SUSUK
3. SCENE 16 - 28
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SCENE 16, RUANG KEPALA SEKOLAH

( Pak Satrio membaca draf laporan yang diberikan Airin)

 

Pak Satrio :

Kamu mendapatkan banyak sekali donatur. Kinerjamu memang patut diacungi jempol. Kira-kira kapan semua dana ini bisa cair?

Airin :

Secepatnya. Asal...

Pak Satrio:

Asal apa?

Airin :

Asal Pak Satrio mau menuruti semua perintah saya.

Pak Satrio :

Maksud kamu apa, Airin?

Airin :

Komisi untuk saya sebesar 20%

Pak Satrio :

(menggebrak meja) Kamu gila, Airin! bisa-bisanya kamu minta komisi ini dana untuk kesejahteraan sekolah kita. Jangan kamu minta untuk kepentingan pribadi kamu!

Airin :

Bapak jangan munafik. Jangan pikir saya tidak tahu mengapa sekolah ini bisa colaps.

Pak Satrio :

Maksud kamu apa?

Airin :

Dana sekolah ini banyak. Banyak yang mengalir ke kantong Anda sendiri

(Pak Satrio kaget. Dia mengepalkan tangannya)

 

Airin : 

Terserah, Pak Satrio mau menuruti permintaan saya atau tidak. Saya punya kartu As

 

(Airin beranjak dari kursi. Ia membalikkan badan)

(Airin menghentakkan kakinya dan memanggil Mibojin dengan suara lirih)

 

Airin :

Tetap di ruangan ini. Buat laki-laki ini sakit sehingga sangat membutuhkan pertolonganku

 

(nenek tua yang di gendong Airin melompat dari punggung Airin. ia berputar-putar di ruangan Pak Satrio)

(Airin pergi meninggalkan ruang kepala sekolah)

(Mibojin mendekap tubuh Pak Satrio dari belakang. Ia menggigit leher Pak Satrio, menghisap darahnya)

 

SCENE 17, RUMAH PAK SATRIO (MALAM HARI)

( Pak Satrio sedang berbaring di kamarnya. Badannya panas. Sesekali ia terbatuk-batuk)

(Risa, istri Pak Satrio mengompres dahi Pak Satrio)

(Pak Satrio terus batuk.)

(Risa mengambilkan air hangat)

(Pak satrio minum lalu muntah darah)

 

Risa :

Astaqfirullah, Bapak! Kenapa bisa muntah darah? (berteriak)

(Pak satrio terus batuk. Badannya menggigil)

 

Risa :

Bapak habis makan apa kok bisa batuk-batuk begini?

 

(Pak Satrio terus batuk dan muntah darah semakin banyak)

( Risa berlari memanggil Rian, anaknya dan Jono, asistennya)

(Rian dan Jono masuk ke kamar, panik)

(Pak Satrio dibopong keluar kamar masuk ke mobil)

(Pak Satrio dibawa ke Rumah sakit)

SCENE 18, RUMAH SAKIT (SIANG HARI)

Airin (VO prolog)

Mibojin. Pak Satrio adalah tumbal pertamamu. Ambillah bila saatnya telah tiba! Aku harus menjadikannya tumbal agar aku bisa menggantikan kedudukannya. Jabatan itu bisa membuatku cepat kaya. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.

 

*Visualnya

Pak Satrio koma. Keluarganya bergantian melihatnya dari kaca pintu. Sambil menangis. Beberapa guru datang menjenguk. Mereka bergantian melihat keadaan Pak Satrio dari luar kaca. Tampak raut kesedihan di wajah mereka.

 

SCENE 19, RUANG GURU (PAGI HARI)

Bu Risti :

Mel, kamu nggak ikut rapat?

Bu Melanie :

Rapat apa?

Bu Risti :

Lho? Kamu kan bendahara sekolah harusnya tahu kalau hari ini ada rapat.

Bu Melanie :

Aku tidak tahu

Bu Risti :

Hari ini ketua yayasan dan para pejabat akan rapat tentang pengganti Pak Satrio.

Bu Melanie:

Pengganti? Kenapa Pak Satrio harus diganti?

Bu Risti :

Pak Satrio itu sedang koma, Mel, kemungkinan untuk hidup sangat kecil. Kalau sekolah ini tidak cepat-cepat mendapat kepala sekolah baru. Bagaimana sekolah ini bisa terus berjalan?

(Bu Melanie diam. Dia beranjak dari kursinya hendak pergi)

 

Bu Risti :

Eh mau kemana, Mel?

Bu Melanie:

Aku mau ke kamar mandi.

(Bu Melanie pergi dengan tergesa)

 

SCENE 20, RUANG KERJA MALA (PAGI HARI)

Bu Melanie:

Mal, kau sudah dengar kabar hari ini?

Bu Mala :

Iya, Mel. Pihak yayasan dan para pejabat akan mengadakan rapat tentang pengganti Pak Satrio.

Bu Melanie :

Kau tidak merasakan sesuatu? Coba batin keadaan Pak Satrio.

Bu Mala :

Tidak bisa, Mel. Aku sudah melakukannya. Entah mengapa mata batinku tidak bisa menembus keadaan Pak Satrio.

Bu Melanie :

Apa perlu kita ke rumah sakit untuk melihatnya?

Bu Mala :

Aku rasa begitu.

Bu Melanie :

Pulang sekolah kita langsung kesana. Usahakan kita jangan sampai keluar bersama. Kita langsung bertemu di rumah sakit saja.

Bu Mala :

Baik, Mel.

 

SCENE 21, RUMAH SAKIT (SORE HARI)

(Melanie dan Mala tiba di Rumah Sakit )

(Melanie dan Mala bertanya kepada perawat dimana kamar Pak Satrio)

(Melanie dan Mala berjalan berkeliling mencari kamar Pak Satrio )

(Melanie dan Mala melihat istri Pak Satrio, mereka menghampirinya)

(Risa menangis menceritakan keadaan Pak Satrio)

(Mala melihat Pak Satrio dari luar kaca sedangkan Melanie masih berbincang dengan istri Pak Satrio )

(Mala dan Melanie berjalan keluar rumah sakit menuju kantin)

 

Melanie :

Mal, Apa yang kau lihat?

Mala :

Mel, Pak Satrio itu..... Pak Satrio...

Melanie :

Kenapa ? Ada apa dengan Pak Satrio?

Mala :

Pak Satrio itu ditempeli nenek tua yang biasa digendong Airin.

Melanie :

Apa? Serius, Mal?

Mala  :

Iya, Mel. Nenek tua itu mendekap Pak Satrio dengan erat sehingga Pak Satrio tidak bergerak, kaku seperti itu. Dia menghisap darah Pak Satrio sedikit demi sedikit.

Melanie :

Apa kau tidak bisa mengambil nenek tua itu, Mal?

Mala  :

Nyawaku taruhannya, Mel. Aku tidak kuat melawan energi negatif nenek tua itu. kalau kau bisa mlihatnya, nenek itu terus melotot ke arahku. dia tidak suka kita disini.

Melanie :

Lalu apa yang bisa kita lakukan, Mal?

Mala  :

Berdoa, Mel. Kita hanya bisa berdoa semoga Tuhan segera memberi pertolongan.

 

SCENE 22, RUMAH MALA (MALAM HARI)

(Mala sedang berzikir setelah sholat malam)

(Mibojin masuk ke kamar Mala)

(Mala menghentikan gerakan tangannya. Ia menoleh ke belakang)

(Mibojin mendekati Mala, Mala seakan mati langkah. Ia tidak bisa berdiri)

(Mala ingin berteriak tetapi suaranya tercekat)

(Banyak kelelawar muncul, berputar mengelilingi Mala)

(Kelelawar mulai menggigit tangan, kaki, dan punggung Mala sedangkan Mibojin mencekik Mala)

 

Mala :

Allahu Akbar...Allahu Akbar... Tolong...Tolong...!!!

(Mibojin tambah mencekik Mala dengan kencang)

 

Mala  :

Allah....Allah.....(berusaha melepas cekikan Mibojin)

(Pandangan Mala ditutupi awan putih, Mala kesulitan melihat)

 

Mala  :

Allahhhhh................!!!! (batuk)

(Mala mengumandangkan adzan, )

 

Mala  :

Allahu akbar... Allahu akbar.. Laailahaillallahhhhhhh....

 

(Tubuh Mibojin dan kelelawar-keleawar itu hancur)

(Mala ngos ngosan. Ia mengatur nafas setelah nafasnya tercekat beberapa saat)

 

Mala  :

Alhamdulillah ya Allah... Alhamdulillah ya Allah.. terima kasih atas pertolongamu. 

(Mala sujud syukur)

 

SCENE 23, RUMAH AIRIN (MALAM HARI)

(Airin sedang tidur)

(Airin berteriak. Ia mengerang kesakitan)

(Airin bangkit, ia merasakan nyeri di punggungnya)

(Airin meraba punggungnya, ia mendapati darah menempel di tangannya)

 

Airin  :

darah? Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba punggungku sakit dan berdarah? Apa yang terjadi?

(Airin bangkit dari tempat tidurnya, Ia mengambil jaket dan bergegas keluar rumah)

 

SCENE 24, RUMAH KI AGENG (MALAM HARI)

( Airin mengetuk pintu gubuk Ki Ageng dengan keras dan berkali kali)

(Ki Ageng membuka pintu)

 

Ki Ageng:

Airin, kau rupanya. Ada apa kau kemari tanpa aku panggil?

Airin :

Aki tolong saya. Tiba-tiba punggung saya sakit dan berdarah.

Ki Ageng:

Apa???? Cepat masuk!

 

(Ki Ageng membakar dupa sambil membaca mantra. Lama Ki Ageng bersemedi)

(Tiba tiba tempat dupa meledak. Ki Ageng dan Airin reflek menghindar ke belakang)

 

Airin :

Ada apa, Aki?

Ki Ageng :

Mibojin dan kelelawarmu.

Airin :

Mibojin? Ada apa dengan mereka?

Ki Ageng :

Mereka sudah musnah.

Airin :

Musnah? Bagaimana bisa musnah,Aki?

Ki Ageng :

Ada yang bisa melihatnya dan orang itu bisa memusnahkan Mibojin.

Airin  :

Siapa orangnya, Aki?

Ki Ageng :

Salah seorang yang juga bekerja di tempat yang sama denganmu. Aku tidak tahu siapa. Tugasmu mencari siapakah orang itu. Dia bisa menjadi ancaman bagimu.

Airin  :

Lalu apa yang harus saya lakukan lagi?

Ki Ageng :

Malam jum’at besok bersemedilah di Gunung Lawu.

Airin :

Bersemedi? Sendiri?

Ki Ageng :

Ya, aku akan memantaumu dari sini. Nanti ku beri tahu apa saja yang harus kau lakukan. Apakah kau siap?

Airin :

Siap, Aki!

Ki Ageng :

Sekarang berbaringlah! aku kan mengobati lukamu.

 

SCENE 25, GUNUNG LAWU (MALAM HARI)

Ki Ageng ( VO prolog)

Berangkatlah ke gunung lawu seorang diri. Pakailah baju berwarna putih. Bawahlah dupa, kembang tujuh rupa dan segenggam tanah dari tempat kerjamu. Sesampainya disana, pergilah ke telaga sarangan. Berendamlah! Lakukan seperti yang pernah kau lakukan di telaga tiga warna. Setelah itu pergilah ke Grojogan Sewu. Kau akan melewati jembatan kayu “Kreteg Pegat” jangan melewati jembatan itu kalau belum ada kabut. Tunggu sampai kabut muncul. Ketika kabut sudah muncul, bakarlah dupa! Lewati jembatan itu sambil mengucapkan “ Sugeng rawuh, Kakek. Kulo putune jenengan” ucapkan berkali-kali sampai Kakek penunggu jembatan itu muncul. Kalau sudah muncul, sembahlah! Katakan Sembah kulo Datuk dan berikan kembang tujuh rupa kepadanya. Ikuti kakek itu, dia yang akan menuntunmu selanjutnya.

*Visualnya

Airin mengerjakan apa yang diperintahkan Ki Ageng

 

SCENE 26, SMA KUSUMA BANGSA (PAGI HARI)

· Audio ( dialog Ki Ageng dengan Airin)

Ki Ageng :

Apa yang kau dapatkan dari semedimu?

Airin :

Kakek itu memberi saya ular

Ki Ageng :

Marji, itu salah satu penunggu Gunung Lawu. Lepaskan ular itu di tempat kerjamu! Dia yang akan menolongmu. Usahakan jika kau melihatnya segeralah menyiramnya dengan air kembang. Jangan biarkan kulitnya kekeringan karena itu akan membuatnya kaku

Airin :

Kakek itu juga memberi saya tujuh biji padi ini, Aki.

Ki Ageng :

Itu susuk barumu. Lebih kuat dari susuk yang pernah aku berikan. Kekuatanmu akan bertambah seiring menyatunya susuk itu dengan dirimu.

Airin :

Aki, apakah benda-benda itu bisa membuat saya kaya?

Ki Ageng :

Tentu saja... ular ini yang akan melancarkan semua pekerjaanmu. Kau tinggal menyuruhnya apa saja. Sedangkan susuk itu bisa membuat lawan bicaramu tak berkutik

·Visualnya

( Airin tiba di SMA Kusuma Bangsa berjalan di koridor sekolah menuju ruang kerjanya. Ia berjalan dengan senyum licik. Sesekali dia melihat ke langit-langit gedung, mencari keberadaan ularnya)

 

SCENE 27, RUANG KERJA AIRIN (PAGI HARI)

(Airin duduk di kursinya, Ia bersiap mengecek laporan-laporan yang ada di atas mejanya)

(Airin melihat di samping Map ada sebuah selebaran kertas)

(Airin mengambil kertas itu dan membacanya)

(Mata Airin terbelalak, mulutnya mengeram keras)

(Airin menggebrak meja, lalu membuang semua berkas-berkas di atas mejanya)

 

Airin  :

Kurang ajar....(berteriak) Bagaimana mungkin ketua yayasan memilih Riswan menjadi pengganti Pak Satrio? Kapan mereka rapat? Mengapa bisa aku ketinggalan seperti ini? Harusnya aku yang menggantikan Pak Satrio bukan Riswan. Aku harus bergerak cepat.

(Airin berdiri dan menghentakkan kakinya)

 

Airin  :

Marjiiiiii........ kemarilah !!! 

(Ular Airin masuk melata melalui celah pintu)

 

Airin  :

Ikut aku ! Aku akan menghadap Riswan. Dia yang akan menjadi korbanmu. Ikuti dia dan buat dia celaka sesering mungkin.

(Airin keluar dari ruang kerjanya diikuti oleh ularnya)

 

SCENE 28, RUANG KEPALA SEKOLAH (PAGI HARI)

(Riswan sedang mengecek beberapa map yang ada di atas mejanya)

(Airin mengetuk pintu)

 

Riswan :

Masuk ! 

(Airin masuk bersama ularnya. Ular itu langsung merayap di lantai dan terus ke kursi Riswan)

(Airin duduk sambil memperhatikan gerakan ular itu)

 

Riswan :

Ada apa, Bu Airin?

Airin  :

Saya ingin mengucapkan selamat kepada Pak Riswan karena sudah di tunjuk ketua yayasan sebagai pengganti Pak Satrio. Sebelumnya saya mau meminta maaf karena baru mengucapkan sekarang karena memang saya baru tahu.

Riswan :

Terima kasih, Airin. Ketua yayasan menunjuk saya secara mendadak. Jadi memang baru diumumkan pagi ini.

Airin  :

Saya yakin ketua yayasan tidak salah memilih orang. Pak Riswan mampu membawa sekolah ini lebih baik.

Riswan :

Terima kasih pujiannya, Airin. Saya ini masih kurang pengalaman. Butuh bantuan teman-teman semua. Lagipula sepertinya saya hanya sebentar menggantikan Pak Satrio.

Airin :

Sebentar? Kenapa?

Riswan :

Karena saya baru saja dapat kabar kalau Pak Satrio sudah sadar. Jadi saya sampaikan ke ketua yayasan kalau saya akan menggantikan Pak Satrio selama beliau belum pulih 100%. Tapi kalau sudah pulih 100% saya akan menyerahkan kembali jabatan ini kepada beliau.

Airin  :

Kenapa?

Riswan :

Apanya yang kenapa?

Airin  :

Kenapa Pak Riswan mau menyerahkan jabatan ini kembali. Bisa saja ketua yayasan memilih Pak Riswan seterusnya.

Riswan :

Saya tak butuh jabatan ini, Bu Airin. Saya lebih suka mengelola bisnis saya

 

Airin (VO prolog)

Riswan tidak berbahaya. Dia bisa aku jadikan alat untuk melancarkan keinginanku. Marji, pergilah kau, temui Pak Satrio di rumah sakit. Jangan sampai dia sehat kembali karena itu bisa menggagalkan semua rencanaku.

 

(Airin menggerakkan kepalanya, mengisyaratkan kepada ularnya agar pergi)

 

Airin  : 

Oh iya Pak Riswan. Saya sekalian mau memberikan laporan tentang dana yang sudah berhasil saya kumpulkan. Pak Riswan bisa mengeceknya.

Riswan :

Terima kasih, Airin. Saya akan mengeceknya nanti.

Airin  :

Saya permisi, Pak Riswan.

(Airin keluar dari ruangan kepala sekolah)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar