Tong Ngin Fan Ngin Jit Jong

Bangka, Mei 1998.

Di depan layar televisi yang menyala dan tengah mengabarkan berita kerusuhan di ibukota, Syahdan menggenggam erat tangan sahabatnya, Akew, yang sedang gemetar hebat.

“Tenang, Kew. Di sini kite semue bersaudare[1]...

(Sebagian cerita disembunyikan)

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1,000
7 disukai 1 komentar 6.1K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Judul yang unik 😊
Saran Flash Fiction