“Jadi sebenarnya apa?” Viola bertanya dengan tak sabar.
Hosha membuka mulutnya, tapi tak jadi bicara. Ia menghela nafas sedih.
“Sudahlah. Kita sudah berusaha. Tapi toh tidak pernah berhasil. Kita ikuti saja arusnya. Ini bukan berarti aku menyerah. Aku hanya lelah berjuang untuk sesuatu yang tidak pasti. Bertahan hidup di sini bukan berarti aku tak mau berusaha. Justru aku sedang berusaha untuk tetap bertahan hidup. Aku lelah berdebat denganmu.” Viola berdiri. Meninggalkan Hosha yang menatapnya sedih. Matanya berkaca-kaca.
Viola sangat tahu bahwa Hosha takut. Ia juga sama takutnya. Takut terjebak di dunia ini selamanya. Ini bukan dunia asal mereka. Mereka hanya tiba-tiba terbangun di dunia yang berbeda. Tidak tahu bagaimana kejadiannya. Mereka hanya tidur di kamar masing-masing, kemudian ketika membuka mata, mereka sudah berada di dimensi lain. Dunia paralel. Begitulah kira-kira.
Mereka sudah berusaha untuk keluar dari sana. Melakukan berbagai cara. Mencari informasi sebanyak mungkin. Menuruti semua arahan dari orang-orang hebat di sana. Melakukan berbagai hal hingga yang berbahaya sekalipun. Tapi tetap tidak berhasil. Mereka masih terjebak di sana. Sudah hampir 5 bulan.
Manusia yang ada di dunia tersebut sangat menerima kehadiran Viola dan Hosha. Karena di dunia tersebut, mereka sangat terbuka dengan hal-hal ajaib. Hal-hal tidak masuk akal bagi mereka adalah sesuatu yang sangat bisa diterima. Karena memang banyak dari mereka yang pandai sihir. Seperti manusia yang memang terlahir dengan takdir memiliki sihir. Banyak dari mereka yang mewarisi gen tersebut.
Hosha terbangun sebagai Louie. Anak pertama dari pasangan Fedro dan Arisa. Louie memiliki adik perempuan bernama Lera. Louie yang sebenarnya sudah mati seminggu sebelum Hosha datang. Maka Ketika Hosha terbangun di sana, Fedro dan Arisa tahu bahwa Hosha bukanlah anak mereka. Walaupun Hosha dan Louie seperti orang yang sama, mereka tetaplah orang yang berbeda. Maka Fedro dan Arisa memperlakukannya dengan berbeda. Bukan berarti mereka tidak menyayangi Hosha. Mereka teramat menyayangi Hosha. Tapi mereka tetap menghormati jati diri Hosha yang sebenarnya. Bagaimanapun Hosha bukanlah Louie, anak mereka.
Sementara Viola terbangun menggantikan Reana. Gadis yatim piatu yang mendapat beasiswa penuh di sekolah menengah atas di sana. Juga mendapat fasilitas asrama. Reana mati satu bulan sebelum Viola datang.
Penyebab kematian Louie dan Reana sama. Yaitu terkena wabah yang mengerikan. Saat itu di sana mendadak ada benda kecil terbang, seperti spora. Ketika mengenai tubuh binatang atau manusia, mendadak akan menyebabkan penghentian detak jantung. Sesederhana itu.
Satu hari sebelum Hosha dan Viola datang, pemerintah setempat mengerahkan seluruh manusia yang memiliki sihir untuk bersama-sama membangun benteng transparan untuk mencegah spora itu terbang ke wilayah mereka. Benteng transparan tersebut dibuat setinggi mungkin. Menembus awan. Dan secara berkala dinding tersebut diperbarui. Begitulah 5 bulan terakhir tidak pernah ada kasus kematian karena spora itu lagi.
Namun yang jadi masalah sekarang adalah, pintu gerbang antar dimensi letaknya ada di luar benteng transparan. Viola mengetahuinya beberapa hari yang lalu. Dari salah satu penyihir baik yang tinggal di dalam hutan.
Berbeda dari cara mereka datang, cara mereka kembali lebih rumit. Mereka datang ke dunia tersebut begitu saja. Takdir membuat Hosha dan Viola bertemu di sana. Karena di dunia mereka berasal, mereka hanyalah orang yang tidak saling mengenal. Mereka tinggal di negara berbeda, dengan bahasa yang berbeda, dan mereka tidak pernah saling bertemu sebelumnya. Kemudian takdir membuat mereka saling mengenal di dunia yang lain. Sesederhana itu. Tidak ada alasan lain. Tidak ada misi apapun. Mereka hanya perlu mencari cara untuk kembali. Sesederhana itu kedengarannya.
“Sebenarnya kau sudah tahu cara untuk kembali bukan? Kau hanya tak mau mengatakannya padaku.” Ternyata Hosha sudah ada di belakang Viola.
Viola menoleh dan menatap Hosha dalam diam. Kemudian berbalik dan pergi.
Tanpa Hosha tahu, Viola merencanakan sesuatu.
Saat semua orang tertidur, gadis itu menyelinap dari asrama. Pergi menuju benteng di utara. Ia berjalan sendirian dalam gelap. Ia akan berjalan terus ke arah utara. Penyihir itu bilang, gerbang antar dimensi ada di wilayah tempat spora mematikan itu berasal.
Ada alasan mengapa ia tak mengajak Hosha. Karena Hosha tak memiliki kekuatan sihir seperti dirinya. Itu akan sangat berbahaya bagi Hosha. Itulah sebabnya ia meninggalkan Hosha. Ia akan mencari cara untuk memusnahkan spora itu. Maka setelah itu, semua urusan akan mudah.
Blub. Viola berhasil menembus benteng transparan dengan mudah. Tentu karena kekuatan sihirnya. Di luar benteng, ada banyak spora yang terbang di udara. Seperti kunang-kunang.
Anehnya, saat satu spora terbang dan jatuh ke wajahnya. Tidak terjadi reaksi apapun. Ia bahkan tak sempat menghindar. Dirinya kebal. Itulah kesimpulan yang ia ambil.
###
Yang Viola tidak tahu.
Pagi itu dikejutkan dengan berita kematian Viola. Tubuh gadis itu ditemukan tidak bernyawa di dalam benteng transparan. Iya, masih di dalam. Tepatnya benar-benar berada di perbatasan garis benteng.
Hosha menangis, meraung. Satu orang yang membuatnya mampu bertahan di dunia tersebut telah pergi. Tak ada lagi orang yang bisa menguatkannya. Tidak ada lagi harapan yang ia punya.
“Kenapa seperti ini? Kau berjanji tidak akan meninggalkanku sendiri. Kenapa kau mengingkarinya? Lalu apa yang harus kulakukan?” Hosha mengguncang-guncang tubuh Viola yang sudah dingin.
Hosha terduduk lemas. Membiarkan tubuh Viola dibawa menuju ruang kematian untuk dikremasi.
Kematian Viola sangatlah misterius bagi mereka.
Bagi Hosha, itu adalah jalan buntu. Semua harapan tertutup baginya. Gadis yang tanpa sadar ia cintai tersebut pergi meninggalkannya sendiri di sana.
Dan satu pikiran yang terlintas dibenaknya adalah, kematian. Ia tidak ingin tinggal di sana tanpa Viola.
###
Di luar sana. Tanpa satu orangpun tahu. Viola terus berjalan ke arah utara. Tanpa tubuh. Ia baru menyadari ketika ia menabrak pohon dan tubuhnya ternyata menembus pohon tersebut. Itu menjawab pertanyaan mengapa dirinya kebal terhadap spora mematikan.
Tak ada waktu untuk kembali. Satu cara yang terlintas cepat di fikirannya adalah tetap menuju utara. Memusnahkan spora mematikan, mencari gerbang antar dimensi, kemudian kembali untuk menjemput Hosha.
Tidak memiliki tubuh bukanlah masalah untuk dirinya. Ia tidak mati. Ia seperti kelomang, bisa mencari cangkang baru.
Namun jika semua usahanya memakan waktu yang lama. Itu mungkin sudah sangat terlambat. Karena Hosha sudah hilang harapan.
“Temuilah Hosha lebih dulu. Kau akan kehilangannya jika tidak menjelaskan situasi yang kau alami.” Suara bisikan itu terdengar seperti angin yang berhembus. Itu adalah peringatan dari alam.
Tersadar, Viola berbalik arah, berlari secepat mungkin. Ia harus menemui Hosha.
#End#