Selangkah Maju (Script)
7. 7. Jus

44 EXT. PINGGIR JALAN — SIANG

Masih tak percaya oleh sikap Fajri tadi Alan mematung sampai ocehan Alder yang menanyakan apapun dilihatnya tak ditanggapi dengan baik.

ALDER

(menengadah pada wajah Alan) Jus aku mau itu! (menunjuk aneka jajanan)

Alan masih diam bahkan tak bergerak sedikitpun dari posisinya.

ALDER

Jus! (menarik tangan Alan berhenti di tukang dagang batagor)

Alan sadar lalu mengernyit bingung dan menatap Alder.

ALAN

Mau ini?

Alder mengangguk kemudian Alan memesan dua porsi batagor untuk dimakan ditempat. Setelah makanan datang keduanya makan dengan Alder yang kesusahan makan sendiri bahkan batagor yang ditusuk garpu malah terbang dari piring.

Alan masih asyik makan dan pikirannya berkelana sambil menyantap batagor.

ALDER

Jus, makan ini gimana?

Alan geleng-geleng kepala lalu menyuapi Alder batagor miliknya karena batagor milik Alder sudah berceceran dimana-mana.

Handphone Alan berbunyi dengan segera Alan mengangkatnya dengan Alder asyik memakan bumbu batagor dengan nikmat.

Nomor tak dikenal membuat Alan enggan mengangkat namun bunyinya berulang dan mau tak mau mengangkat.

ALAN

Halo!

BENI

Halo.

ALAN

Saha maneh? (tertawa dalam hati)

BENI

Saha nya.

Alan terdiam sejenak merasa familiar dengan suara itu.

ALAN

Beni kan lo? (melihat sekitar)

BENI

Wah... saha Beni?

ALAN

Jangan pura pura lah gak lucu, kemana aja lo selama ini?

ALDER

Jus, aku mau minum?

Alan menutup handphone dengan sebelah tangannya

ALAN

Minum apa?

ALDER

Minum air.

ALAN

Nanti gue telepon lagi awas aja kalau gak diangkat.

Setelah mengambilkan minum untuk Alder, Alan mengamati sekitar sepertinya tidak ada sosok Beni.

ALAN 

Dia ada dimana sekarang? kenapa gak muncul aja sih. (menggerutu)

ALDER

Jus aku udah kenyang, mau pulang.


45 INT. RUANG TAMU — SIANG

Alder tertidur pulas di sofa dan Alan kembali menghubungi nomor Beni tapi tidak diangkat membuat Alan hampir berteriak namun melihat keberadaan Alder membuatnya urung.

ALAN

Sorben awas aja kalau gue ketemu lo gue bakal hajar lo sampai masuk rumah bersalin. (bergumam dan meremas ponselnya)


46 EXT. TERAS RUMAH ALAN — SIANG

Farel berdiri sesekali mengecek keadaan rumah Alan yang sepi. Dia mau balik lagi tapi ragu-ragu.

FAREL

Ada orang gak ya apa si boss kabur.

Farel ingin mengetuk pintu tetapi malah mengepalkan tangannya.

FAREL

Bodo amat lah resto dia bukan...

ALAN

Ngapain lo?

Farel terlonjak kaget kehadiran Alan tiba-tiba dibelakangnya.

Farel

(nyengir) eh boss..

ALAN

Mau apa kesini?

Farel menghembuskan napas kasar dan geregetan karena Alan pelupa akan janjinya kemarin di restoran.

FAREL

ini, nih ini!

Alan memperhatikan Farel dengan bingung.

FAREL (V.O)

Dasar pikun mana masih muda.

ALAN 

Kalau gak ada kepentingan gue masuk lagi.

Farel merentangkan kedua tangannya menghalangi kepergian Alan.

FAREL

Gue kesini mau nagih...

ALAN

(memotong pembicaraan) Gaji lo.

FAREL

Bukan denger dulu elah.

FAREL

Kan lo bilang mau datang buat rapat eh taunya kemana hayo gue sebagai karyawan yang setia merasa dibohongi.

Alan mengangguk kecil baru mengerti apa maksud kedatangan Farel.

FAREL

Jadi gimana mau tutup aja atau...

ALAN

Lo urus aja.

Farel menunjuk dirinya dan Alan mengangguk lalu Farel tepuk tangan.

FAREL

Wah gue sangat terharu, omongan lo bikin gue terharu. Mana tisu gue butuh lima gulung.

Alan menatap Farel datar.

FAREL (CONT'D)

Boss ini serius, masa iya gue yang pegang resto nanti yang ada para pelanggannya kabur duluan pas nyicip masakan gue.

ALAN

Cari aja pegawai lain.

FAREL

Duitnya?

Alan

Ya... kalau laku.

Farel mendengkus sebal.

ALAN

Gini deh... terserah mau Lo apain tuh resto yang penting masih ngehasilin duit tapi gue nanti cuma ngecek aja.

FAREL

Lah kok gitu gue kan cuma bisa menulis resep masa iya gue jualan resep?

ALAN

Makannya praktek.

FAREL

Begitu syulit mengerjakannya apalagi saya baik. (nyanyi)

ALAN

Buruk nadanya mending lo pulang aja sana.

FAREL

Iya-iya tapi emang gak ada keputusan lain?

Alan memberikan kunci ke tangan Farel.

FAREL

Kalau gue jual gimana?

ALAN

Siap-siap aja gue bom rumah lo.

FAREL

Serba salah mulu dimatanya gue, heran... (geleng-geleng kepala lalu melenggang pergi)

ALAN

Semoga dia gak macem-macem. (memperhatikan kepergian Farel)


47.EXT . WARUNG KOPI — SIANG

Beni mengaduk-aduk kopi hitamnya sambil melihat jalanan yang dilintasi kendaraan. Pikirannya kacau dipenuhi rasa bersalah.

BENI

Gue pengen ketemu Alder sama Tyas.

Beni menghela napas lanjut minum kopi. Kemudian bapak-bapak menyerobot hingga kopi ditangan Beni tumpah. Si bapak itu hanya menoleh pada Beni dan tak acuh.

BENI

Gini amat hidup gue.

Beni tidak memperpanjang masalah lalu membayar kopi yang dipesannya bergegas untuk pulang karena diluar sepertinya memusuhi.

PEDAGANG ASONGAN

Kacang goreng... kacang kacang pak? (menghampiri Beni)


BENI

Nggak.

PEDAGANG ASONGAN

Wah pak ayo beli ini kacang bukan sembarang kacang, beli lah karena beli satu dapat satu. (membujuk dan menyodorkan dagangannya ke beni)

Beni mengeluarkan uang dua puluh ribu di sakunnya dan memberikan pada si tukang kacang.

PEDAGANG ASONGAN

Nah gitu pak beli siapa tahu masalah bapak segera pergi. Kacangggg! (teriak dan pergi)

BENI

(tercengang) Dia lagi nyindir gue ceritanya?

ANAK KECIL

Pak tisunya. (menawarkan)

Kalau Beni sudah gila akan teriak saja tapi masih ditahan.

BENI

Nggak dek.

ANAK KECIL

Tisu!

Anak itu berubah seketika menjadi wajah Alder membuat Beni mematung. Dia tak menyangka jika Alan memperkerjakan Alder seperti ini.

ANAK KECIL

Pak tisu! (menawarkan lagi)


Tak tega Beni membeli tisu itu meskipun tidak tahu untuk apa lalu Anak itu tersenyum mengembalikan kesadaran Beni

BENI

Lah bukan si Alder? (garuk-garuk kepala memperhatikan si adik sampai menghilang)


BENI

Kayaknya gue harus balik. (berjalan buru-buru)


48. INT. RESTORAN — SIANG

Farel mengambil sapu dan alat pel kemudian bersih-bersih. Dia sampai keringatan karena seluruh ruangan dipel tanpa terlewat.

FAREL

Kapan selesainya ini? (mengeluh)


Lalu duduk di bangku plastik memperhatikan interior restoran. Ia mencari ide agar restoran ini ramai tapi bingung bagaimana caranya.

FAREL

Kalau jual bumbu ayam geprek laku gak ya?

Farel menggeleng lalu melihat spanduk promosi diseberang.

FAREL

Mana bisa gue buat kayak gitu nanti malah diketawain.

FAREL (CONT'D)

Gue butuh minum deh.

Setelah mengambil minum Farel malah duduk lagi dan ketiduran disana.


49. INT. RUANG TAMU– RUMAH ALAN — SIANG

Karena sudah jam makan siang Alan membangunkan Alder. Dia sempat membuat jus buah untuk Alder lalu membangunkan Alder disofa.

ALAN

Al... bangun!

Alder menggeliat dan mengucek matanya.

ALAN (CONT'D)

Kamu mau jus?

ALDER

Nggak mau, (menggeleng) jus kan gak bisa dimakan.

ALAN

Maksudnya minuman kamu sih kebanyakan panggil om jus jadi gak bisa bedain.

ALAN (CONT'D)

Mau kan?

ALDER

(tetap menggeleng) Nggak, aku sukanya air putih.

ALAN

Nggak mau jus? (kaget)

Alder menggeleng lagi lalu mengambil jus yang tersedia di meja.

ALDER

Ini minuman apa om enak banget! (memuji dengan riang)


Alan membuang napas, lelah.

ALAN

Kan itu jus yang om maksud.


Alder cekikikan lanjut minum dengan anteng sesekali menawari Alan karena diam saja disampingnya.

ALDER

Jus angker bapak aku kerja kan? dimana ya kok gak nemuin Alder?

ALAN (V.O)

Mulai ingat kayaknya.

ALAN

Menurut Alder dimana?

ALDER

(menggeleng raut wajahnya murung) kenapa gak mau samperin Alder dulu minimal ngajak ke taman hewan.

ALAN

Kebun binatang.

ALDER

Iya, kan aku mau lihat gajah macan sama kakek tua.

ALAN

Kakak tua.

Alder menatap Alan kebingungan.

ALAN

Der kakek tua banyak tuh di depan toko namanya baba dia termasuk kakek yang kamu maksud.

ALDER

Jus!

ALAN

Apalagi?

ALDER

Kak Fajri kok gak datang kesini?

ALAN

Ya dirumahnya lah ngapain kesini kalau dia punya rumah.

ALDER

Tapi aku bosen jus, mau main bola supaya bisa jadi tim nanas.

ALAN

Timnas der jangan disalah salah.

ALDER

(bangkit dari duduknya dan menarik tangan Alan) Ayo ke rumah kak Fajri!

ALAN

Kamu kan bisa sendiri.

ALDER

Mau sama jus soalnya mama sama bapaknya kak Fajri serem.

Alan pun mengantar daripada Alder menangis sebentar lagi jika tidak dituruti.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar