Bigger Than Us
Selama 6 tahun, Melati yang berusia 18 tahun berjuang melawan polusi plastik yang melanda negaranya, Indonesia. Melati Wijsen berkeliling dunia untuk bertemu dengan para aktivis muda yang telah membantu dunia dengan ketekunan dan ketidakegoisan mereka. Dia ingin memahami bagaimana mempertahankan dan melanjutkan aksinya. Dari Rio hingga Malawi, dari Lesbos hingga Colorado, Rene, Mary, Xiu, Memory, Mohamad, dan Winnie mengungkapkan kepada kita dunia yang luar biasa, yaitu komitmen untuk lebih dari diri sendiri. Sementara semuanya tampak atau telah runtuh, pemuda ini menunjukkan kepada kita bagaimana cara hidup. Dan apa artinya berada di dunia saat ini.
"Bigger Than Us memaparkan berbagai krisis dan tantangan yang dihadapi generasi muda. Tak hanya lewat visual. Tapi juga dengan data. Tentang jumlah pengungsi, keterbatasan lahan dan pangan, area-area yang terancam tenggelam pada 2050, hingga jumlah wartawan yang tewas setiap tahun. Alih-alih stres dan overthinking oleh masalah-masalah dunia itu, Melati dan teman-teman aktivisnya menjadi secercah harapan. Mereka bekerja nyata membuat perubahan." – Retna Christa, Harian Disway
"Alih-alih kewalahan oleh dunia di sekitar mereka, Melati dan rekan-rekan aktivisnya digambarkan sebagai mercusuar harapan." – Allan Hunter, Screen Daily
"Tema patriarki, kapitalisme, dan supremasi kulit putih muncul sebagai beberapa hal negatif terbesar dari film tersebut. Namun, ini juga menunjukkan bahwa inisiatif pemuda tidak terisolasi, ada konsensus generasi yang nyata." – Frédéric Ponsard, Euro News
"Bigger Than Us, menggunakan individu untuk menunjukkan bagaimana anak muda di seluruh dunia melangkah masuk–seringkali melawan oposisi yang kuat–pihak berwenang. Tapi cerita mereka bukan hanya tentang perlawanan, atau berani berharap lebih, ini tentang kebutuhan manusia yang sederhana untuk menjadi bagian dari kelompok, serta penyebab yang lebih besar, dan bagaimana keduanya bisa tumpang tindih." – Sunil Chauhan, Eye for Film