Jangan panggil gue monyet!
Jangan pula kalian panggil : monkey, kera, kingkong, babon, lutung, apes, dan sebangsanya. Ganteng-ganteng gini aku baperan.
I am Sun Go Cheng. Laki-laki perjaka, berusia 17 tahun yang TIDAK terlahir dari batu. Dokter bilang aku terlahir dengan hypertrichosis : syndrome manusia serigala. Syndrome langka yang buat tumbuh bulu-bulu eksotis di sekujur tubuhku. Bulu-bulu itu tak hanya tumbuh di rambut, ketiak, lubang idung dan lubang p*ntat. Bulu-bulu itu tumbuh di wajahku. Kata para tetangga, wajahku mirip genderewo hybrida (spesies kawin silang antara manusia dengan Genderewo) hitam, dekil, menyeramkan.
Ada sejarahnya kenapa namaku Sun Go Cheng.
Ini sejarahnya.
Alkisah di sebuah warkop pinggir jalan, aku (7 tahun), ayah Gendra dan Bunda Bo Hay sedang mukbang gorengan. Ayah asyik ngopi bajigur ibunda asyik melahap comro ; sedangkan aku asyik diliatin pengunjung. Tatapannya seolah berkata : Sejak kapan genderewo suka pisang goreng?
Tatapan aneh adalah hal biasa bagi kita yang berbeda. Gak ada orang yang mau dipanggil monyet, apalagi kalo muka lo kayak monyet. Tapi, saat takdir sudah bicara, kita hanya bisa legowo. Satu-satunya yang belum bisa kuterima adalah namaku yang absurd : Sun Go Cheng.
Karena penasaran aku bertanya, "Bunda kenapa sih, Aa dinamain Sun Go Cheng ?"
"Itu ada sejarahnya nak," jawab Bunda sambil tersenyum.
"Padahal bagusan Oscar, Dkalo gak Supriyadi. Biar ada keren-kerennya," keluhku.
Di kampung, Supriyadi itu keren. Dia seorang ahli debus yang bisa menarik truk tronton dengan tititnya. Aku pernah meniru atraksinya alhasil tititku bengkok 7 hari.
"Bersyukur aja lah nak, kau di kasih nama yang bagus," kata Ayah sok bijak.
"Itu mending nak. Tadinya, kamu mau dikasih nama Kong Guan lho." kata Bunda.
Speechles.
"Dulu bunda tuh suka banget nonton Kera Sakti. Bahkan pas hamil pun, itu drama favorit bunda," ucap Bunda sembari nyocolinsambel.
"Kenapa gak ngefans ama Lee Min Ho aja sih , Bunda?"
"Dulu belum jaman drakor."
"Oh gitu."
"Jadi Sun Go' nya terinspirasi dari Sun Go Kong ya, Bunda?" aku kembali bertanya.
Bunda menggelengkan kepala.
"Bukan." kata Ayah. Ia meletakan bajigurnya diatas meja. "Nama Sun Go nya terinspirasi dari Sun Goku dari Dragon Ball. Tokoh anime favorit ayah."
"Ayah kasih nama Sun Go dengan harapan kamu bisa jadi lelaki yang kuat dan gagah seperti Goku."
"Terus kata 'Cheng' nya darimana yah?" aku penasaran.
"Masa gitu aja gak tau sih," sindir Bunda.
"Apaan?"
"Cheng-nya itu ama julukan ayahmu. Si Aceng." celetuk Bunda.
"Aceng?"
"Singkatan anak cengeng. Dulu, ayahmu itu cupu. Jatuh dari pohon aja nangis, apalagi ditolak cewek!"
"Pohon apa?"
"Pohon kelapa."
"Berapa cm?"
"Cuma 30 meter kok."
Speechles.
"Bun, kenapa aku berbulu?" Kata-kata itu meluncur dari bibir mungil ini. Serious, aku kaya anak pungut. Ayah Gendra itu lelaki tampan. Kulitnya hitam manis kayak Bugis Sunda. Bunda Bo Hay kulitnya putih, matanya berkilau bagai berlian dan ada tahilalat kecil yang jadi pemanis di dagunya. Dibanding keduanya , aku lebih mirip tompel godzila.
"Pas bunda hamil, bunda pengen deh punya anak kayak Sun Go Kong. Gak nyangka doanya dikabulkan."
"Maksudnya supaya jadi jagoan, dan peduli pada sesama. Sayangnya semesta salah mengartikan." kata Ayah.
Typonya diedit, kapitalnya diedit.