SUSUK
1. SCENE 1-6
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Cast :

Airin   :  antagonis, pendiam, ambisius, pekerja keras, cerdas

Putri Sedayu: protagonis, lugu, indigo (Anak Pak Satrio)

Datuk Suryo: Kakek Putri

Pak Satrio: ( Kepala sekolah SMA Kusuma Bangsa, Ayah Putri Sedayu )

Risa :( Ibu Putri Sedayu)

Rian :( Adik Putri Sedayu)

Pak Amral: ( Wakil Kepala SMA Kusuma Bangsa)

Pak Jeremy :(Wakil Kepala SMA Kusuma Bangsa)

Bu Melanie: ( Pengajar di SMA Kusuma Bangsa)

Bu Mala :( Saudara kembar Melanie, Karyawan SMA Kusuma Bangsa)

Pak Riswan: ( Pengajar di SMA Kusuma Bangsa)

Bu Risti: ( Pengajar di SMA Kusuma Bangsa)

Pak Ali: ( Pengajar di SMA Kusuma Bangsa)

Pak Bara: ( Pengajar di SMA Kusuma Bangsa)

Pak Bayu: ( Pengajar di SMA Kusuma Bangsa)

Ki Ageng: ( guru spiritual Airin)

Widi: ( suami Airin)

SCENE 1, TELAGA 3 WARNA (TENGAH MALAM)

Airin (VO Prolog) :

Aku tidak akan lupa bagaimana mereka memperlakukanku. Aku dihina seakan-akan sampah yang tak berharga. Mereka terlalu sombong dengan pangkat dan harta yang mereka punya sehingga bertindak semena-mena terhadapku. Aku memang masih berstatus sebagai tenaga honorer. Tapi kemampuanku tidak kalah dengan mereka. Aku memang dari keluarga miskin. Wajahku tidak secantik mereka. Aku memang tidak punya segalanya tetapi aku tidak mau seperti ini terus – menerus. Aku harus mengubah nasib. Apapun akan aku lakukan agar aku bisa balas dendam pada mereka.

Visualnya

Airin sedang menjalani ritual di sebuah telaga. Dia menceburkan kepalanya berkali-kali ke dalam telaga. Dia didampingi Ki Ageng, guru spiritualnya.

Ki Ageng :

Airin... ! Sudah 7 kali kau menceburkan kepalamu kedalam air. Sekarang keluarlah !

(mulut Ki Ageng berkomat kamit membaca mantra sambil menaburkan kembang tujuh rupa ke dalam telaga.)

(Airin muncul dari dalam air. Beberapa kali ia mengusap wajahnya yang basah)

Ki Ageng:

Naiklah ke permukaan ! kau akan menjalani ritual selanjutnya.

(Airin, yang berada di tengah telaga kemudian berjalan menuju tepi telaga.)

Ki Ageng:

Ambil dan tutupi badanmu dengan ini !

( Ki Ageng melempar kain berwarna putih ke arah Airin)

( Airin mengambil kain putih pemberian Ki Ageng dan melilitkan ke badannya.)

SCENE 2, TEPI TELAGA 3 WARNA (TENGAH MALAM)

Audio : suara kentongan dan burung hantu

(Ki Ageng duduk berhadapan dengan Airin. di tengah mereka ada berbagai macam sesajen seperti kembang 7 rupa, ayam hitam dan beras kuning)

(Ki Ageng mulai menaburkan kemenyan, membaca mantra)

Ki Ageng:

Makan kembang ini!

(Airin mengunyah kembang)

Ki Ageng:

Kanjeng ratu, kanjeng romo, sembah paduka gusti kanjeng. Terimalah persembahan kami. Segara menyatu, segara menyatu

(Ki Ageng memotong leher ayam hitam dengan parang)

(Audio : suara teriakan ayam, )

(Visual : petir di langit)

(Ki ageng menampung darah ayam hitam)

Ki Ageng:

Minum !

(Ki ageng memberikan darah ayam hitam kepada Airin)

Airin   :

Minum? Darah ayam ini?

Ki Ageng:

Kenapa? Kau tak mau?

Airin   :

Ma..ma..Mau, Aki.

(Airin minum darah ayam sambil sesekali dia terbatuk-batuk )

(Ki ageng memasukkan 3 susuk ke wajah Airin, di dahi dan kedua pipinya)

Ki Ageng:

Ritual pertamamu sudah selesai. Kau harus menyelesaikan enam ritual lagi.

Airin   :

Sekarang apa yang harus saya lakukan lagi, Aki?

Ki Ageng:

besok adalah jum’at kliwon. Lakukan bancaan di tempat kerjamu. Bagikan nasi kotak kepada teman-temanmu. Ingat, lauknya hanya boleh udang 7 ekor.

Airin   : 

Besok? Bagaimana aku mempersiapkannya?

(Ki Ageng bangkit dari duduknya dan membuang sesajen ke telaga)

Ki Ageng:

Pikir sendiri!

(Ki Ageng pergi meninggalkan Airin)

SCENE 3, RUANG GURU ( JAM MAKAN SIANG)

Airin (VO prolog)

Dan aku akan melakukan apapun untuk mewujudkan impianku. Mereka harus merasakan apa yang aku rasakan. Bagaimana rasanya dihina. Bagaimana rasanya tersingkirkan. Kalian sekarang bisa tertawa, tapi nanti kalian akan menangis. Tunggu saja pembalasanku.

Visualnya 

Airin membagikan nasi kotak kepada rekan kerjanya. Semua senag menerima pemberian Airin. beberapa dari mereka mulai memakan nasi kotak sambil tertawa. Airin keluar dari ruang guru sambil tersenyum licik.

SCENE 4, RUANG KEPALA SEKOLAH (SIANG HARI)

(Pak Satrio, Kepala SMA Kusuma sedang rapat dengan Pak Amral, Wakil kepala bidang kurikulum)

(Pak Satrio menghela nafas)

Pak Satrio:

Keuangan sekolah sedang kurang bagus. Kita tidak mungkin memperkerjakan tenaga honorer sebanyak ini. Ini pilihan sulit.

Pak Amral :

Apakah tidak ada jalan lain, Pak ? saya pun tak tega jika harus memberhentikan mereka.

Pak Satrio:

Tidak ada jalan lain, Pak Amral. Biaya operasional sekolah ini membengkak hanya untuk membayar tenaga honorer yang sebenarnya tidak kita perlukan. Buanglah beberapa agar  keuangan sekolah ini membaik!

(Pak Amral membuka lembar daftar tenaga honorer )

Pak Amral :

Kemungkinan ada lima orang yang bisa kita off kan, Pak.

Pak Satrio:

Siapa saja ?

Pak Amral :

Pak Anwar, Bu Sami, Bu Airin, Bu Chandra dan Bu Kia

Pak Satrio:

Segera siapkan surat keluar bagi mereka berlima dan juga pesangon satu kali gaji. Besok suruh mereka menghadap saya!

(Airin mengetok pintu ruang kepala sekolah)

Pak Amral :

Masuk !

(Airin masuk sambil membawa dua kotak nasi)

Airin     :

Maaf mengganggu. Saya mau mengantarkan nasi kotak untuk Pak Satrio

Pak Satrio:

Siapa ini yang mengadakan syukuran?

Airin     :

Saya, Pak.

Pak Satrio:

Ada acara apa ini, Airin?

Airin     :

Tidak ada acara apa-apa, Pak. Hanya syukuran saja.

Pak Satrio:

Terima kasih, ya, Airin.

Airin     :

Sama-sama,Pak. Saya permisi dulu.

(Airin keluar dari ruang kepala sekolah )

Airin (VO prolog)

Kalian. Orang-orang sombong yang tidak mempunyai hati nurani. Melihat seseorang dari sisi materi. Kalian tidak tahu siapa aku. Apapun akan aku lakukan agar aku tetap disini. Lihat saja siapa yang akan terdepak dari sekolah ini? Aku atau kalian?

Visualnya

Airin berjalan dari ruang kepala sekolah menuju ruang guru diselingi adegan Pak Satrio dan Pak Amral sedang makan nasi kotak.

SCENE 5, TELAGA TIGA WARNA (MALAM HARI)

*Audio ( suara musik gamelan, jangkrik dan burung hantu)

* Visual

Airin berendam di telaga tiga warna. Ki Ageng membaca mantra sambil melempar kembang tujuh rupa ke arah Airin. Ki Ageng mengambil beberapa batu dari tangannya. Ketika dilempar ke arah Airin, batu itu berubah menjadi kelelawar yang kemudian menggigit wajah Airin.

Ki Ageng:

Apa yang kau rasakan?

Airin   :

Sakit, Aki. Sakit, Aki.

Ki Ageng:

Tahan rasa sakit itu. Ritualmu akan selesai kalau kau sudah tidak merasa kesakitan lagi

Airin   :

Apa ini, Aki? Sakit sekali.... Sakit wajah saya.... Aki...Aki....

(Airin mengerang kesakitan)

(suara petir, Ki Ageng mengeluarkan keris dan menghunuskan ke arah langit)

Ki Ageng:

Sukma Kanjeng Romo Samudra. Terimalah persembahan anak cucu engkau!

(Airin berteriak kencang, kemudian Ia tidak sadarkan diri. Badannya masih berada di dalam telaga. Tenggelam perlahan. Tiba-tiba air berhamburan ke atas. Airin muncul dengan wajah yang penuh dengan Aura mistis. Ia berjalan perlahan menuju tepi telaga tiga warna)

Ki Ageng:

Kau memang pantas menjadi muridku. Nafsumu mengalahkan rasa sakitmu. Ha..ha...ha.... Ritual keduamu sudah selesai. Besok lihat saja apa yang akan terjadi. Aku sudah memasukkan beberapa susuk emas di wajahmu. Siapa yang melihatmu akan tunduk dan takjub. Perlahan apa yang kau inginkan akan terwujud. Bersabarlah hingga ritual ketujuhmu selesai.

Airin  :

Terima kasih, Aki. Saya akan kuat menjalani ritual yang aki berikan.

Ki Ageng:

Ingat, ada beberapa hal yang menjadi pantanganmu.

Airin   :

Apa itu, Aki?

Ki Ageng:

Pertama, jangan pernah memegang apalagi memakan daun kelor. Kedua, jika kau makan sate, pisahkan daging dari tusuknya! Karena kalau tidak, susuk yang sudah aku tanamkan akan lepas.

Airin   :

Baik, Aki. Saya akan mematuhi semua perintah, Aki.

Ki Ageng:

Pulanglah! Besok, Lihatlah apa yang terjadi!

SCENE 6, RUANG GURU (PAGI HARI)

Bu Risti  :

Mel, !

Bu Melanie:

Hmm...

Bu Risti  :

Tumben ya si Airin bancaan?

Bu Wati   :

Iya, saya juga merasa aneh

Bu Melanie:

Apanya yang aneh sih?

Bu Wati   :

Ya, aneh saja, Bu.

Bu Risti  :

Dia kan hanya tenaga honorer. Gajinya saja berapa. Mana cukup untuk bancaan satu sekolah? Dan anehnya lauknya itu lho, udang tujuh ekor. Itu tidak wajar. Biasanya orang bancaan itu lauknya ayam, daging, atau telur. Ini kok udang ya?    

Bu Melanie:

Entahlah, mungkin dia kehabisan stok lauk. Jadinya pakai udang.

Bu Wati   :

Tapi kan aneh, Mel.

Bu Melanie:

Sudahlah, niat baik seseorang jangan dicurigai.

Pak Ali   :

Bu-Ibu sudah tahu belum?

Ibu-Ibu   :

Apa????? (menjawab serempak)

Pak Ali   :

Saya punya I.N.F.O pueeeennnnntuuuuiiing.

Bu Melanie:

Pentung???

Pak Ali   :

Penting, Bu Melanie. Penting sekali.

Bu Risti  :

Apa? Cepet beri tahu. Jangan lama-lama! (nada judes)

Pak Ali   :

Sini, Sini mendekat .

(Ibu-ibu mendekati Pak Ali)

Pak Ali   :

denger-denger akan ada beberapa guru yang akan di rumahkan

(berbisik)

Ibu-Ibu   :

Ha....?????????? (suara keras)

Pak Ali   :

Sssstttttt... jangan ramai-ramai, bu! Ini Ra-Ha-Si-A.

Bu Risti  :

Kamu tahu darimana,Pak? Jangan buat hoax! Ini akan membuat kegegeran yang berkepanjangan.

Bu Wati   :

Benar, Pak Ali. Jangan membuat resah. Kami sudah resah bayaran dipotong 10%, sekarang malah ada kabar begini.

Pak Ali   :

IIIIIhhhhh... Kalian tak percaya kepadaku? Pak Ali Madani itu sumber dari segala sumber. Sekolah ini mau bangkrut. Buat bayar tenaga honorer seperti kalian-kalian ini sudah tak mampu. Pak Satrio sedang mengusahakan untuk meminta guru ASN yang banyak agar bisa mengajar disini dannnnnn... sebagai konsekuensinya guru-guru semacam kalian akan di P.H.K

Bu Melanie:

Waduh, Pak. Jangan sampai terjadi. Bagaimana nanti nasib anak-anak kami? Mau makan apa kami?

Bu Wati   :

Benar, Pak. Bayaran dipotong 10% saja kami sudah ruwet apalagi di P.H.K

Bu Risti :

Kita demo saja kalau itu benar-benar terjadi.

Pak Ali   :

Ih.. kalian ini. Makanya bantu sekolah cari murid. Jangan tahunya demo saja.

Bu Risti  :

Gimana mau dapat murid? Sekolah ini bayarannya mahal tapi fasilitasnya NOL BESAR.

Pak Ali   :

Ya kalian promosilah, manipulasilah, atau apalah. Kalian mau di P.H.K kalau sekolah ini bangkrut? Kalau saya kan ASN nggak ngaruh meski sekolah ini bangkrut. Tapi kalau guru-guru macam kalian ini, ya... siap-siap ajalah

(Airin masuk ke ruang guru dan duduk di kursinya)

Pak Ali   :

(berbisik) Itu salah satu kandidat yang mau di rumahkan.

Ibu-Ibu   :

Oouuwww....

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar