Disukai
2
Dilihat
504
Collapse
Romantis

"Ya Tuhan ... saya tau semua sudah berakhir. Semua sudah terlambat, waktu telah berhenti, dan kematian telah menanti. Tapi, jika masih ada harapan, meskipun hanya satu dari sejuta ... saya mohon, pertemukanlah kami kembali di surga."

***

"Mayday! Mayday! Mayday!"

"Kami jatuh! Kami jatuh!"

"Boom!!!"

April, 2020, batas antar alam semesta telah hancur dan kami semua akan berakhir.

Retakan kecil yang tak terkendali mulai menyebar ke seluruh ruang dan waktu, membuat segala realitas bercampur aduk menjadi satu. Entah dari realitas mana kiamat ini berasal, entah itu 616 atau 199999 atau 838 atau 1610 atau bahkan 1218 atau mungkin yang lainnya, yang jelas dunia tidak lagi sama.

Menjelang hari ulang tahun kami yang ke 19 aku mendapat sebuah kejutan "April Mop" paling menyebalkan di seluruh realitas yang ada.

Aku mendapat "Incursion" mendadak dari salah satu malaikat yang terbuang dari surga lewat sebuah hati yang selalu berdetak dan saling mengikat dan terhubung satu sama lain di segala realitas yang ada, dan tentu saja itu menghancurkan kami semua, berkeping-keping.

Tak lama setelah itu, setelah satu Incursion berhasil ditangani, sang malaikat jatuh benar-benar muncul di depan mata kami.

Sepasang mata cokelatnya yang dalam benar-benar membius kami semua dalam kegelapan.

Setelah itu, secara resmi, kami telah terperangkap dalam sandiwara akhir jaman yang penuh dengan kebohongan yang memabukan.

***

Terlihat dengan sangat jelas di atas langit kelam realitas kami bahwa sang akhir jaman telah datang.

Sebuah planet biru yang indah dan sempurna pada masanya, yang kita semua sebut sebagai "rumah", perlahan namun pasti akan bertemu dan berpelukan kembali dengan saudara kembarnya yang telah lama hilang terpisah ruang dan waktu. Sepasang planet kembar, dua planet Bumi yang berbeda alam semesta akan saling bertabrakan dan menghancurkan serta membunuh segala kehidupan di dalamnya satu sama lain, tanpa terkecuali.

Entahlah dari realitas mana rumah itu datang atau apakah aku dan kehidupanku di dalam sana jauh lebih baik dari di dalam sini, di dalam neraka yang disebut sebagai rumah ini, atau justru kami berdua hanyalah seorang anak kecil yang hanya diam mematung menatap kiamat yang sama di saat semua orang berlarian tak tentu arah seperti segerombolan hewan ternak yang akan menghadapi takdirnya, yang jelas kedua dunia kami sama-sama mulai runtuh dan kami semua akan segara bersatu dalam neraka yang sebenarnya.

***

"Halo."

Jam dinding menunjukan tepat pukul sembilan pagi saat semua orang tengah disibukan dengan tugas masing-masing dalam ruangan kantor yang ramai dan berisik. Sedangkan aku, aku hanya duduk-duduk santai menikmati keramaian ini sembari menenggak kopi pahit pagiku dan kemenangan manis timku dalam "Land of Dawn" yang penuh dengan kehancuran di saat sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal masuk dan merusak segalanya.

"Boom!"

Terdengar suara ledakan dari kejauhan.

Langit cerah dengan sinar matahari yang panas, membakar dan menyengat di atas kota kami yang berantakan tiba-tiba berubah menjadi sangat gelap seketika, sangat gelap hingga seakan sang matahari telah lenyap ditelan oleh sang raksasa.

Seisi kantor yang tadinya sangat berisik tiba-tiba menjadi sunyi senyap dipenuhi oleh keheningan yang mencekam.

Semua orang terdiam dan dipenuhi oleh kebingungan berusaha mendekat ke arah dinding kaca untuk mencari sebuah jawaban, sebuah jawaban yang seharusnya tidak perlu diketahui keberadaanya.

Semua orang terlihat sangat panik dan ketakutan saat menyaksikan segerombolan monster aneh, yang tidak mempunyai mata dan bermulut besar yang dipenuhi oleh deretan gigi-gigi taring yang runcing dan tajam, tengah melakukan perburuan kepada siapa atau apa saja yang mereka temui di jalanan.

Semua orang yang berada di dekat dinding kaca mulai melangkah mundur ke belakang secara perlahan ketika salah satu monster yang tengah menikmati isi perut dari salah satu korbannya menyadari keberadaan kami yang sedang menyaksikannya bersantap bersama dengan teman-temannya itu dari atas lantai 20 gedung pencakar langit di dekatnya.

Monster buta, aneh dan mengerikan itu lantas mengajak teman-temannya untuk mengganti menu sarapan mereka dan langsung berlari dengan sangat kencang ke arah kami semua dan kemudian langsung melompat dengan kekuatan otot yang sangat luar biasa hingga mampu mencapai lantai 20 dan menghancurkan dinding kaca yang sangat rapuh dan tidak berguna sama sekali itu.

"Pyaaarrr!!!"

Selamat tinggal semuanya.

"Halo! Halo! Halo! Kau mendengarku!?"

Lantai bergetar, Bumi berguncang, dan semuanya runtuh bersamaan dalam sebuah ketiadaan.

***

"Ha!!!"

"Ha ... ha ... ha ...."

"Ada apa, sayang?"

"Ini masih pagi. Apa mimpi buruk lagi?"

"Siapa kau?"

Sekali lagi, semuanya saling terkoneksi.

***

"Halo! Halo! Halo! Kau mendengarku!?"

"Cepat jawab aku!"

***

"Halo, Peter."

"Wow! Anjing ... Doc Oct, cok ...."

***

"Bukan! Bukan! Bukan! Bukan yang ini atau yang ini! Cari yang lain! Cari lagi!"

"Ha! Kenapa sulit sekali menemukannya."

"Padahal tadi hampir saja. Dasar variant tolol!"

Terlihat seorang pemuda berambut panjang hitam dan lurus sebahu dengan sebuah jas lab putih bersih yang melekat pada tubuhnya sedang kesal dan tengah disibukan dengan berbagai layar hologram di depan kacamata bening dan jernihnya yang menunjukan berbagai alternatif universe di berbagai penjuru multiverse.

Pemuda tersebut tampak sedang mencari-cari salah satu variant atau versi alternatif dari dirinya pada serangkaian realitas yang tak terbatas itu.

"Kenapa kau sungguh sangat teramat bodoh dan merepotkan sekali!"

"Dan yang terpenting, kenapa kau sangat sulit untuk dihubungi!"

"Aku benar-benar akan membunuh dan menghidupkanmu berulang-ulang kali jika sudah ketemu nanti."

"Hmm?"

"Akhirnya ...."

***

"You owe me sleep ...."

Alunan melodi yang rusak benar-benar semakin menghancurkan hidupku yang berantakan ini.

Aku benar-benar tidak mempunyai satu gairah sedikitpun hari ini ini untuk melakukan apapun, bahkan hanya untuk sekadar membaca lirik lagu yang menyebalkan itu.

"And i hate singing ...."

"And i hate writing ...," sahutku sendiri kemudian.

Lagi dan lagi, selalu saja, aku bermalas-malasan dan menunda segalanya hingga tak ada lagi yang tersisa untuk dilakukan. Entah itu membaca, menulis, atau bahkan untuk bangun dari peti mati ini, apalagi hal lain yang sangat teramat merepotkan dan mengerikan itu, yang ada semua hal itu hanya membuat kecemasanku semakin terisi penuh dan seperti biasa mengaktifkan mode prokastinasiku.

"I ain't scared no more ...."

"Huaaah ... gatel."

"Mending turu ...."

Lagu sialan. Hanya membuatku semakin mengingatnya dalam kenangan. Kenapa aku masih saja mendengarkannya? Anjing. Selamat tinggal. Aku harap aku bisa membunuhmu suatu hari nanti ... atau, kau yang akan kembali membunuhku?

Goblok! Kita bahkan tidak akan dan tidak pernah bertemu selamanya, kan? Sudahlah, lupakan saja. Dan terima kasih karena sudah mempermainkan seorang anak yang rusak ini. Aku harap kau senang dan bahagia atas prestasimu itu ... atau setidaknya puas akan hal itu.

Selamat malam, "Broken Melodies".

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@darmalooooo : 🙃
So sad😳
Rekomendasi dari Romantis
Rekomendasi