SUSUK
10. SCENE 96 - 102
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SCENE 96, KAMAR SATRIO (PAGI HARI)

(Risa baru saja selesai menyuapi Pak Satrio)

(Datuk Suryo dan Dayu masuk diantar oleh Rian)

 

Satrio :

Datuk... Datuk Suryo... Kau kah itu?

Datuk Suryo :

Iya, Satrio. Ini aku, Datuk Suryo, sahabat ayahmu.

Satrio :

Datuk... kalau Datuk disini. Dimana anak saya?

Datuk Suryo :

Ini anakmu, Putri Sedayu. Dayu mendekatlah pada ayahmu!

 

(Dayu mendekat ke kasur Satrio)

(Satrio menatap Dayu tak percaya, air matanya meleleh)

(Satrio memeluk Dayu)

 

Datuk Suryo : 

Sekarang sudah waktunya aku mengembalikan dia kepadamu. Sesuai amanat ayahmu, Satrio, putrimu aku rawat dengan baik.

Satrio :

Terima kasih, Datuk, terima kasih. Kau sudah merawat putriku sampai besar seperti ini.

Datuk Suryo :

Sudahlah, ini merupakan amanat dari ayahmu dan aku sudah menjalankannya. Ngomong-ngomong Satrio kenapa kau bisa koma seperti ini?

Satrio :

Saya juga tidak tahu. Seingat saya saya muntah-muntah dan entah saya tidak ingat lagi, Datuk.

Datuk Suryo :

Apakah kau punya musuh?

Satrio :

Tidak ada. Tapi.... saya mencurigai seseorang.

Datuk Suryo :

Siapa?

Satrio :

Airin. Dia karyawan disana yang seharusnya saya PHK.

Datuk Suryo :

Apakah kau mau jika Dayu mengambil sukmanya untuk memastikan kecurigaanmu?

Satrio :

Maksud Datuk?

Datuk Suryo :

Dayu bisa mengambil sukma seseorang. Kami kesini karena Dayu mengambil sukmamu dan sukmamu berkata kau kesakitan tidak bernafas. Oleh sebab itu kami segera kesini.

(Satrio, Risa dan Rian saling pandang)

(Risa dan Rian menganggukkan kepalanya pertanda setuju)

 

Satrio :

Silakan, Datuk!

Datuk Suryo :

Siapa nama lengkap perempuan itu?

Satrio :

Airin Munawaroh

 

(Dayu segera duduk bersila berhadapan dengan Datuk Suryo)

(Dayu berkonsentrasi. Tidak berapa lama tangannya diangkat)

(Dayu menarik sukma Airin dan memasukkannya kepada Datuk Suryo)

(Datuk Suryo membelalak. Ia menoleh ke kanan –dan kiri , menatap Satrio dengan penuh kebencian)

 

Datuk Suryo :

Kau... masih hidup? Aku sudah mengirim ularku untuk membuatmu mati perlahan. Kenapa kau masih hidup, Satrio?

(Risa menggenggam tangan Rian. Ia ketakutan )

 

Satrio :

Airin..!!! Ternyata kau pelakunya!!! Mengapa kau membuatku koma???

(Datuk Suryo tertawa licik)

 

Datuk Suryo :

Kalau kau tidak mati, bagaimana aku bisa menduduki jabatanmu?

(Datuk Suryo tertawa lagi)

 

Satrio :

Apa yang kau inginkan dengan jabatanku, Airin???

Datuk Suryo :

Kau masih bertanya? Tentu saja uang dan kehormatan. dengan itu aku bisa membalaskan dendamku kepada mereka yang selalu memperlakukan aku dengan hina!!! Mereka harus tahu bagaimana sakitnya aku. Kalian semua dengan bangga memamerkan uang hasil mengeruk sekolah. Aku sakit hati. Kalian hina aku setiap hari. Sekarang aku senang bisa menyiksa kalian satu persatu.

Satrio :

Kau jahat, Airin!!

Datuk Suryo :

Lebih jahat mana dengan kalian?

 

(Datuk Suryo menyatukan kedua telapak tangannya. Ia membaca mantra. Matanya terus memelototi Satrio

(Tangan Datuk Suryo hendak mengeluarkan sesuatu yang akan dilempar kepada Satrio)

(Dayu dengan segera menahan tangan Datuk Suryo)

(Dayu mencengkram kedua bahu Datuk Suryo)

(Dayu melepaskan sukma Airin dari raga Datuk Suryo)

(Datuk Suryo menetralkan kembali raganya)

 

Datuk Suryo :

Allahu akbar !! Satrio, perempuan ini sangat berbahaya. Kau beruntung bisa lepas dari sihirnya.

Satrio :

Lalu apa yang harus saya lakukan, Datuk? Sepertinya dia sudah mengacak-ngacak tempat kerja saya.

Datuk Suryo :

Bawa kami ke tempat kerjamu! Disana sudah seperti hutan lebat, penuh dengan aura negatif. Kalau kau ingin semua kembali normal, kami harus membersihkannya.

Satrio :

Baik, Datuk.

 

SCENE 97,  RUANG GURU (PAGI HARI)

( Guru-guru SMA KUSUMA BANGSA dikumpulkan sebelum beraktifitas)

(Airin dan Pak Amral masuk)

(Airin mengambil microfon)

 

Airin :

Selamat pagi, Bapak Ibu Guru. Hari ini seperti biasa waktunya Bapak Ibu guru melakukan penawaran ke pasar atau rumah-rumah penduduk. Hasil panen sawah kita sangat melimpah. Kalau tidak segera kita pasarkan, saya khawatir bisa rusak. Jadi, saya butuh bantuan Bapak Ibu guru untuk menjual habis.....

Bu Risti :

Maaf Bu Airin. Kami ini guru bukan sales. Tugas kami itu mengajar bukan jualan. Selama ini kami mengerjakan hal-hal di luar jobdisk. Lihat siswa-siswi di sekolah ini! mereka terlantar seperti gelandangan.

Pak Ali :

Benar, Bu Risti. Kita ini sudah seperti budak  zaman penjajahan jepang. Disuruh kerja rodi, tanam paksa, memangnya kami ini apaan, Bu Airin?

Pak Bara :

Jangan mentang-mentang Bu Airin kepala sekolah disini, Bu airin bisa bertidak semena-mena terhadap kami. Kami bisa saja melaporkan ini kepada ketua yayasan.

 

(Airin diam, ia tidak menyangka mendapatkan perlawanan dari guru-guru)

(Airin menghentak-hentakkan kakinya, ia memanggil Marji)

 

Pak Bayu :

Maaf sebelumnya, bukan bermaksud membandingkan. Tapi memang kenyataannya begitu. Kepemimpinan Bu Airin ini kebanyakan kebijakan nyeleneh, nggak jelas, tidak seperti kepemimpinan Pak Satrio dan Pak Riswan.

(Airin makin pucat, Marji yang ia panggil tidak kunjung datang)

 

Bu Risti :

Dan sejak Bu Airin menjadi kepala sekolah, banyak kejadian aneh di sekolah ini. banyak yang meninggal tidak wajar, banyak yang sakit tidak wajar.

Guru-guru :

Betullllllllll..............!!!

Airin :

Apa maksud Bu Risti berkata seperti itu?

Bu Risti :

Ya biar Bu Airin sadar saja.

Airin :

Kalian semua bisa-bisanya menentang perintah pimpinan tertinggi di sekolah ini. Kalian sudah bosan kerja disini?. dan Anda Pak Ali, Anda seharusnya saya depak dari sekolah ini karena ASN, tapi karena saya mempunyai pertimbangan lain, jadi saya mempertahankan Anda. sekarang Anda juga menentang saya?

Pak Ali :

Kalau pemimpinnya bijaksana sih tidak mungkinlah kami menentang. Lah ini pemimpinnya tidak punya hati dengan bawahan. Bawahannya diperas, dianya memperkaya diri sendiri.

Guru-guru :

Betul...betul....

 

(Airin terdiam, ia bingung mengapa guru-guru berani melawannya)

(Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari lapangan sekolah)

(Semua guru berdiri dan melihat apa yang terjadi dari kaca ruang guru)

 

Pak Amral :

Bu Airin, anak-anak demo.

 

SCENE 98,  LAPANGAN (PAGI HARI)

(Siswa-siswi SMA KUSUMA BANGSA berkumpul di lapangan sekolah. Mereka membawa bendera, spanduk dan poster yang berisi uneg-uneg mereka)

(Mereka membawa foto Aiirn yang ditulis dengan berbagai kata)

(Mereka melakukan orasi)

 

Pemimpin demo :

Turunkan Bu Airin!

Semua siswa :

Turunkan Bu Airin!

Pemimpin demo :

Kembalikan guru kami!

Semua siswa :

Kembalikan guru kami!

Pemimpin demo :

Kami rindu belajar!

Semua siswa :

Kami rindu belajar!

Pemimpin demo :

Sekolah bukan tempat dagang!

Semua siswa :

Sekolah bukan tempat dagang!

Semua Siswa :

Turun..Turun..Turunkan Bu Airin! Turun..Turun...Turunkan Bu Airin!

 

(Airin syok melihat demo para siswa)

(Airin bingung harus berbuat apa)

(Airin pergi meninggalkan sekolah)

(Airin mengendarai mobilnya dengan kencang)

(Para siswa dan guru menyorakinya sambil bertepuk tangan)

 

SCENE 99,  RUMAH KI AGENG (SIANG HARI)

(Airin mengetuk pintu rumah Ki ageng berkali-kali namun tidak ada jawaban)

(Airin mengetuk lebih keras tetapi tetap tidak ada jawaban)

(Airin mendorong pintu rumah Ki Ageng dan ternyata memang tidak terkunci)

(Airin masuk, ia memanggil-manggil Ki Ageng)

(Airin menemukan Ki Ageng dalam keadaan kaku dengan mata terbelalak dan bibir yang terus bergerak)

 

Airin :

Aki...Aki...Aki kenapa??? Bangun Aki!!

 

(Ki Ageng mencoba berkomunikasi dengan Airin tetapi tidak bisa)

(Airin kebingungan, ia menyeret tubuh Ki Ageng dan membopongnya ke atas tempat tidur Ki Ageng)

 

Airin :

Apa yang terjadi, Aki? Siapa yang melukai Aki? Aki... jawab saya!

 

(Ki Ageng hanya menggerakkan lehernya)

(Airin berteriak kesal)

(Airin pergi meninggalkan Ki Ageng )

 

SCENE 100,  SMA KUSUMA BANGSA (PAGI HARI)

(Airin tiba di halaman sekolah, ia memarkirkan mobilnya)

(Airin mengambil kristal rubi pemberian Ki Ageng, Ia menempelkan di dada)

(Airin membisikkan permintaannya. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa hari ini semua rencananya akan berjalan dengan lancar)

(Airin turun dari mobil. Dia berjalan menuju ruang kerjanya)

(Airin membuka pintu ruang kerjanya)

(Airin terkejut karena ada seseorang yang duduk di kursinya)

 

Satrio :

Selamat pagi, Bu Airin. Ada yang bisa saya bantu?

(Airin tercengang. Dia diam seribu bahasa)

 

Airin :

Pak...Pak Satrio? Anda sudah sehat?

Satrio :

Alhamdulillah Bu Airin. Saya sudah sehat dan sudah bisa kembali bertugas.

Airin :

Ba....Bagaimana bisa?

Satrio :

Maksud Bu Airin apa?

Airin :

Bagaimana bisa Pak Satrio kembali menjadi kepala sekolah disini? Ketua yayasan sudah...

Satrio :

Iya, ketika saya sudah sembuh saya langsung menghubungi ketua yayasan. Kami berdiskusi lama dan diputuskan saya bisa memimpin sekolah ini. Ini SK nya. Apakah Bu Airin tidak diberi tahu?

Airin :

Tidak.

Satrio :

Bagaimana mungkin Bu Airin tidak tahu sedangkan semua guru tahu akan hal ini?

(Airin mati kutu. Ia malu di hadapan Pak Satrio)

 

Satrio :

Oh iya Bu Airin karena saya sudah kembali pada posisi saya, maka diputuskan Bu Airin juga kembali ke posisi semula.

Airin  :

Saya kembali ke posisi semula? Kembali menjadi staf humas?

Satrio :

Oh bukan. Tentu saja mengajar seperti biasa. Saya sudah meminta Pak Amral untuk mengatur jadwal mengajar Bu Airin. Silakan hubungi Pak Amral!

Airin  :

Apa? Kembali menjadi guru biasa? Tidak, saya tidak mau!

Satrio :

Lho mengapa tidak mau? Bu Airin kan dari awal memang guru honor disini jadi ya silakan kembali lagi ke posisi awal.

 

(Airin kesal, ia pergi tanpa permisi)

(Pak Satrio tersenyum menang)

(Pak Satrio mengingat kejadian kemarin)

 

Flashback

(Pak Satrio membawa Dayu dan Datuk Suryo ke SMA Kusuma Bangsa)

(Dayu melihat banyak sekali makhluk ghaib di sekolah itu)

(Datuk Suryo dan Dayu memusnahkan semua makhluk ghaib di lingkungan sekolah itu sehingga pengaruh Airin hilang)

 

(Pak Satrio menelpon Pak Amral)

(Pak Satrio meminta Pak Amral mengkoordinir guru-guru agar menentang Airin. Selain itu siswa-siswa diminta melakukan demo untuk menjatuhkan Airin)

 

SCENE 101,  MOBIL AIRIN (PAGI HARI)

Airin (VO monolog)

Sialan!!! Ada apa ini? Aku dalam bahaya. Pak Satrio sudah sehat. Entah bagaimana dia bisa sehat. Ki Ageng tidak berdaya. Kristal rubi ini retak. Lalu bagaimana aku bisa membuat orang-orang disini kembali menuruti perintahku? Marji.. ada apa dengan Marji? Berkali-kali aku panggil dia tidak pernah muncul. Apakah dia mati sehingga Pak Satrio bisa sehat? Kalau memang iya, siapa pelakunya? Aku harus mencari cara. Mayang, masih ada Mayang. Nyai Mayang, aku harus meminta petunjuknya.

 

*Visualnya

Airin masuk ke dalam mobil dengan kesal, ia membanting tasnya. Airin membentur-benturkan kepalanya pada setir mobil. Airin berfikir untuk mendapatkan ide. Setelah ia mendapatkan ide, Airin menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan sekolah

 

SCENE 102,  KANTIN SMA KUSUMA BANGSA (SIANG HARI)

Mala (VO monolog)

Siapa perempuan itu? Aku belum pernah melihat dia sebelumnya. Perempuan ini bukan manusia biasa. Dia mempunyai perisai pelindung tubuh dan senjata mematikan.

 *Visualnya

Mala duduk di kursi belakang Dayu. Ia menatap Dayu. Mala ingin menghampiri Dayu tetapi sedikit ragu. Lama Mala berfikir. Akhirnya Mala memberanikan diri menghampiri Dayu.

 

Mala :

Maaf, mbak baru ya disini?

(Dayu yang sedang minum terkejut)

 

Dayu  :

Eh iya, Ibu. Saya orang baru. Saya perawat pribadi Pak Satrio. Pak Satrio belum pulih benar. Jadi Bu Risa meminta saya menjaga Pak Satrio, memantau kesehatannya selama di sekolah.

Mala :

Nama Mbak siapa ya? Asli mana?

Dayu :

Nama saya Putri. Saya orang Pariaman, Bandung.

(Mala terdiam menatap Dayu. Ia melihat sesuatu yang luar biasa pada diri Dayu)

 

Dayu  :

Ada apa ya,Ibu? Mengapa Ibu menatap saya seperti itu?

Mala  :

Tidak. Tidak apa-apa, mbak. Saya permisi dulu.

(Mala berlari meninggalkan Dayu)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar