SUSUK
7. SCENE 65-76
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SCENE 65, GUBUK LINGGAU (SIANG HARI)

(Dayu sedang duduk termenung. Ada sesuatu yang dia pikirkan)

(Datuk Suryo datang menghampiri Dayu)

 

Datuk Suryo :

Sedang melamun apa, Dayu?

Dayu  :

Ah, Datuk, mengagetkan Dayu saja!

Datuk Suryo :

Ada apa? Tidak biasanya kau melamun. Biasanya lincah beraktifitas.

Dayu  :

Apakah Datuk akan memberitahu Dayu kalau Dayu bertanya tentang sesuatu yang Dayu pikirkan?

Datuk Suryo :

Tentu saja. Datuk akan beritahu Dayu kalau datuk tahu jawabannya.

Dayu  :

Benarkah Datuk? 

(Datuk Suryo mengangguk)

 

Dayu  :

Dayu kepikiran tentang perkataan Datuk waktu itu. Datuk akan mengembalikan Dayu. Sebenarnya Dayu anak siapa? Ceritakan Datuk! Dayu mohon!

(Datuk Suryo mengangguk sambil mengelus-elus janggut putihnya yang panjang)

 

Datuk Suryo (VO dialog)

17 tahun yang lalu, kau lahir di rumah kakekmu, Raden Tirto Kusumo, yang tidak lain adalah sahabatku. Ayahmu adalah Raden Satrio Kusumo, seorang kepala sekolah di Jakarta sedangkan Ibumu adalah Risa Ayu Kinasih, pribumi yang dulunya seorang pedagang kain batik. Ketika kau lahir, tak ada bidan yang membantu. Hanya nenekmu yang membantu dalam persalinan. Kau mempunyai tanda lahir yang tak wajar, yaitu berbentuk trisula.

           

Visualnya 

Ibu Dayu melahirkan Dayu dengan bantuan neneknya. Diluar kamar bersalin, kakek dan ayah Dayu menunggu dengan cemas. Nenek Dayu memandikan Dayu dan melihat tanda lahir Dayu.

 

Dayu (VO dialog)

Trisula? Apa itu Datuk? Dimana tanda itu? Dayu tidak pernah melihatnya?

           

Visualnya      

nenek Dayu berlari memberi tahu tentang tanda lahir Dayu.

 

Datuk Suryo (VO dialog)

Trisula adalah senjata dari leluhurmu yang digunakan untuk berperang. Tanda itu ada di tanganmu. Melihat tanda lahir itu, kakekmu terkejut. Dia memanggil Datuk untuk menanyakan perihal ini. Tanda lahir itu adalah pertanda kau adalah keturunan terpilih yang akan mewarisi ilmu karomah dari leluhurmu. Mengetahui kau adalah anak spesial, kakekmu merasa khawatir. Beliau tahu bahwa ilmu karomah bukan ilmu yang gampang. Beliau khawatir dengan pertumbuhanmu jika kau tidak diasuh dengan orang yang tepat. Akhirnya mereka berembuk, demi kebaikanmu mereka sepakat . Datuk yang akan mengasuhmu. Datuk menerima amanah itu dengan senang hati.

 

Visualnya      

Kakek Dayu menyerahkan Dayu kecil ke Datuk Suryo. Datuk Suryo membawa pergi Dayu.

 

Dayu  :

Ilmu karomah? Sepertinya Dayu merasa normal seperti manusia biasa.

Datuk Suryo :

Kau salah, Dayu. Sejak kecil Datuk sudah mengasah ilmumu sedikit demi sedikit. Apakah kau tidak ingat dulu kau pernah menyembuhkan burung pipit yang terluka hanya dengan air liurmu?

Dayu  :

Dayu ingat Datuk.

Datuk Suryo :

Itu salah satu kelebihanmu. Ketika bulan purnama nanti, Datuk akan mengasah kelebihanmu yang lain. Sebelum kau kembali kepada kedua orang tuamu, kau sudah tuntas menguasai ilmu karomah itu.

Dayu :

Datuk akan mengajari Dayu apa?

Datuk Suryo :

Banyak. Kau harus bisa ilmu menarik sukma, ilmu mengikat sukma, membalikkan bala dan menggunakan senjata-senjata dari leluhurmu.

Dayu :

Senjata? Senjata apa Datuk?

Datuk Suryo :

Trisula, panah dan pedang tiga naga.

Dayu :

Dimana senjata-senjata itu?

Datuk Suryo :

Ada di tubuhmu. Nanti jika saatnya telah tiba, Datuk akan mengajarimu. Bersabarlah.

(Dayu mengangguk sambil tersenyum)

 

SCENE 66, RUMAH KI AGENG (MALAM HARI)

Ki Ageng :

Airin, kandunganmu sudah berapa bulan?

Airin :

Hampir delapan bulan, Aki.

Ki Ageng :

Hmm... sebentar lagi. Sudah saatnya kamu mengisi raga bayimu dengan titisan Nyai Kidul.

Airin :

Tujuannya apa, Aki?

Ki Ageng :

Tentu saja anak itu yang nantinya akan menjadi perisaimu. Kau butuh perisai yang akan selalu membantumu dalam menjalankan rencanamu. Kita tidak pernah tahu apa yang akan kau hadapi. Sebelum kau kena sial, alangkah baiknya kau membuat pertahanan yang kuat.

Airin :

Apa yang harus saya lakukan, Aki ?

Ki Ageng :

Semedilah! Semedilah di Pantai Selatan tempat Nyai Kidul berada! Datanglah kesana setiap malam jum’at. Datanglah dengan memakai baju berwarna hijau! Diamlah disana sejak matahari terbenam sampai matahari terbit. Apapun yang terjadi, hadapi! Aku yakin kau bisa menghadapi ritual ini!

Airin :

Apakah Aki akan mendampingi saya?

Ki Ageng :

Tidak! Karena disana bukan wilayahku. Kalau kau diterima disana, kau akan bertemu langsung dengan Nyai Kidul. Lakukan apa yang diperintahkan! Menunduklah!Patuhlah! hilangkan rasa takutmu!

Airin :

Baik, Aki. Saya akan melaksanakan perintah, Aki.

  

SCENE 67, PANTAI SELATAN (MALAM HARI)

(Airin datang ke pantai selatan dengan menggunakan kebaya berwarna hijau)

(Ia duduk bersila, bersemedi seperti perintah Ki Ageng)

 

SCENE 68, GUBUK LINGGAU (PAGI HARI)

(Datuk Suryo memberikan kitab kepada Dayu)

(Dayu menerima itab itu)

(Datuk Suryo mengajari Dayu cara memahami kitab itu)

(Dayu mempraktekkan apa yang ada di kitab itu)

 

SCENE 69, SMA KUSUMA BANGSA (PAGI HARI)

(Murid-murid berkumpul di tengah lapangan)

(Seorang murid laki-laki tewas ditengah lapangan)

(Beberapa murid perempuan menangis)

(Pak Ali dan guru laki-laki lainnya menutupi jenazah murid itu dengan kain)

(Bu Risti dan Mala hanya bisa saling pandang, pasrah)

(Ambulan datang membawa jenazah murid itu)

(Airin melihat dari kejauhan sambil tersenyum)

SCENE 70, GUBUK LINGGAU (PAGI HARI)

(Datuk Suryo membuka mata batin Dayu)

(Dayu dilatih mengontrol apa yang dia lihat)

(Dayu duduk bersila dihadapan Datuk Suryo)

(Datuk Suryo menyuruh Dayu membuka tangan kirinya)

(Datuk Suryo mengeluarkan panah leluhur Dayu)

(Panah itu keluar dari tangan Dayu, ke atas, Panah itu memancarkan cahaya)

(Dayu mengambilnya)

(Datuk Suryo mengajari cara menggunakan panah itu)

 

SCENE 71, SMA KUSUMA BANGSA (PAGI HARI)

(Pak Ali masuk ke gedung olah raga)

(Pak Ali terkejut melihat seorang siswi gantung diri)

(Pak Ali berlari memanggil guru-guru yang lain)

(Guru-guru berdatangan)

(Polisi dan ambulans datang)

(Gedung olahraga disegel)

 

SCENE 72, RUMAH MALA (SORE HARI)

Bu Risti :

Keadaan sekolah semakin menyeramkan, Mel. Aku tidak kuat disana. Ingin rasanya aku mencari kerja di tempat lain

Melanie : 

Kamu harus kuat.

Bu Risti :

Kalau kau jadi aku, kaupun tidak akan kuat, Mel. Sudah banyak korban. 

(Bu Risti menangis)

 

Melanie :

Bagaimana reaksi Airin dan Pak Riswan?

Bu Risti :

Airin sudah cuti. Dia sebentar lagi akan melahirkan. Sedangkan Pak Riswan sibuk membungkam wartawan agar kasus ini tidak tercium publik.

Melanie :

Airin mau melahirkan? Memangnya dia hamil?

Bu Risti :

Iya, memangnya Mala tidak pernah cerita?

Melanie :

Tidak.

Bu Risti :

Desas-desus yang beredar, Airin hamil anak Riswan.

Melanie :

Hushhh... jangan ngawur!

Bu Risti :

Kau tidak ada di sekolah jadi tidak tahu bagaimana kelakuan mereka di sekolah. Pasangan tidak punya urat malu. Mau muntah kalau melihatnya.

 

SCENE 73, AIR TERJUN CAKRA KEMBAR (PAGI HARI)

(Dayu bersemedi di bawah air terjun)

(Datuk Suryo memegang rambut Dayu dengan menggunakan tenaga dalamnya, Trisula keluar dari kepala Dayu)

(Trisula itu melambung ke atas dan meluncur cepat ke dalam air terjun)

 

Datuk Suryo :

Dayu... itu Trisula sudah keluar dari ragamu. Cepat tangkap!

Dayu :

Apa yang harus Dayu lakukan?

Datuk Suryo :

Lompatlah ke dalam air terjun! Menyelam! Temukan trisula itu!

 

(Dayu dengan cepat melompat ke dalam air terjun. Ia menyelam mencari trisula itu)

(Dayu muncul ke permukaan)

 

Dayu  :

Ketemu, Datuk!

(Datuk Suryo mengangguk senang)

 

SCENE 74, RUMAH KI AGENG (MALAM HARI)

Ki Ageng :

Airin, aku bangga padamu. Kau benar-benar melaksanakan ritualmu dengan sungguh-sungguh. Sekarang ilmumu bertambah tinggi. Aku melihat ada Nyai Mayang di belakangmu.

Airin :

Nyai Mayang? Dimana, Aki? Mengapa saya tidak bisa melihatnya?

Ki Ageng :

Nanti, setelah anakmu lahir. Nyai Mayang yang akan membantumu saat melahirkan dan nantinya Nyai Mayang akan masuk ke dalam raga anakmu.

Airin :

Apa kehebatan Nyai Mayang?

Ki Ageng :

Dia adalah salah satu anak buah Nyai Kidul. Kehebatannya adalah kebal raga, cantik rupa dan kuat tipu daya. Kau hanya perlu memberikan perjaka setiap bulan purnama dan biarkan dia melakukan apapun yang dia suka. Jika kau dalam bahaya, dia akan segera menjadi penolongmu.

Airin :

Apakah artinya saya harus membawa anak ini kemanapun saya pergi?

Ki Ageng :

Tentu saja. Nyai Mayang akan lepas jika anak itu sudah berumur 17 tahun dan nantinya anak itu akan menjadi sesembahan untuk Nyai Kidul.

Airin :

Sesembahan? Maksudnya?

Ki Ageng :

Anak itu nantinya akan dibawa oleh Nyai Mayang untuk dijadikan pengikut Nyai Kidul. Beberapa hari sebelum anak itu lahir, kau harus tinggal disini. Karena kau akan melahirkan disini.

Airin :

Kenapa disini, Aki? Siapa yang akan membantu saya saat melahirkan nanti?

Ki Ageng :

Karena anak ini tidak seperti anak normal lainnya. Nyai Mayang yang akan membantumu. Kau lihatlah sendiri bagaimana nanti bayi itu lahir.

 

SCENE 75, BELAKANG RUMAH KI AGENG (MALAM HARI)

(Airin merasakan sakit pada perutnya)

(Ki Ageng segera membawa Airin ke belakang rumahnya)

(Ki Ageng menyuruh Airin berbaring di atas tanah.)

(Ki Ageng menutup badan Airin dengan pasir putih)

(Kilat dan petir mulai bersahutan di langit)

(Hujan turun)

(Nyai Mayang muncul)

(Ia menarik bayi itu dari perut Airin)

(Airin berteriak berkali-kali sampai akhirnya ia pingsan)

(Terdengar tangis bayi)

(Ki Ageng segera membongkar gundukan pasir putih yag menutupi badan Airin)

(Bayi perempuan muncul dengan keadaan penuh darah)

 

3 tahun kemudian

SCENE 76,  RUANG KERJA AIRIN (PAGI HARI)

(Airin sedang mengetik di ruang kerjanya. Ruang kerja Airin baru karena ia diangkat menjadi wakil kepala sekolah menggantikan Pak Jeremy)

(Disebelahnya, Mayang, anak bungsu Airin sedang bermain dengan bonekanya)

(Mayang tertawa kecil melihat banyak anak-anak Marji yang juga ikut bermain dengannya)

 

Airin :

Mayang haus?

(Mayang menggeleng. Anak bungsu Airin tetap asyik bermain dengan teman-teman ghaibnya)

 

Airin :

Mama mau menyelesaikan tugas dulu. Mayang main dengan mereka dulu ya. Nanti kalau mama sudah selesai kita pergi jalan-jalan.

 

(Mayang mengangguk. Ia kembali bermain dengan teman-temannya)

(Airin melanjutkan pekerjaannya)

(Tiba-tiba seorang perempuan mendobrak pintu ruang kerja Airin)

(Airin dan Mayang kaget)

 

Airin  :

Maaf, Anda siapa ya? Datang-datang bukarnnya permisi tapi malah mendobrak pintu.

Bu Wina :

Jadi kamu selingkuhan Riswan?

Airin :

Maksud ibu apa ya?

Bu Wina :

Jangan berlagak bodoh. Sudah lama saya curiga kalau suami saya ada main dengan perempuan lain. Ternyata perempuan itu kamu! Dasar perempuan rusak!

Airin :

Tolong jaga perkataan Ibu! Disini lembaga pendidikan. Tidak pantas Anda berkata seperti itu.

Bu Wina :

Lembaga pendidikan? Lembaga perselingkuhan maksud kamu??? Iya???

(Pak Riswan masuk. Ia kemudian menarik tangan Bu Wina)

 

Pak Riswan :

Kamu? Ngapain kamu kesini? 

(Bu Wina melepaskan tangannya dari genggaman Riswan)

 

Bu Wina :

Ngapain? Masih bertanya ngapain ? tentu saja aku mau melabrak selingkuhan kamu!!!

Pak Riswan :

Maksud kamu apa?

Bu Wina :

Jangan pikir saya tidak tahu! Kalian sudah lama main serong di belakang saya, iya kan???

 

(Wina menoleh ke arah Mayang yang bersembunyi di belakang Airin karena ketakutan)

(Wina memperhatikan Mayang dengan seksama)

 

Bu Wina :

Anak siapa ini?

 

(Airin dan Riswan bungkam)

(Wina menarik Mayang dari belakang tubuh Airin)

 

Bu Wina  :

Anak ini. Anak ini, anak kalian kan?

(Bu Wina menangis sedangkan Airin dan Riswan tetap bungkam)

 

Bu Wina  :

Jawab aku, Riswan! Anak ini anak kalian kan? Lihat! Wajah anak ini sangat mirip denganmu!!!

Airin  :

Cukup, Ibu!! Saya tidak kenal ibu ini siapa. Datang-datang langsung mengamuk dan menuduh saya seenaknya. Ini ruang kerja saya. Wilayah saya. Ibu tidak berhak bikin gaduh disini! Sekarang saya mohon Ibu keluar dari ruang kerja saya!!

Bu Wina  :

Siapa kamu nyuruh-nyuruh saya? Kamu pemilik ruang kerja ini mau ngusir saya? Ngaca dulu perempuan bodoh! Kamu tahu saya ini siapa? Saya, anak pemilik sekolah ini.

(Airin kaget. Wajahnya pucat pasi)

 

Bu Wina  :

Kamu mau mengusir saya? Ngaca!!! Saya yang akan mengusir kamu. Saya akan keluarkan kamu dari sekolah ini!!!

 

(Bu Wina keluar dengan membanting pintu)

(Di luar banyak guru-guru menguping)

 

Airin  :

Mengapa kau masih diam? Kejar dia! Jangan sampai dia berhasil mengeluarkan saya dari sini. Cepat kejar!!

 

(Riswan segera berlari mengejar Bu Wina)

(Airin kebingungan. Ia mengacak-ngacak rambutnya)

(Airin melihat anak-anak Marji)

 

Airin  :

Kalian... ikuti mereka! Buat mereka berdua hilang dari muka bumi ini! Cepat!!!

 

(Anak-anak Marji segera berhamburan keluar dari ruang kerja Airin)

(Airin berteriak. Dia benar-benar bingung harus berbuat apa)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar