Pulkam

Bisma, dia sudah memasuki gerbong keretanya. Kali ini ia memesan perjalanan dari Jakarta ke Surabaya untuk kursi ekskutif. Kini ia sedang mencari-cari nomor kursi yang sudah dia pesan. Kursi paling belakang, Bisma menemukannya dan langsung mendudukinya. Tak berapa lama duduk sejenak, ia berdiri lalu meletakkan koper ke tempat koper di atas tempat duduk. Bisma kembali duduk lalu mulai mengamati orang-orang yang berdatangan dan menaruh barang bawaannya di atas. Tempat yang strategis! di kursi ini Bisma bisa mengawasi satu per satu koper- koper itu.

Perhatian Bisma tertuju pada satu koper berwarna biru navy yang terlihat mahal dan masih baru. Koper itu adalah milik seorang laki-laki yang terlihat sudah berumah tangga. Laki-laki itu datang sendirian, namun dari penampilannya Bisma sudah menebak pasti laki-laki itu bergaji dua digit. Pakaian berupa satu set pakaian formal yang sangat rapi mulai dari celana, kemeja, dasi, dan jasnya. Benar-benar tepat sasaran! laki-laki itu menempati kursi di depan Bisma

Semua penumpang sudah menduduki kursi mereka masing-masing, kereta mulai melaju pelan dan semakin cepat. Tak terasa 30 menit sudah berlalu. Kereta berhenti pada pemberhentian pertama, Stasiun Bekasi. Bisma berpura-pura menutup mata, agar siapapun yang melihatnya, mengira ia sedang tertidur.

Tak berapa lama, dia mendengar laki-laki itu bertanya pada seseorang di sampingnya.

"Turun mana Mas?"

"Turun Tegal mas, kalo mas turun mana?"

"Oh, saya turun Cepu mas."

Dalam benak Bisma, ini sesuatu yang bagus untuk di dengar. Karena, jika sudah melewati Semarang gerbong ini pasti sepi. Entah suatu kebetulan atau bukan, stasiun Tegal berada di 4 stasiun sebelum stasiun Semarang Poncol dan stasiun Cepu berada di 3 stasiun setelah stasiun Semarang.

Kereta melaju begitu cepat, tak terasa kini sudah sampai stasiun Tegal. Seseorang di samping laki-laki itu sudah turun. Kini kereta melaju, dari 4 stasiun yang dilewati seebelum stasiun Semarang pasti ada beberapa orang yang turun. Ini kesempatan yang bagus! kereta makin sepi.

Mata Bisma semakin bersemangat, dari kaca di sampingnya ia dapat melihat laki-laki pembawa koper mahal tadi sedang tertidur lelap. Ia juga memperhatikan sekitar, hanya tersisa satu orang dan dia juga sedang tertidur.

Kini tiba di stasiun Pekalongan, stasiun kedua sebelum stasiun Semarang. Dalam benaknya, Bisma akan melancarkan aksinya di stasiun yang berada di kota yang menjadi Ibu Kota provinsi Jawa Tengah. Karena stasiun ini berada cukup jauh dari stasiun tujuan laki-laki yang menjadi targetnya, juga tidak terlalu jauh dari kampunya di Pemalang.

Saat kereta dari Pekalongan mulai melaju kencang, di sinilah Bisma melancarkan aksinya. Ia dengan pelan menarik koper mahal laki-laki itu ke belakang lalu menurunkannya di kursi miliknya. Tak lupa ia juga menggeser koper miliknya ke depan, tepat di atas tempat duduk laki-laki itu.

Ini saatnya! Kerta sudah tiba di Stasiun Semarang. Bisma melancarkan aksinya dengan meninggalkan koper miliknya. Koper yang berisi barang-barang elektronik yang masih bisa digunakan namun sudah tidak ia pakai. Ia segera turun lalu mencari tempat untuk membuka isi koper yang ia tukar. Bisma sangat terkejut ketika melihat isinya. Alih-alih mendapatkan barang-barang bagus, ternyata isi koper itu hanya baju-baju bekas yang bau. Tak sebanding dengan barang-barang elektronik yang ia tinggalkan.

~SELESAI~

3.1K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction