Flash Fiction
Disukai
2
Dilihat
1,242
Selamat Tahun Baru!
Drama

"Selamat Tahun Baru!"

Jani membenci kalimat itu. Dia lahir pada tanggal 1 Januari. Hal itu membuat orang-orang selalu lupa akan hari ulang tahunnya.

Sewaktu kecil, Jani pernah merayakan pesta ulang tahunnya. Namun, tidak ada satu orang pun yang datang. Tentu saja itu karena mereka sudah punya acara merayakan tahun baru sendiri.

Itu adalah pertama dan terakhir kalinya Jani merayakan ulang tahunnya. Sudah 25 kali dia berulang tahun, tidak sekalipun dia mendapatkan kado.

Maka, resolusi tahun baru Jani dari tahun ke tahun selalu sama. Semoga dia mendapatkan kado.

Resolusi atau doa Jani yang konsisten itu akhirnya terkabul pada ulang tahunnya yang ke 27. Kekasihnya memberikan kado cincin pernikahan tepat pada pesta tahun baru kantor mereka.

Jani memang sudah menunggu lama momen itu karena mereka sudah berpacaran 6 tahun dan dia sudah lelah ditanya kapan akan menikah. Namun, Jani kesal kenapa kekasihnya itu harus melamarnya di hari itu.

Lantaran tidak mungkin untuk menolak dan meminta kekasihnya untuk melamarnya kembali di hari lain, Jani akhirnya menerima lamaran kekasihnya itu.

Maka, kini ucapan selamat yang dia benci itu bertambah lagi satu maknanya. Jani menghibur diri dengan berpikir bahwa setidaknya hal ini tidak akan bisa bertambah konyol.

Namun, komedi hidup selalu melampaui ekspektasi Jani. Tiga tahun kemudian, Jani yang dijadwalkan akan melahirkan anak pertamanya pada bulan Februari, ternyata harus dipercepat. Anak pertama Jani itu lahir prematur tepat pada malam 1 Januari pukul 11 malam.

Jani telah berusaha sekuat tenaga untuk menahan agar anaknya itu bisa lahir pada tanggal 2 Januari, tetapi ternyata semangat anaknya untuk memiliki hari ulang tahun yang sama dengan ibunya itu jauh lebih kuat.

Maka, ucapan selamat itu kini memiliki terlalu banyak makna bagi Jani. Semua momen penting dalam hidupnya dirayakan di hari yang sama.

Sisi baiknya, Jani bisa hemat merayakan semuanya sekaligus. Namun, sisi buruknya dalam hidup Jani seperti tidak ada hal penting yang tersisa di sepanjang tahun.

Setidaknya begitu lah yang terjadi selama tujuh tahun. Jani akhirnya mengadakan jalan-jalan keluarga pada bulan Juni sebelum anaknya masuk SD pada bulan Juli.

Pada hari itu akhirnya Jani bisa merasakan kesenangan tanpa merayakan hari penting. Jani berpikir mungkin dia harus melakukan jalan-jalan keluarga di tengah tahun ini secara rutin agar ada momen yang ditunggu setelah tahun baru.

Suami dan anaknya sepakat, tetapi hidup memiliki pendapat lain. Pulang dari jalan-jalan itu, mobil yang ditumpangi Jani dan keluarganya itu mengalami kecelakaan berat.

Jani tersadar di rumah sakit dan tidak ingat apapun. Dokter bilang Jani koma selama 2 bulan. Dia diberitahu bahwa suami dan anaknya telah meninggal. Namun, dia tidak ingat mereka. Dia tidak ingat dirinya sendiri.

Di rumah sakit, Jani melihat pernak-pernik perayaan 17 Agustus. Namun, hatinya hampa. Dia tidak bisa merasakan kegembiraan. Rasanya seperti ada yang salah antara dirinya dan hari perayaan.

Selama 4 bulan, Jani menjalani terapi untuk bisa kembali berjalan dan beraktivitas. Kondisi fisiknya semakin membaik, tetapi ingatannya masih tak kunjung pulih.

Orang tua dan mertuanya datang untuk menjenguk dan menemani Jani. Namun, dia tidak mengenali mereka. Lebih sedih lagi, Jani merasa bersalah bahwa dia tidak bisa sesedih mereka saat mengenang suami dan anaknya yang telah tiada.

Pada tanggal 31 Desember, Dokter bilang bahwa besok Jani sudah boleh pulang. Dia bilang tahun baru ini akan benar-benar menjadi tahun yang baru bagi Jani. Mungkin amnesia yang dialaminya adalah sebuah anugerah agar dia bisa melanjutkan hidup.

Di malam terakhirnya di rumah sakit, Jani tidak bisa tidur. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan setelah ini. Dia melamun semalaman.

Duar! suara kembang api menyadarkan Jani dari lamunannya. Jani melihat keluar jendela kaca besar di kamar rawatnya yang berada di lantai 17. Dia melihat cahaya kembang api menghiasi langit malam.

Jani melihat cahaya kembang api itu lekat-lekat. Jantungnya berdebar kencang, bukan karena kaget akan suara ledakan yang keras, melainkan ledakan cahaya warna-warni kembang api itu seperti mematik ingatannya.

Setelah itu suara tiupan terompet terdengar bersahutan. Suaranya semakin keras seperti mengiringi kedatangan ingatan Jani. Semakin lama semakin jelas. Jani pun jatuh terduduk dan menangis deras.

Jani mengingat semuanya kembali ketika mendengar semua orang berteriak mengucapkan kalimat yang paling bermakna dalam hidupnya itu.

"Selamat Tahun Baru!"

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@egidperdana89 : terima kasih
dalem banget. Dan bagiku plotnya berkelas. 🎉🎉🎉1/2/🎉🎉🎉🎉🎉 alias 3.5/5 dari saya. 🤗🙏
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi