Disukai
2
Dilihat
1176
HARI INI AKU BERBEDA
Drama

HARI INI AKU BERBEDA

Setiap hari tampak sama. Semua yang aku lakukan nyaris tidak pernah menghadirkan perbedaan. Aroma teh, sarapan yang tak seberapa dari sepotong kue, juga pakaian yang aku kenakan dalam keseharianku, benar-benar seadanya tapi tidak mau kusebut apa adanya. Terutama si sisi lainku. Ia mengatakannya sebagai keterbatasan. Segala yang aku punya terbatas. Dan itu membatasi keadaanku. Maka batasan adalah sebuah keterbatasan bagiku. Keterbatasan menjadi sebuah belenggu bahkan penjara bagi gerakku, juga bagi kehidupanku. Penjara yang kubuat sendiri.

Setiap hari memang akan terus tampak sama. Langkahku. Tujuanku. Apa yang aku lakukan dan aku kerjakan pun terus menerus berada di dalam lingkaran keterbatasan itu. Melelahkan dan memaksa kesedihan berkuasa. Tapi aku tidak bisa menghancurkannya. Belenggu itu berasal dari diriku sendiri. Diriku yang tampak sama karena selalu sama. Diriku yang tidak bisa apa-apa dan tidak pernah mencoba untuk keluar dari lingkaran itu dengan alasan yang sulit untuk aku ungkap kan. Selama ini aku menyimpannya. Begitu mempercayai keraguanku. Terlalu berdamai dengan rasa takutku. Dan mematuhi ketidakberdayaan yang menjajahku. Keterbatasanku telah membuatku berada pada lingkaran kebodohan. Lalu lingkaran kelemahan dan lingkaran-lingkaran lain yang lebih kompleks. Semuanya menjadi sebuah belenggu. Belenggu rumit yang bernama sisi lain dari diriku.

Pagi datang lagi. Hari akan dimulai lagi. Benakku tahu hariku akan kembali sama. Namun doa ibu dan bapak setiap harinya adalah kebutuhan utamaku. Yang tidak bisa dipisahkan dariku oleh sisi lain diriku dari sisi mana pun. Aku sangat percaya. Sangat meyakini. Doa mereka lah yang membawaku pada kebahagiaan sekali pun dalam belenggu yang tidak pernah kulepaskan. 

"Jangan pernah menyerah anakku! Tetap lah seperti ini setiap harimu!" Suara bapak mendatangkan harapan yang pudar dan terhapus kemarin oleh rasa lelahku. Begitu pula dengan tatapan ibu dan genggaman tangannya. Kembali menjadi kekuatanku yang sempat menghilang. Lalu aku berangkat kerja setelah pamit dan dibekali doa oleh mereka. Aku tidak akan meninggalkan pekerjaanku meski pun orang tuaku memintanya. Tapi justru sebaliknya. Mereka malah mendukungku untuk tidak menyerah dan berhenti dari pekerjaanku. Beliau berdua selalu berkata padaku, keterbatasan yang aku rasakan dan aku pernah utarakan pada mereka itu hanya lah sebuah kesalahan dari pemahamanku. Apa yang kudapatkan dari pekerjaanku yakni hasil alias uang itu tidak lah pantas kusebut terbatas atau kurang. Tuhan selalu mencukupkan apa yang kita dapatkan. Jangan sampai kau lupa untuk bersyukur! Jangan pernah merasa kurang. Karena kurang itu hanya lah dari napsumu. Napsu tidak akan pernah merasa cukup. Begitu lah ibu dan bapak setiap hari mengingatkanku. Ucapan mereka terngiang selalu sehingga menguatkanku. Aku dan tekadku harus tetap lah aku yang sekarang. Setiap hari aku harus sama. Tetap seperti ini. Segelas teh dalam sarapanku yang kadang tanpa gula, dan sepotong kue. Beberapa potong pakaian yang hampir tiap hari jadwal harinya nyaris sama kukenakan. Lima potong pakaian itu akan dipakai hari senin hingga jum'at. Dan yang dipakai di hari senin akan kembali dipakai di hari sabtu. Begitu seterusnya. Lalu tentang makanan, tidak akan jauh berbeda keadaannya. Aku makan sangat seadanya dan kadang tanpa lauk. Namun aku terbiasa menjalaninya. Tak lagi terbebani oleh ketidakpuasan. Bukan kah aku sudah memilih sebuah pilihan bahkan aku sudah punya tujuan? Aku disini untuk menyambung hidup dan menjalaninya tanpa materi sebagai prioritasnya. Aku menjalaninya dengan tujuan terbaik yang telah kupilih dan menjadi harapan terindah kedua orang tuaku. Yaitu hidup yang harus dijalani dengan rasa syukur sekali pun aku tidak memiliki apa-apa dan aku ternyata bisa.

Namun ada kenyataan lain yang tersembunyi. Rasa lelah yang kuabaikan. Rasa sedih yang tidak pernah kuanggap ada mereka semua menggentayangiku. Diam-diam membayangiku. Kadang aku merasakan keberadaan mereka. Tapi aku berhasil menghadapi mereka semua dan mengusirnya dari hari-hariku. Akhirnya aku setiap hari kembali sama. Berada pada keterbatasan yang aku cintai. Belenggu itu adalah temanku. Hanya sisi lainku yang selama ini membencinya begitu sering memaksaku untuk melepaskannya. Dan tentu saja aku tidak mau. Cinta adalah cinta. Tidak akan bisa diputus kan atau dihentikan begitu saja. 

Mencintai keadaan terasa tidak sama dengan mencintai tujuan. Keduanya mulai menjadi berbeda. Sejak sisi lainku membawa begitu banyak begitu alasan untuk menghantui pikiranku. Mengusik pilihan yang terus kujalani hingga hari ini. Ia membenci keadaanku. Ia tahu keadaan seperti itu buruk dan menyedihkan. Sejak kapan masa depan dimulai dari keterbatasan dan keindahan terjadi dari penderitaan? Ia bertanya padaku. Memasuki benakku tanpa seizinku. Ia berang lalu murka. Ia menunjukkan kemarahannya yang sangat besar terhadap kebodohanku. Ia percaya, jika aku berusaha lebih keras lagi dan mau berubah. Aku akan berada pada keadaan dan keindahan yang sesungguhnya. Ia teramat ingin aku mempercayainya dan mengikuti jalan dan tujuan lain yang dipilihnya untukku. Ia memberikanku godaan yang luar biasa. Ia mendorongku agar akhirnya terjatuh pada keinginan untuk berubah. Ia terus menghujaniku dengan seluruh argumen menggoda berisi harapan. Mulanya memaksa. Sebuah paksaan tiba-tiba tidak lagi membuatku merasa terpaksa mendengarkannya tapi menjadi benar-benar mendengarkan. Aku kian terbiasa mendengarkan pertanyaan-pertanyaannya. Argumen-argumennya. Aku sudah terbujuk. Namun belum terpedaya. Aku belum yakin sepenuhnya padanya. Meski pun saat ini aku sudah mulai mempercayainya.

Hari masih sama. Aku belum berubah. Dan bersikeras tidak ingin berubah. Akan tetapi diriku telah tergoda dan menanamkan sebuah harapan. Harapan itu pun membawaku pada sebuah keinginan. Aku ingin mencobanya. Aku ingin membuktikannya. Apa benar yang dikatakan sisi lainku, jika berubah keadaan akan ikut berubah. Dan kebahagiaan yang sesungguhnya yang selama ini aku abaikan, benar-benar aku rasakan. Akhirnya aku sangat ingin membuktikannya. Jika aku keluar dari lingkaran-lingkaran belenggu itu. Apa benar aku akan menemukannya. Menemukan keadaan yang ia janjikan padaku selama ini. Aku berpikir aku akan membuktikan kebohongannya. Aku yakin ia membohongiku. Sisi lain yang kadang sering bicara sebagai aku itu bahkan menjadi aku untuk sementara itu terus saja membuat diriku yang utuh terbagi-bagi lagi. Aku bisa utuh lagi kalau aku bisa menghancurkan kebohongannya. Karena semua lingkaran yang ia katakan adalah belenggu itu sebenarnya adalah kebaikan-kebaikan dari keyakinan-keyakinan yang berasal dari kedalaman jiwaku. Lingkaran-lingkaran itu bukan belenggu. Selama ini berada disana membuatku mampu hidup dan berbahagia tanpa materi. Kehidupan dengan kebesaran hati yang menyentuh. Aku terlanjur mencintainya. Jadi, mana mungkin aku sanggup menggantikannya. Maka aku hanya perlu mematahkan kebohongan serta tipu dayanya. Aku harus menangkap basah ia sebagai sang pembohong yang selama ini berusaha keras menipuku. Aku tidak sabar lagi. Sehingga aku memutuskan untuk keluar dari lingkaran belengguku. Tanpa pikir panjang aku melakukannya. Dengan riang dan seperti mencoba hal baru tanpa resiko apalagi ragu. Aku melompat keluar. Meninggalkan lingkaran yang aku cintai dan ku percayai sepenuh hati.

Pagi ini indah sekali. Aku melihat semuanya tampak berbeda. Hari ini adalah perbedaan yang sangat jelas dan benar-benar tampak. Aku memakai baju baru. Kemarin sore aku membelinya. Tentu saja dengan uang tabunganku. Aku mengumpulkannya dengan begitu susah payah, penuh dengan pengorbanan setiap rupiah yang terkumpul disana. Untuk sesaat aku harus melupakannya karena saat ini bukan kah aku telah keluar dari lingkaranku? Tentu lah aku harus seperti ini. Seperti saat ini. Aku harus terus mencari tahu. Terus berusaha menemukan kebenarannya. Itulah tujuanku. Mana mungkin aku melupakan tujuanku untuk keluar dari lingkaranku. Pada akhirnya aku akan kembali masuk ke dalam lingkaran itu. Belenggu yang indah memang harus membuat kita terikat selamanya. 

Tampak indah dan terasa menyenangkan. Bukan hanya karena memakai baju baru. Aku sarapan pagi dengan menu termahal yang selama ini aku hindari. Bukan segelas teh tanpa gula dan sepotong kue lagi. Tetapi kopi susu dan nasi goreng lengkap dengan telur dadar, ayam suwir dan ati ampela. Belum pernah aku makan makanan enak semewah ini. Bukan main senangnya aku. Dan aku tidak pernah makan selahap ini. Sungguh keluar sebentar saja dari lingkaranku ternyata terasa menyenangkan. Apakah hidup seperti ini yang semua orang impikan tapi aku tidak pernah mengimpikannya? Tepatnya aku tidak mau mengimpikannya. Karena aku tahu itu tidak pantas aku lakukan. Bukan kah selama ini aku telah memahami realita dan menerima kehidupanku dengan lapang dada? Jadi, untuk apa aku mengimpikan ini semua jika aku tidak akan pernah mampu mencapainya? Lebih baik aku menjalani hidupku laksana air yang mengalir.

Hanya tertegun beberapa saat. Wajahku kembali dipenuhi senyuman. Aku semakin menikmati hariku yang berbeda. Aku menjadi berbeda. Sudah sangat nyata dan benar-benar aku rasakan segalanya sungguh berbeda. Aku senang, aku gembira, aku bahagia. Aku ingin terus begini. Tidak hari ini saja. Aku butuh banyak hari untuk begini dulu sebelum kembali ke lingkaran itu. Aku masih ingin terus memakai baju baru. Aku masih ingin makan makanan enak. Aku ingin terus memanjakan diriku. Aku ingin terus membahagiakannya. Pasti tidak akan salah aku melakukan ini lagi pada diriku sendiri. Aku telah bekerja keras. Aku telah berkorban. Jadi aku memang yang seharusnya menikmati hasilnya. Aku dilanda kebimbangan. Aku belum pernah ingkar janji. Bahkan pada diriku sendiri. Jadi, hanya hari ini saja aku berada di luar lingkaran itu. Cukup hari ini saja aku terlepas dari belenggu. Aku merasa sedih harus kembali setelah hari ini.

Aku tertegun lagi. Memikirkan waktuku yang tersisa. Hari ini aku berbeda! Merasa belum pernah sebahagia hari ini. Dan impian yang tidak pernah aku impikan menjadi nyata hari ini. Aku sangat menikmatinya. Aku pasti utuh lagi setelah hari ini. Aku berbinar. Pudar sudah keraguanku. Aku sadar aku telah menemukannya. Kebenaran yang aku cari, sudah aku temukan sekarang. Sudah saatnya kembali ke dalam lingkaran. Aku bahagia sekali. Melompat masuk lagi kesana. Saat esok tiba. Aku akan kembali menjadi diriku lagi. Aku pasti benar-benar sudah menjadi utuh. Sisi lain itu pasti juga hilang dan pergi dariku. Aku yakin kebenarannya adalah cukup hari ini aku berbeda. Hari ini memang menjadi kebahagiaan terbesar dalam hidupku. Aku bisa membeli dan memakai pakaian baru. Aku juga bisa makan makanan enak sampai kenyang sekali. Hari yang sangat indah. Seluruh bagian dari diriku menjadi berbahagia.

Pagi belum datang. Dan hari ini terasa panjang bagiku. Mungkin karena aku bolos kerja dan jalan-jalan serta bersenang-senang. Tapi begitu aku pulang ke rumah, aku seperti bangun dari mimpi indah namun justru bangun dalam keadaan yang sangat buruk. Semua uangku habis. Padahal besok aku harus membeli obat bapakku. Aku menjadi gelisah dengan tiba-tiba. Aku cemas sekali. Pikiranku kacau. Uang tabunganku itu jumlahnya tidak seberapa. Tapi sangat cukup untuk membeli obat bapak. Aku panik. Aku tersadar dan aku tahu saat ini lah aku berhenti terlena oleh kesenanganku. Aku kembali tersadar jika aku tidak punya uang lagi, itu artinya orang tuaku tidak makan hari ini. Emosiku meledak. Yah! Aku terlanjur berbeda hari ini. Aku tidak bisa kembali begitu saja ke dalam lingkaran ini. Aku melompat keluar lagi. Aku harus mencari uang untu membeli obat dan makanan untuk bapak dan ibuku. Aku tidak peduli aku harus mendapatkan uang itu, apapun caranya. Ironisnya aku harus bekerja melakukan pekerjaaan yang tidak pernah aku lakukan.

Tubuh gemetarku sedang berusaha keras melakukannya. Untuk pertama kalinya akut mengerjakannya. Ini pun tidak pernah terbayangkan olehku akan aku lakukan dalam hidupku. Aku takut. Aku malu sekali. Menenangkan diriku dan meyakinkannya aku hanya akan mengambil sedikit uang bapak itu. Kelak aku akan mengembalikannya padanya. Kutarik napas dalam-dalam. Aku bersiap mencopet dompet bapak-bapak didekatku dengan kesempatan terbaikku. Aku tahu aku bisa. Hampir berhasil. Tapi ketika dompet itu telah berada ditanganku. Aku urungkan niatku. Sangat mendadak aku berubah pikiran dan aku tidak tahu kenapa? Walau pun aku kebingungan, aku tetap mengurungkan niat gila tercela yang aku miliki untuk pertama kali di dalam hidupku.

"Maaf pak... dompet bapak terjatuh!" Aku berbohong dan mengembalikan dompet itu. Wajahku kebingungan dan cemas. Aku pun masih gelisah dan gemetar.

Bapak itu menatapku ramah dan menerima dompetnya. Ia kelihatan senang dan bersimpati.

"Terima kasih nak." Ucapnya berterima kasih dengan tulus dan mempercayaiku.

"Sama-sama pak." Jawabku dan hendak segera pergi. 

"Ada apa anak ini kelihatan sangat gelisah dan cemas?... mungkin bapak bisa membantumu?" Bapak itu spontan menanyakannya padaku. Namun aku hanya bisa menggeleng sedih.

"Tidak apa-apa nak! Ceritakan lah!... kau pasti membutuhkan bantuan..." bapak yang baik hati itu ternyata menawarkan bantuan lebih dulu untuk membantu. Jadi dengan malu aku menceritakan semuanya pada si bapak baik hati itu.

Sungguh ia tidak terkejut apalagi menghakimiku. Ia tersenyum bijak.

"Terima lah uang ini nak!... dan bekerja lah padaku untuk mengembalikannya!" Ia berkata, tulus. Ikhlas dan mulia. Sungguh bapak ini adalah malaikat nyata dibumi. Aku terharu sekali. Benar-benar tidak tahu apa yang harus aku katakan. Tapi mataku yang nyaris menitikkan air mata ini menatapnya penuh dengan rasa terima kasih yang tidak terhingga. 

"Terima kasih... terima kasih banyak pak!... saya pasti akan mengembalikan uang bapak!" Kataku terharu. Bapak baik hati itu tersenyum tulus lalu mengangguk. Ia tampak percaya. Dan bapak ini mengembalikanku ke dalam lingkaran itu lagi untuk selamanya.

Aku telah menjadi berbeda hari ini. Aku memahaminya setelah benar-benar menjalaninya. Memang baru satu hari aku keluar dari lingkaran itu. Memang baru hari ini aku keluar. Tapi akibatnya sangat besar. Keluar dari lingkaran ternyata membuatku lupa bersyukur. Aku terlena oleh kesenangan yang fana. Obat untuk bapakku tidak dapat kubeli dan orang tuaku sudah pasti tidak makan hari ini. Uang tabunganku nyaris habis semuanya dan menyisakan sejumlah kecil recehan yang tidak cukup untuk membeli makanan. Tanpa sadar aku telah menghabiskannya begitu saja. Untung lah Tuhan sangat baik padaku. Hari ini juga Dia mempertemukanku dengan si bapak baik hati itu. Tuhan membantuku dengan cara Nya bahkan disaat aku melupakan Nya,

Pagi datang lagi. Aku sudah kembali dan menjadi sama seperti aku setiap harinya. Yang dunia menilainya tidak memiliki apa-apa. Tapi aku tahu aku sudah sangat lama memilikinya. Aku memiliki sesuatu paling indah yang bernama pengorbanan. Aku bersama pengorbanan itu lagi hari ini. Aku bangga memilikinya. Aku bahagia bersamanya. Akhirnya aku benar-benar yakin pada pilihan hidupku. Aku tidak lagi memilih materi. Aku di dalam lingkaran akan selalu bersama pengorbanan.

Tidak salah sepenuhnya jika orang bekerja keras hanya demi untuk memperoleh materi berlimpah, dan tidak benar sepenuhnya jika orang hanya harus melakukan pengorbanan semata. Semuanya akan selalu seimbang dalam pilihan kita. Pengorbanan kadang memberiksn kebahagiaan dan kepuasan hidup yang tidak bisa diberikan oleh materi. Karena itu aku semakin mencintai lingkaran yang membelengguku. Semua orang punya materi, tapi tidak semua orang punya pengorbanan untuk kehidupannya. Kita hanya perlu memilih melompat keluar atau melompat masuk ke dalam lingkaran yang kusebut belenggu itu.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Ceritanya menarik, share ke time line Kak.
Rekomendasi