SUSUK
4. SCENE 29-35
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SCENE 29, RUMAH KI AGENG (MALAM HARI)

Ki Ageng :

Ada apa lagi kau kemari, Airin?

Airin  :

Saya butuh pasukan yang lebih kuat lagi. Kalau hanya ular itu, saya rasa akan lama. 

(Ki Ageng tertawa)

 

Ki Ageng : 

Kau memang tamak dan tidak sabaran, Airin. Kalau kau ingin segera keinginanmu terwujud, buatlah Marji beranak pinak.

Airin :

Beranak pinak? Bagaimana caranya, Aki?

Ki Ageng :

Berikan dia perjaka. Marji akan mengawininya secara ghoib. Jika memang cocok, Marji akan segera bertelur dan menetas. Anak-anak marji yang akan menjadi pasukanmu. Semakin cocok marji dengan perjaka yang kau berikan, semakin sering dia akan mengawini perjaka itu dan marji akan semakin sering bertelur. 

Airin :

Lalu bagaimana jika suatu hari nanti perjaka itu menikah?

Ki Ageng :

Perjaka itu tidak akan menikah selama marji tidak lepas darinya. Kau harus secepatnya mencari siapa perjaka yang akan kau persembahkan pada marji.

Airin :

Bagaimana cara saya memberikan perjaka itu kepada marji? 

(Ki Ageng mengambil sesuatu dari sakunya)

 

Ki Ageng :

Ini adalah biji bunga matahari yang sudah berampur dengan air liur marji. Buat perjaka itu memakan biji ini. Marji akan segera mendekati perjaka itu dan apabila dia suka, dia akan mengawininya.

Airin :

Aki, sepertinya saya juga butuh pesugihan. Sampai saat ini saya belum bisa mengeruk uang dari sekolah itu. Saya ingin cepat kaya, Aki, agar mereka tidak lagi memandang rendah saya.

(Ki Ageng tertawa lagi)

 

Ki Ageng :

Kau ternyata belum maksimal menggunakan benda-benda yang aku berikan. Kau pernah aku beri kelelawar, mengapa tidak kau suruh mereka untuk mengambil uang?

 

(Ki Ageng terus tertawa)

(Airin terdiam, ia menggigit bibirnya)

 

Ki Ageng :

Gunakan anak-anak marji untuk mengeruk uang di sekolah itu. Aku yakin kau punya otak untuk membuat banyak rencana busuk, gunakan anak-anak marji untuk melancarkan rencanamu itu. Mereka akan menuruti semua perintahmu asal kau memberikan sesuatu pada mereka.

Airin :

Apa itu, Aki?

Ki Ageng :

Berikan mereka air susumu. 

(Airin terkejut)

 

Airin :

Air susu saya? Mustahil, Aki. Saya sudah tidak menyusui. Anak-anak saya sudah besar.

Ki Ageng :

Mengandunglah lagi, mudah kan?

Airin :

Mengandung?

 

(Wajah Airin pucat.)

(Ki Ageng mendekat ke wajah Airin dan berbisik).

 

Ki Ageng :

Mengandunglah, tetapi bukan dengan suamimu.

 

(Ki Ageng tertawa)

(Airin semakin pucat)

 

Ki Ageng :

Di dunia ini tidak ada yang cuma-cuma, Airin. Selalu akan ada pengorbanan dalam setiap keinginan yang akan dicapai. Semua tergantung padamu, aku hanya memberi jalan.

Airin :

Saya akan melakukan itu, Aki. Apapun akan saya lakukan.

 

SCENE 30, RUMAH MALA (MALAM HARI)

(Mala dan Melanie sedang membaca kitab bersama.)

(Tiba-tiba Mala merasakan sakit di dadanya)

(Mala memejamkan mata, menghentakkan kakinya berkali-kali untuk menahan sakitnya)

 

Melanie :

Mal, Mala...Kau kenapa? Mala, Kau kenapa?

(Mala kejang-kejang, tubuhnya terpental ke belakang)

 

Melanie :

Malaaaaa..... Kau ini kenapa? Bangun Mala???

(Mala segera bangkit dan duduk bersila dihadapan Melanie. Ia berbicara dengan suara yang agak berat)

 

Mala   :

Akan banyak ular dimana-mana. Jangan lepas dari wudhu !

 

(Mala kembali pingsan. Melanie menepuk-nepuk wajah Mala agar sadar)

(Mala sadar, dia berusaha menetralisir keadaannya)

 

Melanie :

Mala, Kau kenapa? Apa yang kau ucapkan?

Mala :

Aku? Aku mengucapkan apa?

Melanie :

Kau kejang-kejang dan tiba-tiba duduk bersila. Kau mengatakan bahwa akan banyak ular dimana-mana. Jangan lepas dari wudhu.

Mala :

Aku? Berkata begitu?

Melanie :

Iya, tapi suaramu agak berat. Seperti suara laki-laki. 

(Mala diam sejenak)

 

Mala :

Buyut Tirto, Mel. Buyut Tirto memperingatkan kita. Bencana baru akan datang. Kita harus waspada.

Melanie :

Bencana apa, Mal?

Mala  :

Entah, yang jelas kita harus waspada. Jangan lepas dari wudhu!

 

SCENE 31, RUMAH AIRIN (PAGI HARI)

(Airin sedang berdandan. Ia bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah)

(Suami Airin masuk membawa sarapan untuknya)

 

Widi :

Kanjeng ratu, ini sarapan sudah siap. 

(Airin menoleh dan mengambil piring dari Widi)

 

Airin :

Sepatuku sudah dicuci?

Widi  :

Sudah, kanjeng ratu.

Airin :

Ambil dan pakaikan. Cepat...!!!

 

(Widi berlari keluar, dia mengambil sepatu Airin dengan cepat)

(Widi memasangkan sepatu ke kaki Airin)

 

Airin :

Bagaimana mobil yang aku pesan? Sudah kau belikan?

Widi  :

Sudah, Kanjeng ratu. Seminggu lagi mobil itu datang. Kanjeng ratu bisa memakainya. 

(Airin tertawa keras)

 

Airin :

Bagus. Bekerjalah lebih keras lagi. Kalau perlu lemburlah tiap hari agar aku bisa membeli semua yang aku inginkan. Aku butuh uang yang banyak.

(Airin tertawa lagi)

 

Widi :

Baik, Kanjeng ratu. Semua perintah kanjeng ratu akan saya laksanakan.

Airin :

Bagus. Sekarang pesankan saya taksi. Mulai hari ini saya tidak mau menggunakan motor jelek itu. Kau harus menyediakan taksi sampai mobil itu datang. Paham?

Widi :

Paham, Kanjeng ratu.

 

SCENE 32, SMA KUSUMA BANGSA (PAGI HARI)

Airin (VO prolog)

Marji, hari ini aku akan memberikan perjaka kepadamu. Kau harus punya banyak anak dulu agar aku bisa mengeruk uang dan mengacak-acak sekolah ini dengan mudah. Jika sekolah ini banyak masalah, maka kepemimpinan Riswan akan goyang. Disitulah aku akan datang sebagai pahlawan.

Pak Ali adalah perjaka untukmu. Aku sudah menyiapkan minuman yang telah bercampur dengan biji bunga matahari pemberian Ki Ageng. Semoga kau suka dengan persembahanku.

 

·Visualnya

Airin turun dari taksi, memasuki gerbang SMA Kusuma Bangsa. Airin berjalan menuju ruang guru. Ia memegang gelas berisi kopi hangat. Airin berpapasan dengan Pak Ali di koridor sekolah. Airin memberikan gelas itu kepada Pak Ali. Pak Ali senang dan membawa gelas itu ke ruang guru. Airin tersenyum dan kembali berjalan menuju ruangannya.

 

(Pak Ali berjalan menuju meja kerjanya. Ia melewati meja Bu Risti, Bu Melanie dan guru-guru lainnya)

(Pak Ali menyapa mereka yang sedang sibuk mengecek berkas-berkas)

 

Pak Ali :

Pagiiiii.... Ibu-Ibu semuaaaa..... apa kabar????

Bu Risti:

Pagi, Pak Ali.

Pak Ali :

Kelihatannya syyiiiibukkk syeekaliiii....

Bu Melanie:

Pak Ali, sebentar lagi persiapan akreditas sekolah. Kita harus mempersiapkan berkas-berkas yang akan diberikan kepada pengawas.

Pak Ali :

Ohhh... Akreditas 

(Pak Ali minum kopi)

 

Bu Risti :

Minum apa, Pak Ali.

Pak Ali :

Oh ini. Kopi, Bu Risti. Saya diberi Bu Airin tadi.

(Bu Melanie menghentikan pekerjaannya?)

 

Bu Melanie:

Airin? Kau diberi kopi oleh Airin?

Pak Ali :

Iya, Bu Melanie. Kenapa? Mau kopi juga?

Bu Melanie:

Kau sudah meminumnya?

Pak Ali:

Sudah barusan. Baru seteguk. Bu Melanie mau juga? Kalau mau, saya bagi. Kalau tak mau, ya saya minum lagi.

(Pak Ali tertawa)

 

Bu Melanie:

Pak Ali, bolehkah kopi itu buat saya ? sepertinya saya lebih membutuhkan daripada Pak Ali. Semalam saya begadang mempersiapkan berkas-berkas ini.

Pak Ali :

Oh, Bu Melanie mau. Bolehlah. Silakan diambil. 

(Bu Melanie mengambil gelas yang berisi kopi dari Pak Ali. Ia lalu beranjak pergi)

 

Bu Risti :

Lho, Mel, mau kemana?

Bu Melanie:

Mau ke warung depan. Minum kopi belum lengkap kalau tidak ada pisang gorengnya.

Pak Ali :

Cocok sekali. Segera deh.

(Bu Melanie keluar dari ruang guru dengan tergesa-gesa)

 

SCENE 33, MUSHOLLA (PAGI HARI)

(Sepert biasa, Mala selalu sholat dhuha sebelum memulai aktivitasnya)

(Melanie datang, ia menunggu Mala menyelesaikan sholatnya)

 

Mala  :

Ada apa, Mel?

Melanie :

Mal, tadi Airin memberi kopi ini kepada Pak Ali. Firasatku tidak enak. Bisakah kau melihatnya?

 

(Mala mengambil gelas dari Melanie. Ia membaca doa-doa dan melihat isi dalam gelas tersebut)

(Mala membelalakkan matanya)

(Mala keluar dari musholla menuju parit)

(Mala membuang kopi itu ke parit)

(Mala kembali masuk ke musholla)

 

Melanie :

Ada apa, Mal? Apa isi gelas itu?

Mala :

Gelas itu berisi...berisi... anak-anak ular.

Melanie :

Apa???

Mala :

Apakah Pak Ali sudah meminumnya?

Melanie :

Sudah, tetapi hanya seteguk.

Mala :

Mel, berikan daun kelor kepada Pak Ali. Suruh dia memakannya mentah-mentah.

Melanie :

Dari mana aku bisa mendapatkan daun kelor?

Mala  :

Mintalah kepada Bu Ami, tetangga sekolah kita. Dan cepat suruh Pak Ali memakannya sebelum anak-anak ular itu tumbuh menjadi besar.

Melanie :

Apa yang harus aku katakan kepada Pak Ali?

Mala  :

Katakan saja kalau itu obat kanker. Kau juga harus memakannya agar Pak Ali percaya. Bergeraklah dengan cepat.

Melanie :

Baik, Mal. Aku akan segera mengambilnya.

 

SCENE 34, RUANG KERJA AIRIN (SIANG HARI)

Airin :

Marjiii.... kemarilah!

 

(Airin menghentakkan kakinya berkali-kali)

(Ular Airin datang melewati celah pintu ruang kerjanya, ular itu mendesis. Bergeliat-geliat di lantai)

(Airin menyiramnya dengan air kembang)

 

Airin :

Bagaimana dengan perjaka yang aku berikan? Apakah kau suka?

 

(Ular itu mengangkat kepalanya, ia kemudian berbalik dan pergi meninggalkan Airin)

(Airin kaget melihat sikap Marji)

 

Airin  :

Dia kenapa? Apakah dia tidak suka dengan Pak Ali? Aku harus mencari perjaka lain. 

(Airin keluar dari ruang kerjanya)

SCENE 35, KANTIN SMA KUSUMA BANGSA (SIANG HARI)

(Airin berjalan sambil berpikir, Ia duduk di kursi kosong. Airin mencari ide, siapa kira-kira yang bisa di jadikan perjaka untuk Marji)

(Airin mengangkat wajahnya, Ia melihat beberapa guru laki-laki)

(Airin tersenyum, karena dia menemukan korban selanjutnya)

(Airin memesan segelas kopi, ia memasukkan biji pemberian Ki Ageng)

(Airin berjalan mendekati kursi guru laki-laki)

 

Airin :

Selamat siang, bapak-bapak semua. Tampaknya nikmat sekali makan siangnya.

Pak Bara :

Oh, Bu Airin. Selamat siang, Bu, tumben ke kantin. Mau makan siang juga?

Airin :

Oh tidak, saya tadi sebenarnya mau membeli teh manis. Tapi mungkin karena kebanyakan pikiran jadi saya salah beli. Tadinya mau saya kembalikan. Tapi melihat bapak-bapak makan disini saya kok jadi ingat kalau Pak Bayu ini pecinta kopi. Daripada mubazir, kopi ini buat Pak Bayu saja.

Pak Bayu :

Wah, terima kasih Bu Airin! Lumayan hemat uang jajan.

Pak Bara :

Sering-seringlah begini Bu Airin. Nongkrong di kantin. Sejak jadi staf, Bu Airin tidak pernah keluar dari ruang kerja.

Airin :

Yah maklumlah bapak-bapak. Saya harus bekerja keras mencari donatur agar agar sekolah ini tidak tutup. Mohon doanya saja agar banyak donatur yang tertarik.

Pak Bayu :

Wah, Bu Airin ternyata sangat pekerja keras! Pantaslah jika Pak satrio memilih Bu Airin menjadi staf.

Airin :

Terima kasih pujiannya, Pak Bayu. Saya hanya menjalankan tugas saja demi kemajuan sekolah ini. Saya yakin bapak-bapak juga akan melakukan hal yang sama jika ditunjuk seperti saya. Oh iya, saya balik dulu karena banyak berkas yang harus saya periksa.

Bapak-bapak :

Silakan, Bu Airin.

Airin :

Permisi

(Airin berjalan sambil tersenyum licik. Ia kembali menuju ruang kerjanya)

 

Pak Bara :

Lu nggak curiga, Bay?

Pak Bayu :

Curiga kenapa?

Pak Bara :

Tumben-tumbenan dia ngasik kopi ke elu. Jangan-jangan kopi itu ada racunnya lagi.

Pak Bayu :

Hussh.. hati-hati kalau ngomong. Jangan berprasangka jelek dengan niat baik seseorang.

 

(Melanie dari tadi memperhatikan Bayu dan Bara. Ia pura-pura menikmati makanannya)

 

Pak Bara :

Jangan diminum deh, Bay. Gue takut ada apa-apanya.

Pak Bayu :

Apaan sih? Cuma kopi juga. 

(Melanie  mendekati meja mereka)

 

Melanie :

Pak Bayu, apa boleh kopinya untuk saya? Daripada kalian bertengkar. Saya lebih butuh kopi itu. Semalam begadang mengerjakan tugas akreditas. Mata ini mengantuk terus.

(Bara menyenggol Bayu agar memberikan kopinya)

 

Melanie :

Boleh ya, Pak Bayu. Saya mengantuk sekali.

Pak Bara :

Sudah berikan saja. Ini Bu Melanie. Ambillah! 

(Bara merebut gelas kopi Bayu)

 

Pak Bayu :

Eh..eh..

Pak Bara :

Sudah...sudah... Ambil saja Bu Melanie!

Pak Bayu :

Tapi, Bar..

Pak Bara :

Lu, gue beliin lagi. Sudah yang ini buat Bu Melanie.

Bu Melanie :

Terima kasih, Pak Bara, Pak Bayu. Saya kembali dulu.

(Melanie pergi meninggalkan kantin)

 

Pak Bayu :

Lu gimana sih, Bar?

Pak Bara :

Udah, nanti gue beliin lagi.

Pak Bayu :

Janji, lu, ya?

Pak Bara :

Iya, janji.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar