Disukai
1
Dilihat
512
GEN
Drama

Ide cerita ini berawal dari status medsos singkat “Perkenalkan saya adalah angkatan terakhir yang masa kecilnya tidak mengenal gadget”

Lalu tiba-tiba terbit ide saya tentang Rafathar dan Rafi Ahmad. Ingin buat cerita tentang hubungan Ayah dan anak. 

Premis pertama yang terpikirkan bahwa Rafatar dalam cerita ini berkarakter sebagai anak ngebossy banget, yang sudah tidak mau dilarang, diperintah, tapi justru berlaku sebaliknya ke semua orang, lebih-lebih terhadap orang di rumahnya. Sampai Ayahnya merasa sangat pasrah dan kecewa, untuk bisa tidur seranjang dengan istrinya saja dilarang karena Rafatar ingin bersama Ibunya terus. Kewalahan, orang-orang di rumah ini juga lebih memilih keluar daripada meladeni rafatar. 

Sampai akhirnya Rafi bertemu dengan sosok lelaki misterius yang terawutan, gondrong, berjanggut lebat, gemuk tak terurus. Anehnya dalam kondisi kekurangan itu, lelaki itu justru sangat bijak dalam berbincang, dan menasehati Rafi tentang cara mendidik anak. Seperti itulah dalam sepenglihatan Rafi hingga membuat dia kagum. Rafi pun bercerita bahwa Rafathar lebih bersyukur dibandingkan dia yang tjdak pernah tahu masa lalunya, berjuang seorang diri.

Lelaki misterius ini diajak ke rumah Rafi, dia berniat mempekerjakanya sebagai pembimbing Rafatar. Tapi yang terjadi kemudian justru diluar perkiraan, si lelaki misterius malah berlaku seenaknya dan membuat Jbu Rafatar kesal “Usir saja orang gak jelas ini! “. Rafi pun heran kok bisa begini. 

Tapi ada yang berubah, Rafatar ternyata memang lebih penurut dan tenang, mendengarkan apapun yang dikatakan si lelaki misterius, tapi bukan perkataan Rafi. Ada apa ini? Bukan seperti ini yang diinginkan Rafi, dia justru malah tidak mengenal anaknya sendiri sekarang, sebelum makin terlambat djsuruh pergi saja lelaki misterius itu. 

Tapi kemana? Mereka tidak ada. Rafatar pun menghilang. Beberapa saat sebelumnya Rafatar diajak ikut ke dalam sebuah kamar yang ada di rumah megah ini, kamar yang tidak pernah dibuka atau direnovasi semenjak ditempati, dan memang dulunya ini adalah rumah seorang cenayang yang tidak pernah diketahui keberadaanya, ditinggalkan begitu saja . 

Rafatar sedang berada di sebuah sebuah pelabuhan penyebrangan, dia heran kenapa berada disini. “Dimana ini” ucapnya. Dalam kondisi bingung dia menjumpai seorang lelaki yang usianya sekitar 5 tahun lebih daripada usianya, lelaki itu terisak sembari melihat kapal yang sudah jauh berlayar. Sontak Rafatar pun menangis kejang, hingga lelaki tadi malah terkejut dan heran. Rafatar teriak dalam tangisnya, dimana dia sekarang?. Pelabuhan Bakahuni kata lelaki itu. “siapa kamu? “ Tanyanya. Tapi Rafatar justru menangis makin kencang. Tidak lama kemudian datang seorang nenek yang mengajak Hanavi pulang menggunakan dialek melayu. Ternyata Hanavi nama lelaki itu. Hanavi setuju tapi dia juga menunjuk Rafatar hingga membuat nenek itu heran.. “sepertinya anak hilang dja nih nek, dari tadi menangis terus”. Nenek memperhatikan Rafatar dari atas ke bawah dan heran melihat penampilamya, “anak orang kaya sepertinya dia”. 

Setelah meyakinkan Rafatar dan Rafatar memang takut dan bingung akhirnya dia menurut pergi bersama nenek dan hanavi. Naek dokar mereka pergi tinggalkan pelabuhan. Situasi dan suasana yang terlihat memang tidak pernah dijumpai rafatar sebelumnya. Masyarakat, cara mereka berpakaian, kendaraan, jikalaupun inj sebuah desa tapi bukan desa di zaman rafatar. 

Malam harinya Rafatar kembali menangis kencang, tapi kini dia disaksikan banyak warga kampung yang iba. “kasihan anak orang kaya tersesat”. Mereka memandang semakin iba. Nenek kemudian bilang untuk sementara biar dia yang merawat dan bisa berteman dengan Hanavi. Hanavi lalu mulai membujuk Rafatar dan bertanya-tanya, tapi Rafatar hanya terdiam dan ikut yakin kalo memang sekarang dia tersesat, sudah tjdak bersama ayah dan Ibunya lagi. “Ayahhh... Ibu.....!!!!! “

Hanavi sedang duduk gelisah dan seperti tidak sabar menunggu seseorang, hingga kemudian datang tukang pos mengantarkan surat. Betapa gembiranya Hanavi dan berteriak memanggil neneknya “nekkk surat dari Ayah”.

Surat itu kemudian dibaca di depan nenek dan Rafatar, yang berpesan supaya Hanavi lebih giat bekerja membantu neneknya dan menggantikan tugas ayahnya di penggilingan padi, ayahnya meminta maaf karena merasa gagal membahagiakan Hanavi, tidak bisa melanjutkan sekolah Hanavi. Semoga nasip baik ada untuk mereka dan ayahnya di perantauan. Hanavi menangis dan Rafathar ikut menangis karena teringat ayahnya. 

Di lokasi lain ternyata yang disebut sebagai ayahnya Hanavi sedang bersama beberapa komplotan preman, dan Ayah Ravi seperti ketakutan menerima sebuah bungkusan “Ya udah sana pergi lu.. “ Kata seorang preman padanya. 

Hanavi berkeringat dan kerja keras menggiling padi bersama neneknya, sedangkan Rafathar hanya memperhatikan takjub. Hanavi juga masih sempat tersenyum pada Rafathar dan mengajaknya ikut membantu, Rafathar pun malah semangat dan ikut mengumpulkan padi. Tercipta keceriaan natural meski dalam suasana itu. 

Sambil menyantap makanan malam seadanya di meja makan, bertiga Rafatar, Hanavi dan nenek, penuh kedamaian dan kebersaman. Rafatar bertanya kenapa harus menggunakan surat, apa Hanavi tidak mempunyai handphone, hanavi kaget karena alat itu sangat mahal dan tidak semua orang punya apalagi miskin sepertj mereka. Rafatar kemudian memperhatikan kalender usang di rumah ini yang tertulis tahun 1990.

“Aku ingin bertemu ayah “ rengek Rafatar.

“Aku juga” Canda Hanavi hingga membuat Rafatar makin sedih. Hanavi minta maaf karena bercandanya sudah kelewatan tapi dia juga coba menghibur bilang kita harus sama-sama kuat meski sama-sama tjdak tahu keberadaan ayah kita. Rafatar berusaha menenangkan diri dan rautnya seperti mengambil pesan dari perkataan hanavi ini. 

Rafatar dan Hanavi ceria bermain bersama anak-anak kampung dan lupakan masalah. Mereka semakin akrab. Dan beberapa kesempatan Rafatar tercengang melihat permainan yang tidak pernah dia tahu sebelumnya. 

Hanavi tertawa-tawa mendengar cerita radio, Rafatar cuma diam, lalu Hanavi mengajak Rafatar ikut mendengarkan, beberapa saat kemudian mereka tertawa bersama. Rafatar bilang nanti kalo sudah ketemu ayahnya, dia akan mengajak Hanavi dan nenek ke rumahnya, ada televisi besar, lebih seru dan tidak hanya dengar suara. Hanavi tercengang sesaat lalu ucapkan InsyAlloh. 

Sementara di lokasi lain, ibu Rafatar menangis terbaringz Rafi berdiri dengan raut kusam, dia sudah benar-benar panik. 3 minggu sudah Rafatar hilang dan tak ada titik temu. Tapi tiba-tiba pembantu rumahnya datang tergopoh-gopoh dan bilang kalo security baru di rumah ini tidak sengaja masuk ke lokasi sekitar kamar misterius itu dan seperti mendengar suara anak kecil. Sontak Raffi bergegas menuju kamar jtu. 

Benar saja, di kamar itu ternyata ada Rafatar sedang terduduk di kursi jati kuno, tanganya terikat, tapi matanya terbuka menatap cermin lebar kuno di hadapanya. Saat itu juga Rafi berusaha menarik Rafatar tapi langsung dicegah si lelaki misterius, mereka berkelahi dan pintu tertutup tanpa seorang pun bisa membukanya. 

Setelah mereka sama-sama lelah berkelahi, sosok misterius itu bilang inj adalah cara untuk meluruskan apa yang terjadi di masa depan. Dia adalah sosok Rafi di masa depan yang terluntang lantung karena ulah Rafatar dj masa sekarang. Karena itu Rafatar djkembalikan ke masa lalu supaya tahu bagaimana pahitnya hidup Rafi dulu masih sebagai Hanavi . 

Rafi tidak mempercayai apa yang dikatakan lelaki misterius ini, tapi dia terkejut ketika si lelaki miaterius membersihkan penampilan jenggot dan rambutnya yang ternyata adalah sosok Rafi versi tua. 

Lantas bagaimana cara Rafi menjemput Rafatar? “Sabar, sampai saat dimana Rafi dimasa dulu mengalami kejadian itu... “. Kejadian apa?? 

Terjadi kejar-kejaran antara polisi dengan beberapa preman. Satu preman bersembunyi dengan ketakutan tapi berhasil kabur. Tapi tidak lama kemudian “door!!! “ ada suara tembakan dan preman itu terjatuh. Dia adalah ayah hanavi. 

Tengah malam Navi terbangun dari tidurnya karena pintu digedor, nenek dan Rafatar ikut terbangun. Betapa terkejut dan histerisnya mereka mendengar kabar bahwa Ayahnya sudah tewas ditembak polisi karena mengedarkan ganja. Maka pecahlah tangis seisi rumah itu. Rafatar ikut histeris dan ingat ayahnya. 

Rafi melihat Rafatar yang sedang dalam dimensi lain mengucurkan air mata, dia teriba tapi lelaki misterius itu tetap menyuruh bersabar. Dan Rafi penasaran apa yang sedang dialami Rafatar. Dengan mengucapkan sesuatu seperti jampi-jampi, tiba-tiba cermin besar itu menunjukkan semuanya. Rafi terhenyak, perlahan-lahan dia jadi ingat semuanya. Itu adalah masa-masa sebelum dia kehilangan ingatan. Ya Rafatar, adalah anak yang pernah dia temukan sebelum akhirnya dia melupakan semua itu karena kejadian yang buat dia lupa masa lalu tapi seorang diri bangkit dan merubah hidupnya jadi lebih baik. 

Di atas pusara Ayahnya Hanavi menangis, nenek dipapah lemah dan tidak sanggup berdiri membuat Hanavi semakin sedih, Rafatar memeluknya, dia sudah merasa Hanavi sebagai kakaknya kini, dia merasakan kesedihan itu dan ingat ayahnya. 

Rombongan warga naik mobil pick up setelah dari penguburan, Hanavi pandanganya kosong dan tidak sigap ketika mobil melewati gundukan, penumpang histeris dan terlompat ke atas, Navi terjungkal ke belakang dan jatuh. Semua histeris, apalagi Rafatar. 

Puskesmas ramai oleh warga yang membawa hanavi, dia sadar tapi lupa semuanya siapa dia? Nenek menangis menahan cobaan berikutnya ini yang rasanya makin tidak sanggup dia hadapi. Rafatar berlari ke luar, menangis sedih, sampai di sudut seorang diri, tersedu sedan, sedih, sebut ayahnya. 

Dan tiba-tiba pundaknya ditepuk lembut, dia menoleh, itu adalah Rafi. Maka pecahlah keharuan dan rasa rindu yang mendalam. “sekarang saatnya kamu pulang nak... Ayuk”. “tapi kak Hanavi yah”. “ gak papa, dia akan jadi orang hebat nanti, dan kamu pasti bangga... Yuk kita pulang. Ibu juga sudah rindu”. “ ibuuu”

Bersamaan Ravi dan Rafatar membuka mata dan tidak melihat sosok misterius itu lagi. Tapi di hadapanya, kaca itu memperlihatkan Ravi di masa depan dengan penampilan yang sangat rapih, bahagia bersama istri, Rafatar dewasa, dan seorang anak perempuan adiknya Rafatar. Lalu Radi di masa depan berbicara “anak adalah cerminan orang tua, didik dan ajari mereka sebagaimana kita pernah dididik, bukan sebaliknya”. Tersenyum. Ibu Rafi datang, cermin itu tertutup, dan mereka bertiga berpelukan penuh rindu. Rafi memegang perut istrinya. Dan kata istrinya “alhamdulillah kata dokter kandungan ku gak papa”.

The end

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi