
Sudah terlambat untuk mengabaikannya..
Seandainya aku tak terbuai pujian dan menyetujui janji temu lewat media sosial itu, mungkin malam ini aku tak perlu pulang berjalan kaki sejauh 4 kilometer. Aku bahkan tak tahu namanya dan dari mana ia berasal. Otakku terlalu lugu untuk bisa menyadarinya. Kata-kata manis ternyata tak selalu lahir dari mulut pria baik. Lagipula, tak mungkin pria baik akan menjemput seorang gadis tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya.
Aku mengetuk pintu depan karena tak lagi punya tenaga untuk memanjat jendela tempatku keluar diam-diam beberapa jam yang lalu. Saat ini aku benar-benar rapuh. Aku terpaksa harus membagi tangis dan penderitaanku ini dengan ibu dan ayah. Karena hanya pelukan mereka lah yang bisa menetralisir rasa sakit ini.
Maafkan aku Ibu, Ayah. Aku selalu menutup telinga dari nasehat kalian dan sekarang aku menanggung akibatnya.