BOIM

“Nama ku MUHAMMAD IBRAHIM, biasa dipanggil BOIM. aku anak pesantren di kampung ini, kalau di tanyak tentang agama aku ahlinya, sholat aja gak pernah tinggal, apalagi berbuat baik aku jagonya. Bukannya sombong.. eh, tapi memang sombong deng.

Aku punya masalah cukup serius, kalau di bilang malu bahkan lebih dari itu. seandainya kelen jadi aku bagaimana menjelaskannya. Aku punya pacar, ya bisa di bilang seperti itu sih, meskipun dalam islam gadak yang namanya pacaran, tapi aku memang punya, namanya ZAHRA. Orangnya cantik dan pandai bergaya, hijabnya selalu berbeda kreasi setiap harinya, sifatnya agak ketus, gilanya lagi dia adalah anak kyai besar pemilik pesantren ini. Hmm. Aku mantapkan?? Hidupku sangat penuh dengan keberkahan dan lurus-lurus aja. Biasanya selepas ashar aku selalu menjumpainya di rumah kyai. Datang dengan sopan, pulang pun sopan, selalu pamit dan cium tangan kyai. Suatu sore ketika apel, ZAHRA pernah berkata seperti ini kepada ku”

ZAHRA, “Bang BOIM, adek pengen sekali-kali liat abang datang pake celana jeans kayak cowok-cowok kebanyakan, kan keren bang, ini masa selalu datang pake saruuung.. kan gak keren. Lama-lama ZAHRA males liat abang iiihh..”

BOIM, “lah gimana lagi, kan abang kesehariannya di pesantren aja, emang pake sarung dong, adapun celana ya celana cingkrang kek punya ustadz-ustadz yang lain, emang mau abang pake itu??”

ZAHRA, “Pokoknya adek gamau tau ya.. besok abang datang mesti pake celana jeans, kalo gak adek ngambek gamau ketemu abang lagi”

BOIM, “hmm.. iya iyaa.. yauda abang pamit dulu, udah mau magrib nih”

ZAHRA, “iya abang ganteng.. jangan lupa besok ya.. hihihii..”

BOIM, “kyai, saya ke mesjid dulu ya”

PAK KYAI, "Hmm.. hati-hati, jangan lupa azan”

BOIM, “Iya pak.. assalamualaikum”

PAK KYAI, “walaikumsalam”

KEESOKAN HARINYA

“Besoknya aku beli celana jeans di pasar, kalau dipikir-pikir aku memang sering pakai sarung, selain simpel juga terkesan nyaman, maklumlah anak pesantren, aku gak biasa pakai celana yang beginian, tapi demi ZAHRA cintaku, aku rela berubah haluan dari pakai sarung berubah memakai celana jeans. Setibanya di kamar aku langsung mencoba celana, sialnya celana tersebut kepanjangan 10cm, jadi ku gunting ujungnya dan ku jahit kembali.

Maksud hati ingin buat kejutan untuk ZAHRA, jadi kupakai celana itu lalu ku pakai juga sarung ku, buat aja dia ngambek dulu dengan melihat sarungku, setelah itu baru kutunjukkan celana ini, hehe..

Selepas ashar dengan bangganya aku berjalan menuju rumah kyai, di tengah perjalanan tiba-tiba perut ku mules ingin buang air besar, spontan aku balik lagi ke kamar mandi mesjid. Singkat cerita, aku memakai sarung, bergegas lari kerumah kyai. Karena kebiasaan memakai sarung aku lupa memakai celana jeansnya. Sesampainya di rumah kyai, ZAHRA telah berdiri menunggu di teras rumah, di sudut teras ada kyai lagi minum kopi”

ZAHRA, “Kok lama sih bang?? Kok gapake jeans??”

Aku berdiri tepat di depan ZAHRA, aku sengaja tidak menjawab pertanyaannya, dengan senyum seketika kuangkat sarungku keatas tinggi-tinggi dan berkata.

“Kejutaaaann!! Liat yang ada dibalik sarung abang”

ZAHRA langsung menjerit histeris dan menutup mukanya. Kyai yang melihatnya seketika menyemburkan kopi yang diminumnya.

KYAI, “Gilak IM, panjang amat”

BOIM, “hehe.. iya pak, itupun tadi saya gunting 10cm di rumah”

3 disukai 1 komentar 5.2K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Ngga pake CD??? 🤣🤣🤣
Saran Flash Fiction