SUSUK
5. SCENE 36-42
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SCENE 36, RUMAH AIRIN (MALAM HARI)

(Airin bersiap-siap untuk tidur. Ia membersihkan wajahnya dari make up)

(Airin teringat dengan Marji, Ia ingin mengecek apakah Marji suka dengan Bayu)

 

Airin :

Marjiii.... kemarilah!

 

(Airin menghentakkan kakinya berkali-kali)

(Ular Airin datang melewati celah pintu kamarnya, ular itu mendesis. Bergeliat-geliat di lantai)

(Airin kembali menyiramnya dengan air kembang)

 

Airin :

Bagaimana dengan perjaka yang aku berikan tadi ? Apakah kau suka?

 

(Ular itu kembali mengangkat kepalanya, ia kemudian berbalik dan pergi meninggalkan Airin)

(Airin kaget melihat sikap Marji yang tetap seperti tadi siang. Ia kesal)

(Airin membuang benda-benda yang ada di meja riasnya)

 

Airin :

Ada apa ini? Marji tidak mengindahkanku lagi. Apa dia juga tidak suka dengan Bayu? Lalu? Siapa lagi yang harus aku berikan kepadanya?

(Airin menjatuhkan badannya ke kasur. Berfikir. Ada apa dibalik sikap Marji.)

 

Airin :

Aku harus menemui Ki Ageng lagi. Aku harus bertanya perjaka seperti apa yang diinginkan Marji. Aku tidak boleh gagal lagi.

(Pintu kamar Airin diketok)

 

Airin :

Masuk!

(Widi masuk. Ia menyembah kaki Airin yang sedang berbaring)

 

Airin :

Ada apa?

Widi  :

Mobil pesanan kanjeng ratu sudah datang. Besok sudah bisa dipakai.

(Airin tertawa. Ia bangkit, duduk, tak lagi berbaring. Airin tersenyum senang)

 

Airin :

Bagus, Andai saja sejak dulu kau begini. Aku pasti sudah kaya. Kembalilah ke kamarmu. Aku mau istirahat agar besok bisa ke sekolah dengan mobil itu.

Widi  :

Baik, Kanjeng ratu.

 

(Widi kembali mencium kaki Airin dan keluar dari kamar Airin)

(Airin menjatuhkan badannya ke kasur sambil tertawa keras)

 

SCENE 37, SMA KUSUMA BANGSA (PAGI HARI)

(Airin membunyikan klakson mobilnya)

(Pak Satpam berlari membuka gerbang sekolah)

(Airin membuka sedikit kaca jendela mobilnya, memberi senyum tipis kepada satpam)

(Airin menjalankan mobilnya menuju tempat parkir)

(Airin turun dari mobilnya lalu berjalan menuju ruang kerjanya)

(Beberapa guru yang melihat kedatangan Airin, nampak berbisik-bisik)

SCENE 38, RUANG GURU (PAGI HARI)

Bu Risti :

Bu Melanie lihat tidak waktu Airin datang ke sekolah?

Bu Melanie :

Tidak, Bu Risti. Memangnya kenapa?

Bu Risti :

Sekarang dia bawa mobil. Mobil baru pula.

(Pak Ali datang langsung bergabung)

 

Pak Ali :

Ahhhhhh... yang benar Bu Risti??? Aku tak percaya.

Bu Risti :

Pak Ali ini datang-datang langsung nyambar saja.

Pak Ali :

He..he..he... ya maafkan. Saya kan kepengen tahuuuuu buaangettt. Apa benar yang Bu Risti bilang itu?

Bu Risti :

Ya, benarlah. Saya tadi papasan kok sama Airin. Hebat ya dia, baru beberapa bulan jadi staf sudah bisa beli mobil. Pak Jeremy saja yang wakil kepala masih tetep naik vespa bututnya.

Bu Melanie :

Mungkin Airin dapat rezeki. Bisa jadi suaminya yang membeli. Kita tidak usah iri.

Bu Risti :

Saya bukan iri, Bu Melanie. Logika saja suami Airin itu hanya buruh pabrik. Gajinya berapa sih? Anak Airin dua, sudah sekolah semua. Airin disini tidak mengajar hanya menjadi staf humas. Lalu bagaimana dia bisa membeli mobil?

Bu Melanie :

Mungkin dia punya harta lain yang dia jual. Kita juga tidak tahu aslinya dia seperti apa.

Pak Ali :

Atau mungkin itu mobil dibeli dari hasil uang para donatur.

(Bu Risti dan Bu Melanie menoleh ke arah Pak Ali bersamaan)

 

Bu Melanie :

Pak Ali kalau berbicara hati-hati. Bisa jadi fitnah kalau itu tidak benar.

Bu Risti :

Kalau itu benar bagaimana?

Bu Melanie :

Bu Risti kok malah mendukung Pak Ali?

Bu Risti :

Soalnya saya juga berfikir seperti itu.

Pak Ali :

Tuh kan Bu Melanie, Bu Risti saja berfikir sama. Saya juga dengar kalau banyak donatur yang berminat memberikan bantuan dana ke sekolah ini. Sumbangan mereka mencapai 1M. Coba pikir kira-kira ada hubungannya tidak?

Bu Risti :

Nyambung, Pak. Bisa saja Airin mengambil uang sumbangan itu.

Bu Melanie :

Aduhh.. sudah Pak Ali, Bu Risti jangan menuduh tanpa bukti. Bisa-bisa ini jadi fitnah. Lebih baik kalian diam. Kalau Airin dengar, bisa saja dia menuntut kalian.

(Melanie pergi meninggalkan Pak Ali dan Bu Risti)

SCENE 39, RUANG KEPALA SEKOLAH (PAGI HARI)

Riswan :

Pak Jeremy, saya sudah memeriksa laporan dana sumbangan dari donatur yang sudah dibuat oleh Airin. Yang ingin saya tanyakan uang sumbangan ini siapa yang menerima? Apakah mereka memberikan secara tunai atau transfer? Kalau transfer, mereka mentransfer ke rekening siapa? Saya sebagai pengganti Pak Satrio tidak tahu masalah keuangan sekolah.

Pak Jeremy :

Laporan dana sumbangan? Laporan apa ya, Pak Riswan? Saya tidak tahu kalau Bu Airin membuat laporan seperti itu.

Riswan :

Maksud Pak Jeremy apa? Anda kan wakil kepala bagian humas sedangkan Bu Airin adalah staf Anda. Bagaimana mungkin Anda tidak tahu kalau staf Anda membuat laporan seperti itu?

Pak Jeremy :

Maaf , Pak Riswan. Memang saya tidak tahu karena Bu Airin tidak pernah memberi info tentang dana sumbangan. Saya juga tidak pernah memerintahkan Bu Airin untuk mencari donatur karena waktu Bu Airin dilantik, keesokan harinya Pak Satrio jatuh sakit. Jadi memang belum ada tugas apa-apa yang diperintahkan.

Riswan :

Kalau memang tidak ada perintah lalu mengapa Airin bisa membuat laporan seperti ini?

Pak Jeremy :

Mohon maaf, Pak Riswan. Saya juga tidak tahu. Meskipun ada donatur yang akan memberikan sumbangan, biasanya mereka akan saya bawa sendiri dan menyerahkan sumbangan itu kepada kepala sekolah disaksikan oleh para wakil kepala sekolah dan bendahara sekolah.

Riswan :

Ada yang tidak beres ini

 

(Riswan mengambil handphonenya. Ia menelpon Airin dan meminta Airin ke ruangan kepala sekolah)

(Airin mengetuk pintu)

 

Riswan :

Masuk!

(Airin masuk dan duduk di kursi sebelah Pak Jeremy. Marji, ular Airin mengikuti. Ular itu bergeliat di lantai)

 

Airin :

Pak Riswan, ada perlu dengan saya?

Riswan :

Iya, coba jelaskan ini laporan tentang apa! Saya tanyakan kepada Pak Jeremy, beliau tidak tahu apa-apa tentang laporan ini.

(Airin kaget, ia diam sejenak)

 

Airin :

Bukankah saya sudah menjelaskan kepada Pak Riswan kalau itu adalah laporan tentang donatur yang akan memberikan sumbangan kepada sekolah kita.

Riswan :

Mengapa Pak Jeremy tidak tahu? Siapa yang memerintahkan untuk mencari donatur?

Airin :

Mungkin Pak Jeremy lupa. Saya pernah membahas ini dengan beliau.

Pak Jeremy :

Maaf, Pak Riswan, Bu Airin, saya potong. Kapan Bu Airin membahas masalah ini dengan saya? Sejak Bu Airin diangkat menjadi staf humas, sekalipun kita tidak pernah berbicara.

Riswan :

Apa jawabanmu, Airin?

Airin :

Mungkin memang saya yang lupa. Tapi memang benar saya ada rencana membahas masalah ini dengan Pak Jeremy.

Riswan :

Atas perintah siapa Bu Airin mencari donatur?

Airin :

Atas inisiatif saya sendiri. Saya melihat keuangan sekolah ini sedang susah. Jadi saya ingin membantu saja agar keuangan sekolah kembali pulih.

Riswan :

Tapi bukan begini caranya! Bu Airin tidak boleh bertindak sendiri, tanpa sepengetahuan atasan. Bu Airin bisa saja melakukan pelanggaran yang tidak kami ketahui.

Airin (monolog) :  

Riswan ternyata berbahaya, dia bisa saja menggagalkan rencanaku. Marjiii..... lilit leher Riswan! Patuk kepalanya agar menuruti perkataanku!

(Marji dengan cepat merayap menuju Riswan. Marji melakukan apa yang diperintahkan Airin)

 

Airin :

Mohon maaf, Pak Riswan kalau saya melakukan kesalahan. Niat saya murni ingin membantu keuangan sekolah ini. Saya memberikan laporan itu agar Pak Riswan tahu nama-nama donatur yang akan membantu sekolah kita. Kalau Bapak setuju, kita bisa menemui mereka satu persatu.

Riswan :

Oh begitu. Niat Bu Airin memang sangat mulia. Saya minta maaf sudah marah-marah dengan Bu Airin.

Airin :

Tidak apa-apa, Pak Riswan. Saya mengerti Pak Riswan mungkin kaget. Kalau Masalahnya sudah selesai apakah saya boleh permisi?

Riswan :

Oh silakan, Bu Airin.

Airin :

Mari, Pak Riswan, Pak Jeremy

 

Airin (VO monolog)

Aku harus menemui Ki Ageng lagi. Aku harus bergerak cepat. Kalau tidak, aku bisa celaka dan Riswan harus segera dibungkam.

 

*Visualnya 

Airin berjalan meninggalkan ruang kepala sekolah.

 

SCENE 40, RUMAH KI AGENG (MALAM HARI)

Ki Ageng :

Airin...Airin... sudah sejauh ini dan kau belum juga berhasil? Sudah banyak susuk yang aku beri, ajian-ajian yang aku beri, bahkan beberapa makhluk ghoib terbaikku menjadi pengikutmu. Lalu mengapa kau masih saja kemari memberi kabar buruk?? 

(Airin menunduk)

 

Ki Ageng :

Aku pikir kau orang yang pintar. Tapi nyatanya, kau sama saja.

Airin :

Maaf, Aki. Saya sudah melakukan apa yang aki perintahkan. Tapi, entah mengapa Marji selalu menolak perjaka yang saya berikan.

Ki Ageng :

Menolak? Marji menolak?

Airin :

Benar, Aki. Saya sudah dua kali memberikan perjaka untuk Marji, tapi dia menolaknya.

 

(Ki Ageng diam. Ia menutup mata dan membaca mantra. Ki Ageng berkomunikasi dengan Marji secara batiniah)

(Ki Ageng mengangguk-angguk)

 

Ki Ageng :

Marji belum menerima perjaka darimu.

Airin :

Apa? Tidak mungkin, Aki! Saya sudah melakukan apa yang aki perintahkan. Biji bunga matahari itu sudah saya masukkan ke dalam minuman dan minuman itu juga saya berikan kepada perjaka di sana. Saya sudah dua kali melakukannya, Aki.

(Ki Ageng tersenyum)

 

Ki Ageng :

Ada penghalang. Dia tahu rencanamu. Kau tenang saja, nanti kita beri dia pelajaran.

Airin :

Satu lagi, Aki.

Ki Ageng :

Apa?

Airin :

Saya ingin memikat Riswan. Dia sangat berbahaya bagi saya. Sepertinya dialah yang akan saya pilih menjadi.....

(Ki Ageng tertawa)

 

Ki Ageng :

Tidak usah kau teruskan. Aku sudah mengerti.

(Ki Ageng mengambil sesuatu dari dalam sakunya)

 

Ki Ageng :

Pakai bedak ini! Usahakan laki-laki itu menghirup bedak ini. Semakin sering dia menghirup bedak ini, maka semakin dalam dia akan terpikat denganmu. Lakukan dengan cepat dan kau tak perlu sembunyi-sembunyi karena orang-orang tidak akan berani menegurmu.

Airin :

Terima kasih, Aki. Aki memang yang terbaik

Ki Ageng :

Tengah malam nanti, akan ku kirim ribuan laba-laba ke tempat kerjamu. Lihatlah kemana mereka berkumpul! Laba-laba itu kan menjadi petunjuk bagimu tentang orang-orang yang menjadi penghalangmu.

Airin :

Terima kasih, Aki. Saya pulang dulu

  

SCENE 41, SMA KUSUMA BANGSA (PAGI HARI)

( Airin melihat banyak laba-laba berjalan di lantai koridor sekolah)

(Airin mengikuti kemana laba-laba itu berkumpul)

(Laba-laba itu berjalan menuju ruang guru, Airin terus mengikuti)

(Airin melihat laba-laba itu berkumpul di meja Melanie)

(Airin tersenyum, dia mendapatkan ide untuk mencelakai Melanie)

 

SCENE 42, RUANG KERJA AIRIN (PAGI HARI)

(Melanie masuk ke ruangan Airin)

 

Melanie :

Bu Airin memanggil saya?

Airin :

Iya, Bu Melanie. Silakan duduk! 

(Melanie duduk dengan perasaan gelisah)

 

Airin :

Begini Bu Melanie, Saya sebagai Staf humas ingin membicarakan masalah keuangan sekolah. Bu Melanie kan bendahara sekolah pasti mengetahui keluar masuknya uang.

Melanie :

Sebelumnya maaf Bu Airin. Saya selaku bendahara sekolah biasanya hanya membicarakan masalah keuangan dengan kepala sekolah. Saya rasa saya tidak perlu membicarakan masalah ini dengan Bu Airin walaupun jabatan Bu Airin adalah Staf Humas. Wakil kepala sekolah saja tidak pernah saya ajak untuk membicarakan masalah ini apalagi staf yang jabatannya lebih rendah.

(Airin geram dengan jawaban Melanie)

 

Melanie :

Mengapa Bu Airin tiba-tiba ingin berbicara tentang keuangan sekolah? Itu kan bukan jobdisk Anda.

(Airin diam)

 

Airin :

Saya butuh data tentang keuangan sekolah sehingga bisa membuat rincian berapa dana yang harus saya minta ke donatur.

Melanie :

Donatur kan memberi sumbangan seikhlasnya. Janganlah Bu Airin menuliskan nominal. Itu sama saja kita menekan donatur.

Airin :

Bu Melanie, yang ditugaskan mencari donatur kan saya. Jadi saya akan pakai cara saya untuk menarik sumbangan ke mereka.

Melanie :

Tapi itu tidak berakhlak, Bu Airin. Anda sama saja mau memeras donatur. Maaf saya tidak setuju. Kalau saja Pak Riswan tahu, saya yakin beliau juga tidak setuju.

Airin :

Anda jangan sok tahu. Pak Riswan selalu mendukung semua yang saya lakukan. Apa jangan- jangan Bu Melanie tidak ingin membahas masalah ini dengan saya karena ada yang ditutup- tutupi?

(Melanie terkejut, wajahnya merah mulai marah)

 

Melanie :

Maaf, Bu Airin. Selama saya menjadi bendahara sekolah. Semua saya laporkan secara transparan. Semua ada datanya. Tidak ada satupun yang saya tutupi. Anda menuduh saya begini sama saja Anda memfitnah saya.

 

(Melanie pergi meninggalkan Airin)

(Airin menghentakkan kakinya, ia memanggil Marji).

 

Airin :

Marji, buat dia celaka!

 

(Marji keluar mengikuti Melanie)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar