Di tengah keramaian, aku melihat sosok bertubuh hitam dengan aura merah membara tengah menangis di depanku, meneteskan darah dari kedua celah matanya yang berlubang, hanya ada kegelapan tak berujung di dalamnya. Tampaknya hanya aku sendiri yang bisa melihatnya, sementara orang-orang berlalu lalang tanpa terganggu sedikitpun. Apakah sosok yang ada di depanku ini benar-benar setan?
"Ya, aku setan. Persis seperti yang kau fikirkan." Suaranya mendesis, ia menatap tajam ke arahku. Aku terkejut. Rupanya ia dapat membaca fikiranku. Lalu kenapa ia menangis?
"Aku selalu begini sepanjang waktu. Pasrah melihat kalian mengutuk keberadaanku."
Belum sempat aku bertanya ia sudah menjawab tuntas pertanyaan yang muncul di kepalaku. Jika sudah begini lebih baik kubiarkan saja pertanyaan demi pertanyaan berikutnya mengalir. Toh ia akan segera menjawabnya.
Benarkah setan selalu ada dalam diri manusia sepanjang waktu?
"Sebenarnya aku bisa ada di mana saja, tetapi kalian lebih suka menempatkanku dalam fikiran busuk dan hati kalian yang kotor."
Matanya menyipit, melihatku dengan penuh kebencian, seakan-akan aku makhluk yang jauh lebih busuk darinya.
Mengapa begitu?
"Karena kalian merasa ada di dunia ini sebagai makhluk yang paling sempurna. Kalian tak pernah mau mengakui kesalahan yang jelas-jelas kalian perbuat dengan kaki, tangan, mulut, kemaluan, dan kesadaran kalian sendiri. Lalu, ketika tersudut dan terpuruk kalian tiba-tiba mengutukku sepuasnya. Kalian membutuhkanku untuk dikambing hitamkan."
Kepalanya mengeluarkan dua tanduk runcing dan panjang yang berwarna kuning keemasan. Ia menyeringai padaku. Air liurnya yang serupa lava menetes ke lantai.
Tapi, bukankah setan memang suka menggoda manusia?
"Hahaha. Kalian sangat lucu. Sekarang lihat baik-baik !"
Tiba-tiba jalanan berubah menjadi taman penuh bunga dan orang-orang menjadi kupu-kupu yang beterbangan. Sementara setan berubah menjadi gadis tercantik yang pernah kulihat dengan mahkota berlian di kepalanya.
"Aku mengetahui apa yang kalian inginkan. Aku dapat membaca arah fikiran kalian dengan baik. Lalu, aku hanya tinggal mengikuti alurnya."
Bukan setan yang membuat perangkap untuk manusia?
"Kalian boleh saja beranggapan begitu, tetapi kenyataannya kalian sendirilah yang membuat perangkapnya dan sengaja jatuh ke dalamnya."
Aku tertegun sejenak dan meneguk ludah, membenarkan apa yang ia katakan. Setan tertawa terbahak-bahak.
Jadi, yang akan kulakukan di tempat ini bukan karena hasutan setan?
"Bodoh sekali. Tak ada makhluk yang lebih menyedihkan dari kalian. Lihat, remote kontrolnya ada di tanganmu sendiri. Kenapa masih mencoba menyalahkan aku?"