Disukai
3
Dilihat
1629
MISTERI PETI KACA
Horor

Pratinjau :

Setelah mengucapkan janji dihadapan pusara Elina, membuat merinding siapapun mendengarnya. Savian bergegas mempersiapkan segala sesuatunya untuk satu misi;

Mengambil jenazah Elina untuk dibawa pulang tengah malam nanti

*****

Tengah malam buta, empat sosok pria separuh baya sedang melakukan sesuatu!

"Bisa lebih cepat pak! Takutnya keburu ketahuan orang. Nanti saya tambahin upahnya."

Perintah anak muda sembari memegang senter diarahkan ke dalam lobang, sudah satu meter tergali. Sekelebat cahaya rembulan menerpa wajahnya, nampak tegang luar biasa. Penuh was was.

"Iya iya, sebentar lagi." Jawab salah satu tukang gali ditemuinya tadi sore di perampatan lampu merah. Nongkrong di trotoar menjajakan jasanya berbekal pengki, dan pacul.

Tapi bukan menggali parit, seperti orderan biasa mereka dapatkan, melainkan ini luar biasa! Menggali kuburan!

Iya, menggali kuburan! Seumur-umur baru pertama kalinya ini mereka mendapat orderan njeleneh, tidak biasa.

Tapi apa boleh buat. Dikarenakan sudah lima hari mereka 'zong' alias kosong, tidak ada tawaran satupun meminta jasanya. Di tambah iming iming bayaran gede bakal diterima. Mau saja mereka menerima pekerjaan gila ini.

"Itu sudah kelihatan petinya! Hati hati pak jangan sampai mengenainya! Buka pelan pelan petinya, tidak usah takut baru tadi siang dikuburnya masih segar jasadnya."

Setelah peti terbuka, tampak terbaring sosok wanita terbujur mengenakan dress putih terusan sampai menutupi mahkota rambutnya. Bak pengantin.

Sepasang bola matanya terpejam, kedua tangan menyilang menggengggam sekuntum bunga mawar harum semerbak.

Wajah dan gaunnya ternoda tersiram tumpahan tanah galian, menutupi aura kecantikannya.

Bergetar sekujur tubuh ketika membobong jasad wanita muda dimasukkan ke dalam jok belakang mobil, setelah diangkat dari dalam peti mati liang kubur.

Sial! ... Ulahnya ketahuan, Penjaga kubur memergokinya! Ketika melihat beberapa orang mencurigakan.

"Hey! ... Sedang apa kalian! .... Kenapa dibongkar kuburannya. Apa yang mau kalian curi!"

Keempatnya terkejut bukan main, apa lagi sosok pemuda baru saja mengambil jasad wanita.

"Apa apaan ini! Kenapa petinya kosong! .... Kalian semua pasti pencurinya, akan saya laporkan ke polisi dan semua warga disini!" 

"Jangan jangan pak! .... Kita damai saja, memang saya yang mengambilnya." Sambil menyodorkan segepok uang ratusan kepenjaga kuburan itu.

Tidak terima menerima sogokan terus menghardik berteriak keras, agar didengar warga lain.

"Kamu sudah gila ya! .... Untuk apa kamu lakukan ini? Kembalikan ketempatnya!" Sambil mengancam dengan goloknya.

Panik dengan situasi seperti ini membuat ketiga kuli bangunan bergetar ketakutan. Takut akan kedatangan warga mendengar teriakan penjaga kuburan. Bisa mati konyol.

Terus berteriak memarahi sosok pemuda mengaku mengambil jenazah di dalam peti. Situasi menjadi tegang. Sogokan tidak mempan. Penjaga kuburan bertekad akan meringkus pemuda itu, juga ketiga kuli galian ikut bersekongkol

Dalam suasana genting ini, membuat salah satu kuli galian gelap mata, berani berbuat nekat. Mengahantamkan paculnya, tepat mengenai kepala belakang penjaga kuburan itu. Tersungkur, langsung diam tidak bergerak lagi!

Melihat kejadian ini terkejut semua. Apa lagi anak muda tadi, barusan dimaki habis-habisan. Raut ketegangan terlihat jelas.

Namun mampu menguasai diri. Tidak perlu diperdebatkan atas kejadian di luar rencana ini. Tukang kuli bangunan itu tidak salah. Harus bertindak cepat!

"Kalian mau ditangkap polisi atau dikeroyok warga setempat!

Masukkan orang ini keliang kubur! Setelah itu kita rapikan seperti semula. Jangan banyak bengong. Kerjakan sekarang!" Perintah sosok pemuda dengan tegas.

Bagaikan kerbau dicucuk hidungnya, tidak ada pilihan lain. Selain mengikuti perintah dari pada bakalan masuk jeruji penjara, atau bonyok dikeroyok masa.

Bergegas memasukkan penjaga kuburan malang itu kedalam peti mati, tadinya ditempati jasad seorang gadis muda baru saja diambilnya.

Beramai menimbun dengan tanah kembali sebelum azan pagi menggema dipelosok pemukiman. Kemudian merapikannya seperti sediakala, seperti layaknya pemakaman siang tadi.

Ditaburkanya lagi bunga warna warni diatas gundukan tanah merah masih basah. Menancapkan papan nisan.

Papan nisan itu bertuliskan ;

RIP 

ELINA JUANITA

29 - 09 - 1999 

29 - 09 - 2022

Tapi sekarang bukan 'Elina Juanita' beristirahat tenang di bawah pusaranya. Melainkan sosok orang lain tidak diketahui namanya menggantikannya!

Elina telah dipindahkan ke kotak kaca. Sekarang berada dikamar Savian!

******

Flashback

Pemuda bernama Savian memiliki karir cemerlang. Tergila-gila jatuh hati pada seorang wanita telah direkrutnya menjadi sekretaris diperusahaan ditempatinya.

Kala itu tumpukkan map lamaran menggunung disortirnya. Berpuluh map sudah dilihat, dibaca. Tidak ada satupun berkenan di hati.

Sampai pada sebuah map berwarna kuning hampir saja dicampakkan di bawah lantai. Namun urung dilakukan, tertegun pada sebuah pas photo 4x6 hitam putih, menyembul dibalik map kuning.

Seperti tersihir melihat photo itu, berkali ditatapnya. Kemudian dibukanya isi dalam map. Beberapa berkas ijazah berikut surat lamaran terlampir.

Tertulis nama; 'Elina Juanita' Nama yang bagus tidak pasaran, agak unik terdengar.

Terlahir di Karanganyar, memiliki ijazah D3 Akuntansi menguasai word dan exel. Sudah cukup memenuhi syarat. 

Tapi yang lebih menarik perhatiaanya, pas photo terselip diujung kanan atas pada lembar surat lamarannya.

Entah apanya yang menarik, banyak yang lebih cantik dari berkas lamaran dilihat sebelumnya.

Savian sudah menemukan pilihannya, tapi supaya lebih afdol dipilih tiga lagi calon pelamar lainnya, Akan dihubungi satu persatu untuk di interview pada keesokan harinya.

Sudah diduga pilihannya jatuh pada 'Elina Juanita,' meskipun kandidat lain tidak kalah berbobot. Bahkan lebih pintar dan cantik dari Elina.

Banyak yang protes atas keputusan dibuat Savian.

 "Kenapa yang itu, bukan yang ini." Bermacam argumen disampaikan.

Keputusan ada ditangan Savian. Dirinya telah diberi mandat oleh atasan, memilih salah satu dari empat calon dipilih.

Rupanya Savian telah dibuat jatuh hati pada awal pertama, hanya dengan melihat pas photo saja. Apa lagi setelah mewancarainya langsung.

Elina memang cantik tapi tidak terlalu banget, tapi enak dilihat dan diajak bicara. Sedikit ganjen menggoda, berambut pendek bergelombang.

Memiliki tubuh ramping berkulit putih terkesan agak kurus, dari perut kebawah tidak sexy banget. Saat ini berumur dua puluh tiga tahun. Cukup dewasa.

Dibalik kelebihan dan kekurangannya, di mata Savian tidak ada yang lebih menarik dari ketiga saingannya. Selain; Elina Juanita!

Seiring berjalan Elina mampu menunjukkan jati dirinya, penampilannya lebih cantik, dan modis. Kini ia menjadi primadona dikantor. Banyak pria lain berebut untuk menarik perhatiaanya. Ada saja dilakukan oleh mereka mereka.

Mengajak lunch, dinner, pergi ke tempat clubbing. Sepertinya mereka sengaja ingin memanas-manasi Savian. Karena semua orang di kantor sudah tahu, bagaimana tergila-gilanya Savian pada Elina. Sampai sampai saat berangkat kerja, khusus diantar jemput dengan mobil oleh Savian sendiri.

Karena itu Savian banyak dimusuhi rekan kerjanya sejak kehadiran Elina. Meskipun Savian memiliki prestasi kerja yang bagus. 

Namun sepak terjang berlebihan Savian untuk mendapatkan Elina berujung petaka baginya. Gayung tak bersambut!

Elina bertepuk sebelah tangan, Cinta menggebu Savian tidak direspon, malah sering menyakiti terang-terangan dihadapan rekan kerjanya. 

Savian merasa Elina adalah miliknya, telah memilih, dan merekrut menjadi sekretaris. Menjadikan nasib Elina berubah, tadinya hanya bekerja di perusahaan kecil. Sekarang bergabung di perusahaan besar ternama.

Lebih lebih map lamaran Elina sudah hampir setahun mengendap, tidak ada yang meliriknya. Kecuali Savian.

Tidak membuat Elina jatuh hati padanya, malah pernah menyinggung bukan jasanya. Tapi atasannya yang menentukan.

Berkali dibuat sakit hati, pernah sekali waktu ditinggal begitu saja, ketika Savian mengajak makan bersama di restoran terkenal. Padahal baru saja makanan mahal tersaji, tidak secuilpun dicoba. Langsung pamit begitu saja, ketika seorang pria lain menghubungi diponselnya.

Cinta memang buta, membutakan Savian. Berbagai cara dilakukan agar Elina mau menerima menjadi kekasihnya. 

Temannya pernah menasehati.

"Vian, kenapa kamu ngejar ngejar Elina, dia itu nggak sayang sama kamu. Lagian dia itu bukan type wanita setia, mudah tertarik dengan laki laki lain. Kecuali samamu!

Sadar nggak sih? Banyak wanita lain lebih baik dari dia. ... Come on bro! Jangan sia siakan karirmu, hanya karna sosok Elina itu."

Nasehat temannya tidak digubrisnya, malah lebih sering mengunjingi rumah Elina. Kalau tidak, menelponnya setiap malam.

Suatu saat Elina mengutarakan sesuatu ketika Savian datang kerumahnya.

"Bisa nggak, mulai besok tidak usah datang lagi kerumah, aku nggak enak sama pacarku."

Terpukul untuk kesekian kalinya, tapi kali ini lebih menyesakkan. Tidak boleh lagi mengunjungi rumahnya.

Savian tahu Elina memang sering mengaku sudah punya cowok, sering kali didengar diutarakan Elina pada setiap kesempatan. Tapi sepertinya Savian tidak perduli, tidak rela Elina dimiliki orang lain.

Harus bisa merebutnya dari siapapun. Sudah banyak pengorbanan dilakukan untuk bisa mendapatkannya. Bahkan karirnyapun dipertaruhkan.

Luar biasa memang perhatian dan cintanya begitu mendalam kepada Elina. Namun sayang berakhir tragis.

Ujung ujungnya Savian dimutasi oleh atasannya ke lokasi proyek lebih jauh. Agar tidak bisa bertemu dengan Elina lagi. Rupanya semua bersekongkol menjauhkan dirinya dari Elina.

Pada hari terakhir perpisahannya, Savian mengajak Elina kesebuah taman kota ditaburi lampu warna warni gemerlap, serta air mancur bisa menari gemulai mengikuti irama.

Kali ini Elina baru ada perhatian, mungkin kasihan mendengar Savian akan di mutasi. Apa lagi baru saja mengutarakan habis habisan isi hatinya. Tidak ingin berpisah jauh dari Elina, apapun yang terjadi.

"Sejujurnya awalnya saya suka sama kamu, tapi karena caramu yang berlebihan Elina jadi berubah pikiran."

Savian tidak bisa mengelak dari kenyataan. la sendiri juga tidak habis pikir, kenapa begitu mengidolakan Elina. Mungkin karena sering ditolak, disakiti oleh Elina malah semakin menggebu.

Baru kali ini Savian merasakan cinta sesungguhnya pada seorang wanita. Banyak wanita lain pernah jatuh hati padanya. Tapi tidak seistimewa yang ada pada diri Elina.

Cinta sesungguhnya memang datang ketika kita ditolak berkali. Akan mendoakan yang terbaik, meskipun terang-terangan berpaling pada orang lain.

Dibuatkan syair lagu "Cinta tidak selamanya bersatu" Ungkapan usang sekedar menutupi rasa pilu dan patah hati dirasakan.

Sungguh sulit dicerna, tapi seperti itu dialami Savian! Juga kalian pastinya. Jangan tidak mengaku.

Mungkin cerita ini akan berakhir ketika Savian benar benar akan dimutasi besok. Setidaknya lambat laun bisa melupakan Elina.

Namun takdir berkata lain, sikap Elina terkesan melunak, mengaku sebenarnya menyukai dirinya. Ketika berdua di taman, menjadi semakin terobsesi untuk dapat memiliki Elina dengan segala cara.

Namun sekarang tidak banyak bisa dilakukan, sudah terpisah ratusan kilo meter jauhnya. Tidak bisa lagi melihat wajah Elina setiap harinya. Kejam sekali teman teman dan atasannya, kompak menyingkirkannya.

Rindu semakin memuncak, terbakar rasa cemburu hebat, bakal ada laki laki lain akan mendapatkannya.

Sampai pada suatu ketika sedang makan siang, belum satu bulan ditempat kerja yang baru. Menerima kabar mengejutkan!

Elina mengalami kecelakaan!

Diberitakan kendaraan proyek ditumpangi bersama tiga rekan kerjanya menabrak tebing. Akibat rem blong!

Tidak ada yang selamat! Termasuk Elina sendiri, meninggal di jok depan mobil, meskipun tidak ada cidera apapun dialaminya. 

Melainkan tidak bisa bernapas, ketika 'Airbag' didepannya mengembang tiba tiba menekan, menjepit kuat wajah dan dadanya! Bisa jadi karena sabuk pengaman tidak digunakan.

Bagaikan disambar petir Savian mendengar kabar duka itu. Menangis sesunggukan bagaikan anak kecil. Bertekad akan kesana! Kabarnya besok siang akan dimakamkan

Tidak sekedar ingin melayat Elina, tapi punya rencana. gila. Sudah direncanakan dan dipikir matang

Ketika semua keperluan sudah didapat. Bagaikan orang kesurupan memacu mobil sekencang-kencangnya untuk segera menemui Elina. Butuh waktu delapan jam untuk sampai kerumah Elina.

Pukul sebelas siang keesokan harinya baru tiba dirumah Elina, Sepi tidak ada orang, rupanya siang ini juga Elina sudah dimakamkan. Tidak jauh dari rumah tempat tinggal kakaknya. Didiami Elina selama ini.

Bergegas menuju kesana tidak perduli lapar, letih mendera, sampai disana prosesi pemakaman hampir selesai! 

Bersandar pada sebuah batang pohon rimbun, melihat dari kejauhan dengan tubuh bergetar hebat.

Ketika semua pelayat sudah pergi tidak ada orang lain lagi, segera berlari bersimpuh didepan makam Elina. Air matanya mengalir deras.

Meremas bunga berserak diatas pusaranya sampai menetes sari bunga disela-sela jarinya, sambil memandang bingkai foto Elina melekat di papan nisan.

Hancur sehancurnya perasaan Savian saat ini, menghadapi kenyataan. Elina Juanita begitu didambakannya sudah tiada lagi!

"Elin, .. kamu tidak boleh ada disini, dibawah gelap gulita, tidak ada siapa siapa menemanimu. 

Kamu tidak pantas mendiami tempat ini. Savian berjanji akan membawamu pulang malam nanti. Tinggal dirumah saja. Savian akan menemanimu sepanjang hari sepanjang malam, agar kamu tidak kesepian. ... Mau khan sayang?"

Setelah mengucapkan janji dihadapan pusara Elina, membuat merinding siapapun mendengarnya. Savian bergegas mempersiapkan segala sesuatunya untuk satu misi;

Mengambil jenazah Elina untuk dibawa pulang tengah malam nanti!

Savian tidak rela, tidak tega. Membayangkan seseorang yang begitu dicintainya terkubur di dalam tanah sendirian.

******

Setelah pusara Elina dirapikan seperti semula. Rangkaian bunga ditabur di tata apik kembali, seolah tidak terjadi apa apa.

Tidak akan ada orang mengira, jasad Elina telah tergantikan orang lain!

Ketiga kuli galian diperintahkan untuk segera meninggalkan tempat ini, setelah diberi upah sesuai yang dijanjikannya. Memperingatkan untuk tidak membocorkan rahasia ini, kalau tidak ingin masuk penjara.

Tidak memikirkan lebih jauh lagi nasib penjaga kuburan, semua sudah terjadi.

Rencana membawa pulang Elina telah separuh berhasil. Sekarang Savian telah dibelakang kemudi kembali. 

Dengan raut wajah tegang, perlahan keluar dari pintu gerbang pemakaman. Beruntung tidak seorangpun melihat, kecuali penjaga kuburan tadi. Hampir saja menggagalkan rencananya.

Melihat kebelakang, Elina terbujur di jok belakang dalam keadaan berantakan, banyak noda tanah mengotori sekujur tubuhnya. Berencana akan merapikannya setelah tiba dirumah.

Setelah melewati pintu gerbang, langsung tancap gas menuju pintu tol menuju rumahnya. Dua jam sampai.

Lima tahun lalu Savian telah membeli rumah dipedesaan pinggir kota. Namun jarang ditempatinya, karena sepi tidak banyak rumah penduduk disekitarnya.

Rumah dibelinya berada diatas perbukitan asiri, dihiasi pepohonan cemara dan persawahan terhampar luas dibawah rumahnya. 

Bagi Savian Elina lebih layak tinggal dirumahnya, dari pada sendirian di dalam peti lobang tanah mengerikan.

Kasihan, ... tidak rela Elina terkubur di dalam tanah. Hal itu yang membulatkan tekad Savian untuk menyelamatkan Elina, kemudian membawa pulang kerumah. 

Menjelang azan pagi tiba Savian telah sampai dirumahnya. Tidak ada satupun warga sekitar mencurigai, lagian tetangga kiri kanan berjauhan jaraknya.

Dengan leluasa membopong Elina masuk dalam kamar, meletakkan di meja telah dipersiapkan. Segala peralatan dan cairan untuk mengawetkan jasad elina sudah dikeluarkan di bagasi belakang mobil.

Peti kaca juga sudah diantar kerumah tadi sore oleh tukang lemari telah dipesan sebelumnya.

Semua telah direncanakan dipersiapkan sejak pertama mendengar berita duka. Mempelajari segala seluk beluk proses pembalseman melalui internet, membeli segala sesuatunya sebelum menjemput Elina.

Luar biasa! .... Dengan segala keterbatasan waktu, Sevian mampu melakukan ini semua. Tidak ada yang membantu, kecuali ketiga kuli galian telah berjasa melancarkan usaha membawa Elina pulang.

Meskipun telah terjadi insiden fatal di luar dugaan. Penjaga kuburan menjadi tumbalnya!

Selama tidak ada orang lain warga setempat mengetahui kejadian semalam. Tidak ada yang menyangka, bahwasanya penjaga kuburan hilang dicari-cari orang sekampung. Sekarang berada dibawah pusara seorang wanita, siang sebelumnya telah dikebumikan!

Ketiga kuli galian terlibat langsung pada saat kejadian itu, tidak mungkin juga akan membocorkan.

'Ah, terserah apa yang akan mereka lakukan, mau menyerahkan diri ke pihak berwajib. Atau menyelamatkan diri masing masing." Savian berguman sendiri.

Tidak memperdulikan semua itu, saat ini dia sedang sibuk membalsem Elina. Kemudian nanti akan meriasnya secantik mungkin, seolah seperti hidup kembali.

Kharisma sosok Elina begitu kuat merasuk dihati sanubarinya, mampu mengalahkan nalar, akal sehat dan rasa takut.

Setelah berjam lamanya melakukan pekerjaan yang diinginkan. Kini terlihat hasilnya. Elina kembali seperti aslinya. Cantik mempesona seperti pertama kali Savian mengenalnya.

*****

Kini savian bisa menatap Elina sepuasnya setiap hari, berbicara mengutarakan segala isi hati terpendam. Mungkin belum didengar oleh Elina sebelumnya.

Elina memang tidak pernah mendengar dan bisa menjawabnya.

Karena ia sekarang berada didalam peti kotak kaca, dengan pandangan mata kosong. Menatap tajam Savian!

Savian telah merengut tempat peristirahatan terakhir yang semestinya ditempati. 

Sosok gadis cantik dalam peti kaca itu tidak bisa lagi kembali ketempat asalnya. 

Dikarenakan rumah peristirahatan abadinya. Telah dicemari, ditempati orang lain tidak dikenalinya!

Tidak sepantasnya juga terkurung dalam peti kaca ini. Menyalahi kodrat! Semua sudah terlambat. Iapun tidak menginginkan kembali kesana!

Savian harus mempertanggungjawabkannya!

Kelelahan mendera sedari siang malam tadi dirasakan, tidak lagi bisa diajak berdamai. Sejatinya Masih ingin berlama menatap, bercengkerama dengan pujaan hatinya di dalam kamar.

Terpejam dengan sendirinya, tertidur pulas. Tersenyum bahagia dalam kepuasan semu.

Berkali suara azan berkumandang, kokok ayam memanggil tidak didengarnya.

Baru terbangun kembali pada pagi keesokan harinya, hampir dua puluh empat jam Savian tertidur karena terlalu cape.

Elina masih ada ditempatnya, seakan tersenyum manis menyambut Savian terbangun.

"Selamat pagi sayang, bagaimana dengan tidurmu semalam. Mimpi indahkah? Bagaimana kalau pagi ini kita sarapan roti panggang bertabur coklat kesukaanmu."

Ada soup macaroni balogna cheese, akan menghangatkan tubuhmu. ... Sebentar Savian buatkan ya."

Beranjak bangun menuju ruang makan. Langkahnya terhenti didepan meja makan. 

Alangkah terkejutnya. Semua yang disebutkan tadi telah tersaji di meja makan! Merasa tidak membuatnya.

Tidak ada pembantu rumah tangga disini. Semua bahan makanan akan dibuatnya nanti masih terbungkus rapi. telah dikeluarkan dari bagasi mobil semalam. Tapi sekarang sudah terhidang didepannya!

"Mungkinkah Elina telah memasakanya sendiri, membuat soup, roti panggang ketika tengah terlelap tidur?"

Berharap seperti itu, Elina hidup kembali. Tapi itu tidak mungkin imposible banget. Kenyataannya memang demikian Elina masih tetap di dalam peti kaca, tanpa ada perubahan apa apa.

Hari demi hari ketika ia terbangun ada saja yang berubah, bahkan ada sisa makanan sepertinya baru saja disantap.

Siapa melakukan ini semua? 

Masih berpikir positif, mungkin Ibu Juminten pemilik warung diujung jalan sana yang merapikan, mengantarkan makanan disaat ia tertidur. Memang sering begitu ketika tahu Savian datang. Tapi, ... bukankah Ibu Juminten sudah lama pindah, warungnyapun sudah tidak ada lagi.

Pada hari ke lima sejak Elina menempati kamar Savian.

Tiba tiba ia terbangun tengah malam. Barusan mengalami mimpi buruk menakutan, seperti ada seseorang mencekiknya. Membuat ia gelagapan terbangun. Beruntung hanya mimpi saja

Suasana dalam kamar tamaran, hanya lampu tidur bernuansa biru menerangi, menyapu seluruh dinding kamar.

Merasa lega terbangun dari mimpi buruk. Berniat ingin menceritakan kepada Elina.

Memang seperti itu sehari-hari Savian lakukan, selalu ngobrol, bercengkrama dengan Elina. Merasa bahagia sekali bisa melakukan itu. Memandang, menatap wajah Elina setiap hari. Tanpa ada seorangpun mengganggunya.

Namun kali ini Savian dibuat terkejut. Dilihatnya peti kaca itu, Tidak ada Elina didalamnya.

Hanya seleret cahaya biru menerobos sela sela daun kaca, ... Kosong! ... Sekarang sudah terbuka!

Dengan penuh rasa keingintahuan, mulai beranjak dari tempat tidurnya menuju kebelakang ruang makan. Perlahan membuka tirai memisahkan kamar tidurnya.

Cahaya lampu biru tamaram tidak mampu menembus ruang dalam, dimana ia biasa menggunakannya untuk ruang makan.

Menyalakan mancis dipegangnya untuk bisa meraih stop kontak berada tujuh langkah didepannya.

Langkahnya terhenti ketika melihat bayang bayang wujud wanita membelakangi, Sepertinya sedang melakukan sesuatu.

Sosok wanita itu mengenakan gaun panjang sampai kebawah mata kakinya, dengan rambut tergerai.

Cahaya api mancis dipegangnya memantul, menerawang lekuk tubuhnya yang sempurna dari balik gaun putih satin dikenakannya.

"Astaga! ... bukankah itu Elina!"

Jadi selama ini Elina melakukannya. ... Merapikan kamar, memasak makanan setiap paginya. Ia sekarang menjelma menjadi manusia seutuhnya."

Rasa haru, gembira dirasakannya hampir saja membuat Savian lupa diri, akan melompat, memeluk Elina seketika.

Namun Savian urung melakukan itu, akan membuat suprise! ... Melangkah perlahan sambil berjinjit mendekati Elina.

Berencana akan memeluk Elina dari belakang dengan mesra penuh gairah.

Sudah mendekat, merasakan bau harum semerbak. Kedua tangannya menjulur akan meraih, merangkul Elina. Sudah tidak sabaran.

"Elin, .... sedang apa kamu? Kenapa malam malam begini bangun? ... Ayo tidur lagi sayang, Savian akan temani" Sambil mendekap erat Elina tanpa ragu.

Seketika itu juga, sosok wanita bergaun satin putih berbalik, menghadap Savian.

Memperlihatkan wajah aslinya. Wajah hitam legam berkeriput tidak beraturan, menjulurkan lidah merah membara. 

Menyeringai dengan wajah seram. Mengeluarkan suara mengglegar. Jeritan menyayat hati. Menggema keseluruh ruangan!

Sementara tangan kanannya memegang pisau dapur, mengarah ulu hati Savian!

Terkejut! .... Diliputi rasa takut luar biasa, tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya. 

Berbalik, berlari sekencangnya, menghindari Elina, telah dirasuki roh jahat! Menyerang membabi buta

Berhasil meraih kunci mobil, berusaha kabur! Menghidupkan mobil, mundur kebelakang secepatnya. Pagar pintu tidak sempat dibuka ditabraknya dengan paksa. Hancur berantakan!

Di saat bersamaan, sosok Elina telah berubah wujud, menubruk kaca depan dengan tiba tiba! 

Kedua tangannya mencengkeram kaca depan kuat kuat, berusaha memecahkannya! Sambil menyeringai amat menakutkan!

Panik luar biasa! ... Mundur sekencangnya keluar pintu gerbang. Sampai di jalan melaju kencang kedepan. 

Zig zag ke kiri ke kanan. Berusaha menjatuhkan sosok mengerikan terus bergelayutan di kap depan mobil.

Suara decit roda menggerus aspal, berlomba dengan suara lengkingan menyayat hati. Menggema seantero kampung!

Tubuh bergaun putih satin, sekarang berubah menjadi merah darah, terombang ambing kesana kemari mengikuti zig zag mobil. Mencengkeram kuat tidak ingin melepaskannya, sampai dapat merengkuh Savian!

 Akhirnya jatuh terpelanting, terhempas ke aspal, ketika mobil sengaja dibenturkan ke pohon pinggir jalan. Meraung, merayap di lantai aspal berasap embun malam. Berusaha mengejar!

Namun sia sia. Savian berhasil melarikan diri menjauh dari mahluk kesetanan berniat menghabisinya!

*****

Kabut embun pagi memantulkan cahaya mentari, perlahan menyembul dibalik kaki langit.

Merenung seorang diri dipondok persawahan.

Savian tidak bisa memahami kejadian tadi malam. Mengapa Elina begitu dipujanya selama ini, berubah menjadi monster! 

Savian Bertekad ingin kembali kerumahnya lagi saat ini juga. Menemui Elina!

Savian punya rencana!

Tidak ada alasan untuk takut di pagi hari terang benderang ini.

Kembali memacu mobilnya menuju kerumahnya.

Sesampai dirumah mengendap masuk ke dalam. Menggenggam stang kunci kemudi untuk berjaga-jaga.

Tidak ada yang aneh, semua sudah rapi kembali. Tidak berantakan seperti diperkirakan.

Yang lebih mencengangkan lagi. Elina masih ada dikamarnya. Berdiri manis dibalik peti kaca. nampak lebih cantik tidak seseram tadi malam.

Sepertinya Elina ingin sendirian disini. Tidak menyukai dirinya berada ditempat ini. Savian menyadari.

Berencana akan meninggalkan rumahnya, walaupun dengan rasa berat hati. Tapi mengikhlaskan Elina tinggal disini selamanya.

Namun tidak menempatkan Elina didalam kamarnya lagi. Melainkan memindahkannya di kamar kosong gudang belakang. Kemudian menguncinya.

Mobil bergerak meninggalkan halaman rumahnya. Berhenti sejenak. Mengambil papan bertulis telah disiapkan, diletakkan di depan pagar rumahnya.

Papan itu bertuliskan;

RUMAH INI DI JUAL

HUB : 081xxxxxxxxxx

Seminggu kemudian Savian melihat berita di televisi.

Dua orang pencuri specialis menyatroni rumah kosong tewas mengenaskan!

Tergeletak dijalanan aspal. Seratus meter dari halaman depan rumahnya! 

Kematian tragis kedua pencuri malang itu menjadi misteri. Pihak berwajib tidak bisa membongkar, menemukan pelakunya sampai sekarang.

Savian tersenyum kecut. Ia tahu siapa pelakunya!

             - The End -

      

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
You're welcome.
Thanks Darma!
Wah mister. @semangat123 dan @alifanar tengok ini. Mister i
Rekomendasi