SUSUK
6. SCENE 43-64
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

SCENE 43, SMA KUSUMA BANGSA (SIANG HARI)

(Melanie keluar dari kelas, dia baru saja selesai mengajar.)

(Melanie berjalan, ia tidak tahu kalau sedang diikuti Marji)

(Melanie menuruni anak tangga)

(Marji menggigit kaki kanan Melanie, Melanie jatuh dari anak tangga)

(Melanie berteriak)

(Melanie tak sadarkan diri)

(Guru-guru berdatangan, mereka berteriak panik melihat Melanie)

(Melanie digotong ke ruang kesehatan)

(Airin tersenyum dari kejauhan)

SCENE 44,  TERAS RUMAH MELANIE (SORE HARI)

Dokter (VO monolog)

Melanie mengalami benturan di matanya. Ia mengalami kebutaan. Kami menyarankan Ibu Melanie menjalani pemeriksaan lebih intensif lagi di rumah sakit lain. Karena keterbatasan alat di rumah sakit ini. Untuk sementara waktu, mata Ibu Melanie kami perban dulu.

 

*Visualnya

 Melanie duduk di kursi roda di teras rumahnya.

 

SCENE 45,  SMA KUSUMA BANGSA (PAGI HARI)

Airin (VO monolog )

Aku tidak akan membiarkan satu orangpun menjadi penghalang dalam rencanaku. Dan kamu, Melanie, kau benar-benar berani menjadi penghalangku. Semoga kebutaanmu permanen sehingga kau tidak bisa kembali ke sekolah ini.

 

*Visualnya

 Airin berjalan sambil membawa segelas minuman. Ia memberikan minuman itu kepada Pak Ali. Airin menunggu sampai Pak Ali benar-benar meminumnya.

 

SCENE 46,  SMA KUSUMA BANGSA (PAGI HARI)

(Airin tersenyum senang melihat anak-anak Marji mulai bermunculan di sekolah)

(Airin menyiram air kembang ke anak-anak Marji)

 

SCENE 47,  RUANG GURU (SIANG HARI)

(Riswan masuk ke ruang guru diikuti Airin. Ia terkejut melihat tumpeng mewah di atas meja)

(Guru-guru bertepuk tangan sambil berteriak selamat ulang tahun pada Riswan)

(Riswan memotong tumpeng dan Airin segera mengambil potongan tumpeng pertama dan mencium pipi Riswan)

(Beberapa guru terkejut dan memandang sinis )

 

SCENE 48,  RUANG KEPALA SEKOLAH (SIANG HARI)

(Airin masuk ke ruang kerja Riswan sambil membawa laporan)

(Airin sengaja menaburkan bedak pemberian Ki Ageng pada laporannya)

(Riswan membuka laporan pemberian Airin. Melihat ada kotoran, Riswan membersihkannya sehingga bedak itu terhirup)

  

SCENE 49,  FOODCOURT, MALL (SORE HARI)

(Airin dan Riswan makan bersama di foodcourt)

(Airin menyuapi Riswan)

(Airin dan Riswan melanjutkan berjalan-jalan dan berbelanja baju)

 

SCENE 50,  RUANG KEPALA SEKOLAH (PAGI HARI)

(Airin masuk sambil membawa sarapan untuk Riswan)

(Airin menyuapi Riswan sampai makanan itu habis)

 

SCENE 51,  HOTEL (MALAM HARI)

(Riswan mengambil kunci kamar di resepsionis)

(Riswan dan Airin berjalan menuju kamar)

(Riswan menutup pintu kamar)

 

SCENE 52,  SMA KUSUMA BANGSA (PAGI HARI, 4 bulan kemudian)

(Airin turun dari mobil barunya, perutnya keliatan besar)

(Anak-anak Marji segera mendatanginya)

(Airin melihat sekelilingnya, tidak ada orang)

(Airin segera mengambil air kembang tujuh rupa dari mobilnya dan menyiramnya ke anak-anak Marji)

(Airin segera berjalan menuju ruang kerjanya)

 

SCENE 53,  RUANG KEPALA SEKOLAH (SIANG HARI)

(Airin dan Riswan sedang makan siang bersama di ruang kerja Riswan)

(Airin menyuapi Riswan, sedangkan Riswan mengelus-elus perut Airin)

 

SCENE 54,  ATM (SORE HARI, 3 bulan kemudian)

(Airin mengecek saldo tabungannya)

(Ia tersenyum karena jumlah uangnya mencapai milyaran)

 

SCENE 55,  SHOWROOM MOBIL (SORE HARI)

(Airin memilih mobil baru didampingi pihak showroom)

(Airin menunjuk mobil pajero hitam)

(Pihak Showroom memberikan berkas-berkas yang harus ditandatangani Airin)

(Airin menandatangani dengan tersenyum)

(Pihak showroom memberikan kunci mobil pada Airin)

(Airin menerima kunci dan bersalaman dengan pihak showroom)

(Airin membawa pulang mobil pajero hitam barunya)

 

SCENE 56,  KLINIK BERSALIN (SORE HARI)

(Airin dan Riswan mendatangi dokter kandungan untuk memeriksakan kandungan Airin)

(Tanpa sepengetahuan mereka, Bu Risti melihat mereka )

 

SCENE 57,  SMA KUSUMA BANGSA (PAGI HARI)

(Airin datang ke sekolah mengendari mobil barunya)

(Ia keluar tanpa menoleh sekeliling)

(Guru-guru memandang sinis)

 

SCENE 58,  RUANG GURU (SIANG HARI)

Bu Risti :

Hebat sekali, Airin. Tiap bulan gonta ganti mobil.

Pak Ali :

Maklumlah. Simpanan Bos!

Pak Bayu :

Husshhhh, mulutnya kalau ngomong nggak diatur!

Pak Ali :

Ih, siapa yang sembarangan ngomong. Semua juga tahu kok seperti apa kelakuan Airin.

Bu Risti :

Aku juga pernah melihat mereka ke dokter kandungan. Anehnya, mengapa Pak Riswan yang mengantar? Airin kan punya suami.

Pak Ali :

Kalau suaminya si Airin sudah mirip pembantu.

Pak Bayu :

Darimana lu tahu?

Pak Ali :

Waktu itu saya pernah lewat di depan rumahnya. Penasaran kan bagaimana sih kehidupan si Airin. Dan ternyata... awwwww dia benar-benar sebagai ratu. Suaminya itu setiap hari mencuci mobilnya, menyiapkan tasnya dan yang lebih parah suaminya itu memasangkan sepatunya Airin. Pakai nyembah-nyembah lagi. Uuuwwwww dimana harga diri seorang laki-laki?

Bu Risti :

Si Airin kalau dirumahnya minta dipanggil Nyonya Boss. Jangan sampai dia disini juga minta dipanggil begitu.

Pak Ali :

Bukan Nyonya Boss tapi kanjeng ratu. Aduh.... amit-amit Bu Risti. Jangan sampai deh!

Pak Bayu :

Alah, Airin cuma staf kok. Nggak mungkinlah semena-mena.

Bu Risti :

Pak Bayu nggak ingat dia dulu siapa? Dia itu bukan siapa-siapa yang tiba-tiba diangkat jadi staf. Dia nyaris dikeluarkan tapi saat pengumuman malah Bu Wati yang di PHK.

Pak Ali :

Dan sejak dia jadi staf, dia seperti menjelma menjadi orang kaya baru. Saya pernah dengar dia baru saja membeli apartemen.

Bu Risti :

Bukan beli tapi diberi Pak Riswan.

Pak Bayu :

Husshh. Bu Risti awas fitnah.

Bu Risti :

Fitnah darimana. Fakta itu Pak Bayu.  

(Bu Risti pergi meninggalkan Pak Bayu dan Pak Ali)

 

SCENE 59,  RUANG KEPALA SEKOLAH (SIANG HARI)

(Seperti biasa Airin makan siang di ruang kerja Riswan. Airin menyuapi Riswan sedangkan Riswan mengelus perut Airin)

 

Riswan :

Sebentar lagi anak ini akan lahir. Tapi kau tidak sekalipun minta sesuatu padaku.

Airin :

Untuk apa? Aku sudah senang dengan apa yang aku miliki sekarang.

Riswan :

Kalau anak ini lahir bagaimana nasibnya? Secara genetik anak ini adalah darah dagingku.

Airin :

Tidak perlu kau pikirkan. Anak ini akan tetap menjadi anakku dan Widi. Aku tidak akan meminta pertanggung jawabanmu. Kau punya hati dan nama yang harus kau jaga. Jangan sampai karena kita salah langkah semuanya hilang.

Riswan :

Tapi, aku juga ingin merawat anak itu.

Airin  :

Lupakan! Anggap saja anakmu sudah mati.

 

(Airin menghentakkan kakinya, seketika keluarlah anak-anak Marji berjalan ke arah Riswan.)

(Anak-anak ular itu melilit kepala Riswan)

 

Airin  :

Tugasmu sudah selesai. Lupakan apa sudah terjadi ! Anak ini adalah anakku dan Widi.

 

(Riswan mengangguk)

(Airin keluar dari ruang kerja Riswan)

 

SCENE 60, GUBUK LINGGAU (PAGI HARI)

(Seorang gadis tengah sibuk memasak di dapur. Ia dengan cekatan menyiapkan makanan)

(Seorang laki-laki tua masuk, membawa kayu bakar dan meletakkan di sampingnya)

 

Dayu :

Datuk, sudah pulang? Datuk pasti lapar. Tunggu, datuk sebentar lagi nasinya akan matang.

(Datuk Suryo mengangguk sambil mengipas-ngipas badannya dengan baju lusuhnya. Ia memandangi Dayu)

 

Datuk Suryo (monolog ) :

Tak terasa, bayi perempuan itu sudah menjadi gadis. Sebentar lagi, aku akan mengembalikanmu kepada kedua orang tuamu. Sudah cukup waktumu bersamaku. Aku yakin tiga tahun lagi, bekalmu akan cukup.

 

Dayu :

Datuk... Datuk... Datuk melamun?

Datuk Suryo :

Ah tidak, Datuk hanya tidak menyangka kau sudah sebesar ini, Dayu. 

(Dayu tertawa)

 

Dayu :

Datuk merawat Dayu dengan baik. Bagaiana Dayu tidak bertambah besar?

Datuk Suryo :

Dayu, berapa umurmu sekarang?

Dayu :

Lusa akan genap 17 tahun, Datuk.

Datuk Suryo :

Sebentar lagi Datuk akan mengembalikanmu.

Dayu :

Mengembalikan? Kemana?

Datuk Suryo :

Kepada kedua orang tuamu.

Dayu :

Orang tua? Maksud Datuk apa?

Datuk Suryo :

Nantilah Datuk akan ceritakan. Sabar dulu cah ayu. Datuk akan memberimu beberapa ilmu lagi. Sekarang Datuk mau makan dulu. Nasinya sudah matang belum?

Dayu :

Sudah, Datuk. Mari makan!

 

SCENE 61, MUSHOLLA  (PAGI HARI)

(Mala sedang menunaikan sholat dhuha, tiba-tiba gerakannya terhenti)

(Mala menoleh ke belakang. Ia melihat banyak burung gagak )

(Mala keluar dari musholla, ia berlari menuju koridor sekolah)

(Mala ketakutan karena banyak burung gagak yang hinggap di pohon, atap sekolah, dan di lapangan)

(Burung gagak itu membawa kain kafan yang sudah memiliki bercak merah darah)

(Mala berteriak di tengah lapangan, tangannya menunjuk-nunjuk ke langit)

 

Mala :

Allah....Allah... Allah.......Tolong....Tolong...Tolong...!!!

 

(Orang-orang keluar mendengar teriakan Mala)

(Mereka ingin mendekat tetapi takut melihat Mala yang seolah-olah kesurupan)

(Mala berputar putar sambil terus berteriak)

 

Mala  :

Allah... Allah.... gagak...gagak... tolong...tolong...usir gagak itu! Bahaya...bahaya...!

 

(Mala terus berputar sampai akhirnya ia tumbang, Mala pingsan di tengah lapangan)

(Pak Bayu, Pak Ali dan guru-guru yang lain berlari mendekati Mala)

(Mereka membawa Mala ke ruang kesehatan)

 

SCENE 62, UKS (SIANG HARI)

(Mala siuman, ia segera bangkit. Dihadapannya tampak Marji menjulurkan lidahnya. )

(Marji siap menerkam Mala)

(Mala berteriak dan mengumandangkan azan)

 

Bu Risti :

Mala...Mala.. Kamu kenapa? 

(Mala bangkit)

 

Bu Risti :

Kamu kenapa? Kamu seperti kesurupan berteriak-teriak di tengah lapangan. Ada apa?

Mala  :

Bu Risti, saya melihat banyak sekali burung gagak di sekolah ini. Mereka membawa kain kafan yang memiliki bercak darah.

Bu Risti :

Gagak? Gagak apa? Tidak ada gagak disini. Sepertinya kau sedang tidak sehat. Tunggu sebentar, aku akan meminta surat ijin agar kau bisa pulang cepat.

 

(Mala membuang selimut yang menutupi badannya. Ia bangkit dan keluar dari UKS)

(Mala berjalan, mencari kembali kemana gagak-gagak itu)

 

Bu Risti :

Mala, kau mau kemana?

Mala :

Aku mau mencari gagak-gagak itu. Akan ada bahaya di sekolah ini. Gagak itu membawa kain kafan dengan bercak darah.

Bu Risti :

Mana ada gagak? Sejak tadi kau ngelantur masalah gagak. Tidak ada gagak! Kau hanya mengigau.

(Mala diam. )

 

Bu Risti :

Sekarang aku antar pulang. Ini suratmu sudah selesai.

(Mala dan Bu Risti berjalan )

 

SCENE 63, RUMAH MALA (SIANG HARI)

(Mala dan Bu Risti tiba di rumah Mala)

(Di teras rumah Mala, Melanie tengah duduk)

(Bu Risti mengucek-ngucek matanya, ia berlari ke arah Melanie)

 

Bu Risti :

Mel, Melanie..! Ini kamu, Mel? Ya Allah, Melanie...! Kamu kenapa bisa disini?

 

(Bu Risti memeluk Melanie sambil menangis)

(Melanie meraba-raba wajah Bu Risti. Dia kaget dengan kedatangan Bu Risti)

 

Bu Risti :

Sejak peristiwa itu. Kau menghilang. Apa yang sebenarnya terjadi, Mel? Mengapa kau bisa ada di rumah Mala?

(Melanie tetap diam)

 

Bu Risti :

Aku dan teman-teman yang lain tidak berhenti mencari tahu keberadaanmu. Tapi, kami tidak mendapatkan info apa-apa. Data-datamu hilang. Pasti Airin pelakunya.  

Melanie :

Risti, terima kasih atas perhatianmu. Beginilah keadaanku sejak perisiwa itu. Aku mengalami kebutaan. Aku tidak bisa kemana-mana. Hanya duduk di kursi roda ini, menunggu keajaiban.

Mala :

Bu Risti pasti bingung. Saya dan Melanie adalah saudara kembar tapi tidak identik. Tidak ada yang tahu tentang ini.

Bu Risti :

Hah? Saudara kembar? Kalian... mana mungkin

Mala :

Itu kenyataannya dan kami menutupi semuanya.

Melanie :

Ngomong-ngomong kenapa kau sudah pulang, Mal?

Bu Risti :

Mala kesurupan. Dia berteriak gagak...gagak... padahal tidak ada apa-apa.

Melanie :

Benarkah, Mal ? Apa yang kau lihat?

Mala :

Banyak gagak membawa kafan yang bernoda darah. Gagak-gagak itu menyerangku.

Bu Risti :

Tapi kenyataannnya tidak ada apa-apa. Mala hanya mengigau.

Melanie :

Mala tidak mengigau, Risti. Dia sejak kecil memiliki indra keenam. Dia bisa melihat makhluk ghaib.

Bu Risti :

Benarkah?

(Mala mengangguk)

 

Mala  : Kita harus hati-hati, Bu Risti. Akan ada bencana di sekolah kita. 

(Mereka saling pandang dengan cemas)

 

SCENE 64, KANTIN SMA KUSUMA BANGSA (SIANG HARI)

(Beberapa guru sedang makan siang)

(Tiba-tiba Pak Jeremy tersedak, ia kesakitan sambil memegang lehernya)

(Guru-guru yang lain bangkit mendekati Pak Jeremy)

(Pak Jeremy muntah darah lalu jatuh tak sadarkan diri)

(Pak Ali mencoba membangunkan Pak Jeremy)

(Nafas Pak Jeremy terhenti)

(Pak Ali memandang guru-guru yang lain dengan wajah pucat)

 

Pak Ali  :

Pak Jer....Pak Jer... Pak Jeremy sudah meninggal....

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar